Organisasi Intra Itu OSIS

in 15


Bagi yang sedikit bernasib baik dengan pernah menikmati bangku sekolah formal jenjang SMP,SMA dan sejenisnya, jelas juga mengenal OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Nama yang wajib tertempel di saku seragam putih sebelah dada kiri. Entah siapa yang mempunyai ide cerdas dengan mencetuskan nama tersebut. Nama organisasi yang ternyata milik dan dijalankan oleh siswa – siswa sekolah formal tersebut. Wadah bagi siswa – siswa berpotensi yang masih mempunyai energy dan semangat juang tinggi untuk mengejar mimpi – mimpinya.

Tapi sayangnya mereka masih yesterday afternoon child yang masih harus belajar banyak mengenai manajemen organisasi. Wajar apabila kita sering menemukan kegiatan – kegiatan yang mereka laksanakan terkesan wah tapi masih “kosong”. Selain kegiatan yang harus mampu menampung minat bakat siswa. Mempertontonkan pentas seni (tak jarang mendatangkan grup band nasional dengan biaya mahal), class metting, lomba ini itu dan masih banyak yang lain. Tujuannya memang kita dapat menangkap behwa mereka ingin menghargai minat bakat siswa dan menyalurkan energy positif jiwa – jiwa muda agar tidak disalahgunakan. Tapi jika lebih cermat lagi untuk mengamati, bahwa mereka sebenarnya hanya mengejar eksistensi. Seakan – akan membuktikan kepada dunia bahwa mereka yang masih yesterday afternoon child mampu untuk menyelenggarakan kegiatan yang jika orangtuanya mengetahui pasti akan bangga, setelah dituntut dengan program kerja yang harus dipertanggungjawabkan ke guru – guru ataupun teman – temannya. Sebatas menyelenggarakan kegiatan yang “tampak” karena masih proses belajar berorganisasi. Ya, OSIS adalah organisasi yang djalankan oleh sekumpulan yesterday afternoon child demi mengejar eksistensi untuk membuktikan bahwa mereka meskipun anak yang masih seperti itu ternyata bisa. Wajar apabila kegiatannya itu – itu saja.



Jika mereka bernasib lebih baik, mampu melanjutkan pendidikan  ke jenjang yang lebih tinggi, yakni Perguruan Tinggi, akan disuguhi dengan dinamika kampus yang berbeda jauh dengan dinamika yang mereka rasakan di sekolah. Puncak tertinggi dari jenjang – jenjang pendidikan yang mereka capai dengan merangkak bertahun – tahun terlebih dulu. Meningkatkan status sosial mereka di masyarakat dari siswa yang masih yesterday afternoon child menjadi Mahasiswa yang harus memikul beban Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tak ada lagi nama OSIS di dalamnya, yang ada adalah Organisasi Mahasiswa Intra Kampus bersistem aneh dengan gambaran miniature sebuah Negara yang di dalamnya terdapat lembaga eksekutif berbentuk Himpunan Mahasiswa Jurusan di tingkatan jurusan/prodi, BEM Fakultas, BEM Universitas yang di pimpin oleh Presiden Mahasiswa. Dikontrol oleh lembaga legislatif berbentuk Senat Fakultas dan Senat Universitas, tanpa melupakan Komisi Pemilihan Pemilu Raya yang memfilter person – person yang akan masuk di dalam lembaga itu tadi.

Sungguh memaksa kepala untuk pusing dengan sistem rumit Organisasi Intra. Apalagi bagi mahasiswa yang tidak pernah mengenal organisasi sebelumnya. Tapi yang jelas peran dan fungsinya jauh berbeda dengan OSIS. Peran serta dalam mengembangkan minat bakat juga jauh lebih ringan karena sudah ada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang mewadahinya. “Lha terus apa peran dan fungsi sesungguhnya dari organisasi intra kampus?” Tanya yesterday afternoon child. Miniatur sebuah Negara itu mungkin juga mirip dengan sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia dengan peran dan fungsinya masing – masing. Mungkin mirip apabila dewasa ini Negara yang sesungguhnya disibukkan dengan berkembangnya issue birokrasi complex, money politic, pendidikan mahal, tak mampu mendengarkan apirasi rakyatnya karena tak sempat turun ke bawah, dan lain – lain hingga memaksa masyarakat untuk memilih bersikap apatis, skeptis, pragmatis yang bahkan sekarang marak berkembang issue pembentukan Negara Islam Indonesia oleh kelompok – kelompok yang mungkin sudah tidak percaya lagi dengan sistem pemerintahan NKRI.*“Apakah mungkin memang mirip seperti itu?” tanyanya lagi.

