tag:blogger.com,1999:blog-80492323995265276102024-02-20T23:41:18.261+07:00PMII UMM.comMedia Penyambung Lidah SahabatUnknownnoreply@blogger.comBlogger138125tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-76857344305642191972014-01-08T00:16:00.003+07:002014-01-08T00:16:49.566+07:00KETIKA MAHASISWA MENJADI “ANJING HERDER” BIROKRAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Terkisahlah pada suatu masa di
sebuah kampus antah berantah, tepatnya kisah tentang sebuah fakultas yang
bernaung di dalamnya, yang seringkali disebut fakultas “rimba aksara.” Mengapa
disebut demikian? Konon sebutan itu lahir dikarenakan keberanekaragaman yang
tumbuh subur di fakultas tersebut. Layaknya sebuah hutan rimba yang ditumbuhi
bermacam-macam tanaman, di fakultas ini berkembanglah secara damai
bermacam-macam hasil pemikiran manusia yang tertuang dalam diktat perkuliahan
dan gaya hidup penghuni di dalamnya. Kata “rimba” mewakili sifat keanekaragaman
dan “aksara” merepresentasikan “hasil pemikiran manusia.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Di fakultas ini, kita akan menjumpai
orang-orang yang mempertanyakan jati dirinya, mempertanyakan apapun mulai dari
batu yang berserakan di jalanan sampai memperdebatkan keberadaan Tuhan. Roh-roh
para pemikir dunia bergentayangan di fakultas ini. Ide-ide kontroversial milik
Karl Marx, Derrida, Choamsky, Gramsci, Foucault, Freud dan Nietzsche seolah
menjelma dalam diri para senior intelek yang turut “mendakwahkan” ajaran para
tokoh tersebut kepada para juniornya yang kerap dipanggil “mahasiswa.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Gaya hidup penghuni yang mendiami
fakultas ini pun bercorak warnanya. Dari pemilik rambut rebonding sampai kribo,
dari pemakai kerudung mencekik leher sampai yang bercadar, dari perempuan
bertelanjang paha sampai berjubah lebar, dari orang yang rajin sholat lima
waktu sampai orang yang menertawakan orang sholat, dari pemakai celana pensil
ketat sampai celana longgar cingkrang, dari orang yang gemar menyampaikan ilmu
Tuhan sampai orang yang meragukan eksistensi Tuhan. Semuanya ada di fakultas
ini. Bagaikan adonan kue yang sudah terlumat semua bahan dasarnya, fakultas ini
semakin lama semakin mengental sifat multikuturalnya. Karena telah menjadi ciri
khas, maka ciri ini lambat laun menjelma menjadi sebuah kebanggaan tersendiri
yang seolah harus dipertahankan. Mempertahankannya adalah dengan membiarkan
semuanya tumbuh subur, satu sama lain harus saling menghormati pendapat, pola
pikir dan gaya hidup masing-masing dan tidak boleh memaksakan pendapat.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Namun entah mengapa, seolah ada yang
janggal dari fakultas ini yaitu beberapa tingkah para pemangku kekuasaan. Yang
menimbulkan tanda tanya besar adalah jikalah semua pemikiran itu harus
dibiarkan tumbuh subur, kenapa lambat laun muncul sentimentil beberapa orang
dari pemangku kekuasaan tersebut terhadap sebuah gaya hidup yang konon pernah
berkembang di fakultas itu, yaitu gaya hidup Islami. Tak jelas motif di balik
sikap sentimentil yang berbuah malapetaka seperti halnya bom waktu itu. Yang
jelas telah terjadi penggusuran apapun yang berbau Islam seperti buletin Islam,
mading Islam, kajian-kajian keislaman, sampai organisasi Islam. Pernah
terlontar sekali dari salah satu pemegang kekuasaan tertinggi di fakultas itu
bahwa dia tidak ingin mahasiswanya tercemar oleh aktivitas terorisme. Namun,
dia tak memberi analisis pasti, apa korelasinya organisasi keislaman dengan
terorisme?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kejanggalan kedua datangnya dari
para mahasiswa yang katanya disebut aktivis – mengingat mereka duduk di jajaran
kursi Badan Eksekutif Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Jurusan. Layaknya virus