Jika kita rasakan dengan perasaan galau (karena sekarang lagi musim galau), memang tidak terlihat peran serta fungsi Organisasi Mahasiswa Intra Kampus bagi mahasiswa biasa. Selain daripada menjalankan kegiatan – kegiatan “pesanan” kampus seperti ospek, lomba - lomba yang mengingatkan pada lomba 17 agustusan di kampung - kampung dan sejenisnya. Ataupun kegiatan – kegiatan eksistensialis seperti seminar, pelatihan, diklat – diklat yang yesterday afternoon child yang tergabung dalam OSIS pun bisa menjalankannya jika diberi kesempatan lebih. Tak terlihat esensi dari kegiatan - kegiatan tersebut bermanfaat bagi mahasiswa selain mahasiswa yang aktif di Organisasi Intra itu sendiri. Juga sekilas gedung Student Center memang terlihat mirip dengan gedung DPR di Senayan. Wajar apabila mahasiswa biasa di luar aktivis bersikap apatis, skeptic, pragmatis layaknya sikap yang dipertunjukkan rakyat Indonesia kepada pemerintah Republik Indonesia. Karena memang tidak ada pengaruh apapun eksistensi Organisasi Mahasiswa Intra Kampus terhadap keberlangsungan hidup mereka di kampus. Toh ada atau tidak ada Organisasi Intra pun tidak pengaruh bagi mereka.Terkadang juga harus direpotkan dengan kewajiban mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Organisasi Intra.

Lantas apa manfaat banner – banner kampanye calon - calon pemimpin Organisasi Intra yang penuh janji – janji manis tertampang di sudut – sudut kampus hingga merusak pemandangan kampus yang sebelumnya terlihat bersih dan cantik? Lantas apa manfaat aktivis mahasiswa capek – capek melakukan aksi turun jalan meminta perhatian dari pemerintah jika tidak bercermin dulu di cermin besar yang diletakkan dalam kamar sebelum berangkat agar terlihat lebih ganteng? Pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena bagi masyarakat yang tinggal di gang – gang sempit, mahasiswa yang katanya agen of change tak lebih baik daripada agen minyak tanah yang masih berjualan minyak tanah yang sudah mulai langka dampak dari konversi*minyak tanah ke gas elpigi. Mungkin sudah saatnya aktivis mahasiswa mempertimbangkan dan mengkonsep dengan matang wacana tentang pendirian Negara Islam Indonesia agar kedepannya negeri kita ini bisa menjadi lebih baik. Dan sangat kurang ajar jika penulis menulis bahwa Organisasi Mahasiswa Intra Kampus tidak lebih baik daripada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

15 Responses to “Organisasi Intra Itu OSIS”

  1. ea emng maz.. anag2 kyk giti nyebelin bngt...
    masak aq wkt pesmaba dmnta2 nmr hp q. rese' bngt ce mereka tu..
    ayo smngad trz maz.... jngn prnah tkt brpikir kritiz...hehehe

    by: winny sosiologi...............

    BalasHapus
  2. aku pengen ikut pmii mas, gmna caranya?????
    sala kenal Dewi IKOM UMM, ntar tmn tmn-ku pada ikut jg kuggg.

    BalasHapus
  3. Silahkan bagi teman2 mahasiswa jika tertarik dengan PMII UMM dan ingin mengenal lebih dekat, bisa menghubungi sahabat2 pengurus yg sdh tercantum dalam kolom "contact" (langsung klik pojok kanan atas). terimaksih Dewi dr IKOM.. SALAM PERGERAKAN!!