yang menular, para aktivis ini turut menebar atmosfer sentimentil terhadap para
pembawa misi Islam tadi. Hanya saja, dalih mereka agak berbeda, yakni Peraturan
DIKTI (Pendidikan Tinggi) yang melarang OMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra
Kampus) masuk kampus. Mereka menganggap aktivitas keislaman dan ide-ide Islam
yang masih tercium di fakultas tersebut berasal dari Organisasi Mahasiswa
Ekstra Kampus yang akrab disebut OMEK. Menurut penafsiran mereka terhadap
peraturan DIKTI terkait OMEK adalah “haram” bagi OMEK menginjak halaman kampus
termasuk pekarangan fakultas “rimba aksara.” Mungkin mereka berpikir, bukankah
organisasi keislaman sudah dihapuskan, kenapa masih saja banyak selebaran
tentang Islam bertebaran di kampus. Pasti itu adalah ulah OMEK, mungkin begitu
pikir mereka sehingga mereka merasa perlu untuk ambil tindakan mengusir OMEK
dari ranah fakultas mereka demi menaati peraturan DIKTI yang mereka tafsirkan
sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Alasan kedua atas keengganan mereka
menerima OMEK adalah menjaga kenetralan kampus “rimba aksara” yang sudah
terpelihara dari tahun ke tahun. Mereka rupanya sakit hati pada pemerintahan
kemahasiswaan di fakultas lain yang syarat akan kepentingan perebutan kekuasaan
yang dilakukan oleh golongan OMEK tertentu. Tapi, benarkah demikian alasan
utamanya?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Nampaknya, dari alasan-alasan itulah
yang kemudian mengundang beberapa kejanggalan. Jika memang mereka berdalih
peraturan DIKTI, bukankah yang dilarang adalah kegiatan OMEK secara kelembagaan
atau membuat kesekretariatan di dalam kampus. Sedangkan dalam peraturan
tersebut tidak ada pelarangan terhadap aktivitas individu anggota OMEK untuk
menyampaikan ide-idenya atau berinteraksi dengan individu lain di dalam kampus.
Kejanggalan kedua, jika mereka tak suka OMEK, kenapa di dalam jajaran
pemerintahan mereka masih bercokol orang-orang dari kalangan OMEK? Di mana
letak netralnya? Apa hanya karena gaungnya tak sekeras di fakultas lainnya?
Jika mereka masih saja sentimen pada OMEK yang berusaha menghembuskan nafasnya
di dalam kampus, kenapa yang disasar hanya orang-orang yang kental sekali
simbol keislamannya, misalnya yang berkerudung lebar dan bercelana cingkrang?
Bukankah OMEK itu bermacam-macam dan banyak jumlahnya?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pernah pada suatu ketika, saat
kampus mengadakan perhelatan besar – menyambut kedatangan mahasiswa baru (maba)
– para aktivis sentimentil itu beraksi dengan bersiap siaga di semua pintu
keluar-masuk kampus bak harimau siap menerkam mangsanya. Tujuannya adalah
mengahadang orang-orang OMEK yang bermaksud kenal dekat dengan mahasiswa baru.
Agar mahasiswa baru yang polos tidak terwarnai oleh bujuk rayu OMEK, begitu
kata mereka. Mereka tak ingin seorang pun dari pihak OMEK menjebol pertahanan
mereka walaupun sekedar menyebarkan selebaran berisi informasi rumah kos kepada
para maba. Pada saat itu memang banyak aktivis OMEK yang menyebarkan selebaran,
entah isinya apa, yang pasti mereka sudah menaati peraturan yang dikumandangkan
pihak kampus untuk tidak menyebar apapun di dalam area kampus. Namun, sayang
seribu sayang, ada beberapa aktivis perempuan berkerudung lebar dari OMEK
tertentu berhasil terkejar dan tertangkap oleh para “aktivis-berlagak satpam”
tadi meski itu sudah di luar area kampus. Sungguh sangat tidak etis jika
beberapa aktivis laki-laki mengeroyok aktivis perempuan hanya perkara yang
sebenarnya remeh. Di mana letak sopan santun mereka? Apa mereka sudah lupa
adabnya untuk bicara baik-baik? Dan mereka semua adalah mahasiswa, sekali lagi
mahasiswa.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Apa para mahasiswa itu tak sadar
bahwa nyawa organisasi intra kampus pasti akan kental dengan idealisme OMEK.