    BalasHapus
  4. tidak ada pekerjaan lain SEFA/ SEMU selain hanya membuat pertauran yang gak jelas itu! mereka tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislatif yang seharusnya dpt mewadahi aspirasi semua golongan mahsiswa! tapi faktanya mereka sama sekali tidak bergerak turun ke bawah. kerjaannya hanya foya-foya, mementingkan kelompok partai sendiri, menghabiskan anggaran dari kampus! mirip seperti apa yang dikerjakan anggota dewan terhormat di senayan sana! organisasi sampah yang hanya mengahabiskan uang SPP mahasiswa!! SALAM PERGERAKAN! Heru Rakyat Jelata...

    BalasHapus
  5. MAFIA SELANGKANGAN YANG KERJAANNYA HANYA MENGGODA MABA2 CEWEK SAAT PESMABA DAN STUDENT DAY!!!!! ROBET PLUR...

    BalasHapus
  6. Salut dengan teman teman pmii umm, dalam keterbatas teman teman berjuang dengan semangat yg membara. jaga dan nyalakan terus api semangat itu, gunakan cara cara yg radikal namun elegant. angkat gelas mari kita bersulang.

    BalasHapus
  7. oww,,, sahabat jangan salah, ada yang mengatakan "sedikit lebih baik dari pada tidak sama sekali",kita semua tau jumlah anggota kita memang sedikit,akan tetapi kami yakin dengan jumlah yang sedikit ini justru yang membuat kami semangat dan tetap berjuang sampai jiwa dan raga terpisahkan, kata syaikhi waktu saya di pondok " BONDO BAHU FIKIR LEK PERLU SAK NYAWAE PISAN " kata inilah yang membuat semangat juangku selalu berkobar...ini pesan dari kyaiku,,,


    by : izzat islami

    BalasHapus
  8. Sahabat Izzat terus semangat, mari buktikan bersama!!!

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Ketika Mereka masuk kampus, mereka berfikir Pragmatis,, dan saat mereka mndapat kuliah, Dosen sering mmberikan sesuatu yg Pragmatis pula,, maka jgn heran ketika mereka mndapat tempat/kedudukan di lingkungan kampus, mereka akan menjalankan organisasinya secara Pragmatis dan mnghasilkan sesuatu yg Parsial, mencari aman dan mengorbankan Sikap Kritis,,, dan itu ciri2 mahasiswa saat ini,,,

    NB: kurangi makan Sinetron dan jgn Coba2 dekat sama Ruhut dan anas,, dapat menghilangkan Daya Kritis mnjadi akut,,, :p

    BalasHapus
  12. jika di lingkungan kampus saja sdh diajarkan cara berpolitik "JANGAN TAKUT KOTOR" setelah mereka lulus n mndptkn tempat duduk yg nyaman di pemerintahan. hasilnya ya seperti anas..

    ardi.

    BalasHapus
  13. Basabasi dan kritikan tanpa solusi memang sudah menjadi budaya bangsa, tp tentu sahabat-sahabat tdk menginginkan kita terbawa/tergirng dalam sistem yang 'disalahkan' itu 'kan..
    Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita melakukan hal yang memang sepantasnya kita lakukan?
    Bukankah kita adalah organisasi Pergerakan?

    kita juga harus angkat topi dengan prestasi-prestasi anak-anak SMP,SMA yang hari ini sudah bisa lebih berbicara ditingkat Internasional. jangan kemudian kita mengeneralisir bahwa semua anak SMP,SMA seperti anak yang katanya yesterday afternoon child..

    Tidak heran kenapa kemudian tulisan ini menjadi sangat subyektif krn memang kita melihat sistem tsb dari sudutpandang ekstrakampus.

    Pesan untuk penulis, cobalah bersikap lebih obyektif dgn mengedepankan coverbothside dalam penulisan/pemberitaan..

    BalasHapus
  14. sungguh luar biasa cerdas pemikiran dr bung oriie muhammad.trimakasih atas kritikannya. jika kita ingat pada pernyataan Soekarno "beri aku sepuluh pemuda yang cintanya membara kpd tanah air, maka aku akn mengguncang dunia" pemuda seperti oriie muhammad inilah yang sesungguhnya layak menjadi pemuda indonesia yg diinginkan Soekarno. pemuda harapan bangsa yg tdk kenal lelah utk trs brpikir kritis demi perubahan.
    jika kita membaca dg cermat tulisan ini, penulis lbh menekankan siswa pd organisasi OSISnya utk kemudian menariknya kpd kondisi organisasi intra mahasiswa dewasa ini. bahwa ada bbrp kesamaan terkait kedua organisasi ini. dan seharusnya sesuai jenjang pendidikan, mahasiswa dlm hal ini yg aktif di organisasi intra bs melakukan hal yg jauh lbh cantik drpd tmen2 kita di OSIS. apabila tdk jauh berbeda, apa manfaat dibentuknya jenjang2 pendidikan mlai dr SD, SMP, SMA hingga PT? harapan dr tulisan ini adlh utk membuka mata pembaca dengan sehat. bagaimana kondisi organisasi intra dewasa ini. utk kemudian silahkn mempersepsikan dg opini masing2.
    solusi? saya bkn tipe orang yg suka onani dg hanya berhenti pd rangakaian kata2 di atas. gerakan? gerakan sperti apakah yg anda inginkan? naif apabila kemudian kita terjebak dg salah satu jenis gerakan demi perubahan. banyak gerakan yg bs kita lakukan jika anda menilai langkah penulis ini bkn suatu proses gerakan. dan juga sebatang lidi akn mudah dipatahkan jika hanya berjumlah satu batang. berbeda ketika lidi2 itu terkumpul dan menjadi satu ikat sapu lidi yg bs digunakan utk menyapu sampah2 yg berserakan.
    hak asasi manusia apabila pembaca menilai suatu tulisan. apakah tulisan tsb bermanfaat ataukah hanya akn mnjadi sampah. sekali lg trimakasih utk bung oriie muhammad, semoga tdk akn prnah lelah utk trs bergerak demi perubahan. tentunya kita akn melakukan gerakan sesuai kemampuan masng2. jika bung bs melakukan gerakan dg cr lain yg lbh efektif knp tdk? tetap semangat bung. SALAM PERGERAKAN!

    BalasHapus
  15. Organ intra kampus UMM BEM, SENAT, HMJ memang hanya menarik doperbincangkan saat pemilu raya. Semaangatnya telah berbeda dari karakter mahasiswa pergerakan (dulu) yang militan dan progressif mencari dan menggali isu-isu kerakyatan dan kemahasiswaan. BEM dan HMJ lebih sibuk dgn kegiatan2 kampus semata, ya memang gak ubahnya OSIS.

    BEM sudah terlalu capek dgn agenda2 rutin sept PERSMABA, STudent Day dsb. Jarang sekali kita temukan improve kegiatan baru yang lebih menyentuh kebutuhan mahasiswa, atau mampu menjadi pendorong, pendamping dan memberikan layanan advokasi kpd mahasiswa yang barang tentu punya banyak sekali seribu keluhan tetg kamps, baik persoalan KBM (dosen, mata kuliah, jadwal, molor atau mangkirnya dosen, dsb) atau berbagai persoalan fasilitas yang tidak banyak berubah. Padahal di saat yang sama kita selalu dipaksa untuk mengikuti kenaikan biaya SPP dgn dalih inflasi. Bukankha ini bukti2 bahwa BEM=OSIS?

    Jika kita ingin memaparkan berbagai persoalan itu, maka seribu koment dalam tulisan ini rasanya juga belum cukup. Berbagai persoalan yang mendera kampus jika tidak disuarakan malah akan mengakumulasi persaoalan itu kian membesar dan tidak ada perubahan. Maka sebuah kritik harus disikapi secara dewasa, apapun bentuknya. Kritik adalah bagian dari dinamika organisasi, karena didalam organisasi itu tumbuh seribu keinginan dari anggotanya. Ekspektasi yang dititipkanpun pda organisasi (dalam hal ini BEM dan OSIS) juga tinggi dan berbeda dari masing-masing anggota.

    BalasHapus