Lagipula kan yang dilarang eksistensi kelembagaan OMEK di dalam kampus bukan
aktivitas interaksi individu OMEK di dalam kampus. Tak bisa dipungkiri, meski
OMEK tak boleh menembus area kampus, namun idealisme anggotanya masih
memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan organisasi pergerakan mahasiswa
sejati. Memang, ada juga OMEK yang menyalahgunakan kekuasaannya di jajaran
ORMAWA kampus. Namun, tidak semua dan tidak bisa digeneralisir. Masih ada OMEK
yang mampu menyalurkan atmosfer idealisme positif bagi mahasiswa kampus karena
ciri OMEK biasanya adalah membawa idealisme peregerakan mahasiswa yang harus
berkontribusi ke arah yang lebih baik. Jikalau boleh bertanya dengan jujur (dan
silakan jawab dengan jujur pula) organisasi intra kampus – yang katanya harus
netral dari OMEK itu – punya idealisme apa untuk menggerakkan anggotanya?
Paling-paling yang ada hanyalah struktur organisasi yang tercantum dalam Surat
Keterangan dari Dekan dan program kerja praktis yang jauh dari tujuan
membangkitkan semangat pergerakan mahasiswa seperti merayakan ulang tahun
jurusan, lomba-lomba dan cangkruan.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Harusnya, jika mereka memang sakit
hati dengan OMEK yang suka memperebutkan kekuasaan, jangan lantas memukul rata
semua OMEK. Mereka harus pandai memilah. Katanya ingin netral, tapi kenapa
justru bertindak brutal dengan “menikam” OMEK. Bersikap netral bukan kemudian
membredel tanpa ada komunikasi dua arah, justru mungkin akan terkesan lebih
bijak jika mereka menjadi penengah pihak-pihak yang berbeda dengan duduk
bersama dalam satu meja dan melakukan diskusi sehat yang bisa mengantarkan pada
eratnya ikatan persaudaraan bukan main tikam sembarang orang. Bukankah ini
lebih bagus? lebih bersahabat?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tapi, sekali lagi benarkah mereka
sentimen terhadap OMEK yang menyalahgunakan wewenang ataukah pada OMEK yang
giat menyerukan nafas Islam?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jika dilihat lagi, aksi penggusuran
organisasi keislaman oleh pemangku kekuasaan di fakultas “rimba aksara” dan
para aktivis organisasi kemahasiswaannya sepertinya setali tiga uang. Mereka
sama-sama sentimen terhadap simbol-simbol Islam meski alasan yang ditampakkan
berbeda. Nah, kondisi ini semakin parah saat pemangku kekuasaan tersebut seolah
mendapatkan “ajudan” sukarelawan dengan mengajak serta para aktivis tersebut
untuk mendukung misinya dalam memberantas simbol Islam dan kegiatan keislaman
di area kekuasaannya. Pada tahun-tahun berikutnya, para pemangku kekuasaan tak
perlu susah-susah turun ke lapangan mengawasi area kekuasaannya, cukup dengan
mengutus para aktivis yang sama sentimentilnya dengan mereka itu untuk kembali
memasang kuda-kuda agar orang-orang yang kental sekali aktivitas keislamannya
tak lagi berkeliaran bebas di pekarangannya. Apalagi jika mereka ingin
berkenalan dengan mahasiswa baru. Orang-orang sentimen itu tak sudi mahasiswa
barunya berteman baik dengan para aktivis Islami. Mereka tak sudi maba menjadi
tertarik membaca buletin Islam, mengkaji Islam dan tergabung dalam organisasi
keislaman. Apakah ini bisa disebut makar? Ya, bisa jadi demikian.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ketika telah terjalin simbiosis
mutualisme antara birokrat dan aktivis ormawa ini maka sudah bisa dipastikan
ide Islam akan sulit tersebar di fakultas ini tidak seperti ide dari paham-paham
liberal lainnya yang masih – bahkan sengaja – dibiarkan berkembang dengan pesat
seperti paham demokrasi, sosialisme dan feminisme. Namun, sepertinya itu tidak
akan menyurutkan semangat para penebar paham Islam di fakultas tersebut untuk
terus menyuarakan Islam karena mereka yakin bahwa makar Allah jauh labih
dahsyat daripada makar manusia. Jadi, biarlah Allah saja yang membalas amal
mereka. Begitu kata mereka.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Inilah janggalnya fakultas “rimba
aksara.” Katanya harus menghormati perbedaan, menghargai apapun yang ada di
dalam fakultas, tetapi kenapa paham Islam justru susah payah diberangus habis.
Ini semacam sikap inkonsisten. Lebih jauh lagi, kenapa mereka sentimen dengan
paham Islam? Bukankah mereka juga umat Islam? Kenapa mereka justru lebih
mencintai paham dan gaya hidup orang asing yang berbau liberalisme dan
hedonisme sehingga dibiarkan saja tumbuh subur, bahkan dipelihara dalam materi
perkuliahan dan dirayakan dalam kegiatan-kegiatan semacam inagurasi, festival
dan <i>promnight</i>.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Apa salahnya dengan buletin
keislaman? Organisasi keislaman? Kajian keislaman? Orang-orang berkerudung
lebar dan bercelana cingkrang? Di mana letak kesalahan dari semua itu? Apakah
keberadaan mereka mengancam nyawa warga “rimba aksara.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jika para aktivis ormawa bebas
mengajak siapa pun termasuk mahasiswa baru untuk berhura-hura dalam kegiatan
inagurasi yang bahkan bisa jadi melanggar jam sholat, kenapa orang yang
mengajak ke dalam majelis ilmu Islam dibredel habis-habisan. Hanya dengan
alasan “terorisme” yang tak mendasar itu? Atau dengan menunggangi peraturan
DIKTI dan semboyan “netral” dari OMEK yang digaungkan para aktivis ORMAWA?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dan yang menyedihkan, ketika para
mahasiswa aktivis “berpaham netralisme” itu – dengan berbekal sentimentil tak
berdasar – menjadi “anjing herder” birokrat yang diktator – birokrat yang sudah
dengan jelas mengatakan tak suka dengan organisasi keislaman mahasiswa – pada
akhirnya mereka menjadi lupa bahwa mereka berhadapan dan memusuhi saudara
mereka sendiri, saudara sesama mahasiswa, seaqidah, yakni Aqidah Islam. Sungguh
miris.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 10pt;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-62376513794905596602014-01-08T00:16:00.001+07:002014-01-08T00:16:47.668+07:00KETIKA MAHASISWA MENJADI “ANJING HERDER” BIROKRAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Terkisahlah pada suatu masa di
sebuah kampus antah berantah, tepatnya kisah tentang sebuah fakultas yang
bernaung di dalamnya, yang seringkali disebut fakultas “rimba aksara.” Mengapa
disebut demikian? Konon sebutan itu lahir dikarenakan keberanekaragaman yang
tumbuh subur di fakultas tersebut. Layaknya sebuah hutan rimba yang ditumbuhi
bermacam-macam tanaman, di fakultas ini berkembanglah secara damai
bermacam-macam hasil pemikiran manusia yang tertuang dalam diktat perkuliahan
dan gaya hidup penghuni di dalamnya. Kata “rimba” mewakili sifat keanekaragaman
dan “aksara” merepresentasikan “hasil pemikiran manusia.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Di fakultas ini, kita akan menjumpai
orang-orang yang mempertanyakan jati dirinya, mempertanyakan apapun mulai dari
batu yang berserakan di jalanan sampai memperdebatkan keberadaan Tuhan. Roh-roh
para pemikir dunia bergentayangan di fakultas ini. Ide-ide kontroversial milik
Karl Marx, Derrida, Choamsky, Gramsci, Foucault, Freud dan Nietzsche seolah
menjelma dalam diri para senior intelek yang turut “mendakwahkan” ajaran para
tokoh tersebut kepada para juniornya yang kerap dipanggil “mahasiswa.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Gaya hidup penghuni yang mendiami
fakultas ini pun bercorak warnanya. Dari pemilik rambut rebonding sampai kribo,
dari pemakai kerudung mencekik leher sampai yang bercadar, dari perempuan
bertelanjang paha sampai berjubah lebar, dari orang yang rajin sholat lima
waktu sampai orang yang menertawakan orang sholat, dari pemakai celana pensil
ketat sampai celana longgar cingkrang, dari orang yang gemar menyampaikan ilmu
Tuhan sampai orang yang meragukan eksistensi Tuhan. Semuanya ada di fakultas
ini. Bagaikan adonan kue yang sudah terlumat semua bahan dasarnya, fakultas ini
semakin lama semakin mengental sifat multikuturalnya. Karena telah menjadi ciri
khas, maka ciri ini lambat laun menjelma menjadi sebuah kebanggaan tersendiri
yang seolah harus dipertahankan. Mempertahankannya adalah dengan membiarkan
semuanya tumbuh subur, satu sama lain harus saling menghormati pendapat, pola
pikir dan gaya hidup masing-masing dan tidak boleh memaksakan pendapat.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Namun entah mengapa, seolah ada yang
janggal dari fakultas ini yaitu beberapa tingkah para pemangku kekuasaan. Yang
menimbulkan tanda tanya besar adalah jikalah semua pemikiran itu harus
dibiarkan tumbuh subur, kenapa lambat laun muncul sentimentil beberapa orang
dari pemangku kekuasaan tersebut terhadap sebuah gaya hidup yang konon pernah
berkembang di fakultas itu, yaitu gaya hidup Islami. Tak jelas motif di balik
sikap sentimentil yang berbuah malapetaka seperti halnya bom waktu itu. Yang
jelas telah terjadi penggusuran apapun yang berbau Islam seperti buletin Islam,
mading Islam, kajian-kajian keislaman, sampai organisasi Islam. Pernah
terlontar sekali dari salah satu pemegang kekuasaan tertinggi di fakultas itu
bahwa dia tidak ingin mahasiswanya tercemar oleh aktivitas terorisme. Namun,
dia tak memberi analisis pasti, apa korelasinya organisasi keislaman dengan
terorisme?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kejanggalan kedua datangnya dari
para mahasiswa yang katanya disebut aktivis – mengingat mereka duduk di jajaran
kursi Badan Eksekutif Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Jurusan. Layaknya virus
yang menular, para aktivis ini turut menebar atmosfer sentimentil terhadap para
pembawa misi Islam tadi. Hanya saja, dalih mereka agak berbeda, yakni Peraturan
DIKTI (Pendidikan Tinggi) yang melarang OMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra
Kampus) masuk kampus. Mereka menganggap aktivitas keislaman dan ide-ide Islam
yang masih tercium di fakultas tersebut berasal dari Organisasi Mahasiswa
Ekstra Kampus yang akrab disebut OMEK. Menurut penafsiran mereka terhadap
peraturan DIKTI terkait OMEK adalah “haram” bagi OMEK menginjak halaman kampus
termasuk pekarangan fakultas “rimba aksara.” Mungkin mereka berpikir, bukankah
organisasi keislaman sudah dihapuskan, kenapa masih saja banyak selebaran
tentang Islam bertebaran di kampus. Pasti itu adalah ulah OMEK, mungkin begitu
pikir mereka sehingga mereka merasa perlu untuk ambil tindakan mengusir OMEK
dari ranah fakultas mereka demi menaati peraturan DIKTI yang mereka tafsirkan
sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Alasan kedua atas keengganan mereka
menerima OMEK adalah menjaga kenetralan kampus “rimba aksara” yang sudah
terpelihara dari tahun ke tahun. Mereka rupanya sakit hati pada pemerintahan
kemahasiswaan di fakultas lain yang syarat akan kepentingan perebutan kekuasaan
yang dilakukan oleh golongan OMEK tertentu. Tapi, benarkah demikian alasan
utamanya?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Nampaknya, dari alasan-alasan itulah
yang kemudian mengundang beberapa kejanggalan. Jika memang mereka berdalih
peraturan DIKTI, bukankah yang dilarang adalah kegiatan OMEK secara kelembagaan
atau membuat kesekretariatan di dalam kampus. Sedangkan dalam peraturan
tersebut tidak ada pelarangan terhadap aktivitas individu anggota OMEK untuk
menyampaikan ide-idenya atau berinteraksi dengan individu lain di dalam kampus.
Kejanggalan kedua, jika mereka tak suka OMEK, kenapa di dalam jajaran
pemerintahan mereka masih bercokol orang-orang dari kalangan OMEK? Di mana
letak netralnya? Apa hanya karena gaungnya tak sekeras di fakultas lainnya?
Jika mereka masih saja sentimen pada OMEK yang berusaha menghembuskan nafasnya
di dalam kampus, kenapa yang disasar hanya orang-orang yang kental sekali
simbol keislamannya, misalnya yang berkerudung lebar dan bercelana cingkrang?
Bukankah OMEK itu bermacam-macam dan banyak jumlahnya?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pernah pada suatu ketika, saat
kampus mengadakan perhelatan besar – menyambut kedatangan mahasiswa baru (maba)
– para aktivis sentimentil itu beraksi dengan bersiap siaga di semua pintu
keluar-masuk kampus bak harimau siap menerkam mangsanya. Tujuannya adalah
mengahadang orang-orang OMEK yang bermaksud kenal dekat dengan mahasiswa baru.
Agar mahasiswa baru yang polos tidak terwarnai oleh bujuk rayu OMEK, begitu
kata mereka. Mereka tak ingin seorang pun dari pihak OMEK menjebol pertahanan
mereka walaupun sekedar menyebarkan selebaran berisi informasi rumah kos kepada
para maba. Pada saat itu memang banyak aktivis OMEK yang menyebarkan selebaran,
entah isinya apa, yang pasti mereka sudah menaati peraturan yang dikumandangkan
pihak kampus untuk tidak menyebar apapun di dalam area kampus. Namun, sayang
seribu sayang, ada beberapa aktivis perempuan berkerudung lebar dari OMEK
tertentu berhasil terkejar dan tertangkap oleh para “aktivis-berlagak satpam”
tadi meski itu sudah di luar area kampus. Sungguh sangat tidak etis jika
beberapa aktivis laki-laki mengeroyok aktivis perempuan hanya perkara yang
sebenarnya remeh. Di mana letak sopan santun mereka? Apa mereka sudah lupa
adabnya untuk bicara baik-baik? Dan mereka semua adalah mahasiswa, sekali lagi
mahasiswa.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Apa para mahasiswa itu tak sadar
bahwa nyawa organisasi intra kampus pasti akan kental dengan idealisme OMEK.
Lagipula kan yang dilarang eksistensi kelembagaan OMEK di dalam kampus bukan
aktivitas interaksi individu OMEK di dalam kampus. Tak bisa dipungkiri, meski
OMEK tak boleh menembus area kampus, namun idealisme anggotanya masih
memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan organisasi pergerakan mahasiswa
sejati. Memang, ada juga OMEK yang menyalahgunakan kekuasaannya di jajaran
ORMAWA kampus. Namun, tidak semua dan tidak bisa digeneralisir. Masih ada OMEK
yang mampu menyalurkan atmosfer idealisme positif bagi mahasiswa kampus karena
ciri OMEK biasanya adalah membawa idealisme peregerakan mahasiswa yang harus
berkontribusi ke arah yang lebih baik. Jikalau boleh bertanya dengan jujur (dan
silakan jawab dengan jujur pula) organisasi intra kampus – yang katanya harus
netral dari OMEK itu – punya idealisme apa untuk menggerakkan anggotanya?
Paling-paling yang ada hanyalah struktur organisasi yang tercantum dalam Surat
Keterangan dari Dekan dan program kerja praktis yang jauh dari tujuan
membangkitkan semangat pergerakan mahasiswa seperti merayakan ulang tahun
jurusan, lomba-lomba dan cangkruan.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Harusnya, jika mereka memang sakit
hati dengan OMEK yang suka memperebutkan kekuasaan, jangan lantas memukul rata
semua OMEK. Mereka harus pandai memilah. Katanya ingin netral, tapi kenapa
justru bertindak brutal dengan “menikam” OMEK. Bersikap netral bukan kemudian
membredel tanpa ada komunikasi dua arah, justru mungkin akan terkesan lebih
bijak jika mereka menjadi penengah pihak-pihak yang berbeda dengan duduk
bersama dalam satu meja dan melakukan diskusi sehat yang bisa mengantarkan pada
eratnya ikatan persaudaraan bukan main tikam sembarang orang. Bukankah ini
lebih bagus? lebih bersahabat?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tapi, sekali lagi benarkah mereka
sentimen terhadap OMEK yang menyalahgunakan wewenang ataukah pada OMEK yang
giat menyerukan nafas Islam?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jika dilihat lagi, aksi penggusuran
organisasi keislaman oleh pemangku kekuasaan di fakultas “rimba aksara” dan
para aktivis organisasi kemahasiswaannya sepertinya setali tiga uang. Mereka
sama-sama sentimen terhadap simbol-simbol Islam meski alasan yang ditampakkan
berbeda. Nah, kondisi ini semakin parah saat pemangku kekuasaan tersebut seolah
mendapatkan “ajudan” sukarelawan dengan mengajak serta para aktivis tersebut
untuk mendukung misinya dalam memberantas simbol Islam dan kegiatan keislaman
di area kekuasaannya. Pada tahun-tahun berikutnya, para pemangku kekuasaan tak
perlu susah-susah turun ke lapangan mengawasi area kekuasaannya, cukup dengan
mengutus para aktivis yang sama sentimentilnya dengan mereka itu untuk kembali
memasang kuda-kuda agar orang-orang yang kental sekali aktivitas keislamannya
tak lagi berkeliaran bebas di pekarangannya. Apalagi jika mereka ingin
berkenalan dengan mahasiswa baru. Orang-orang sentimen itu tak sudi mahasiswa
barunya berteman baik dengan para aktivis Islami. Mereka tak sudi maba menjadi
tertarik membaca buletin Islam, mengkaji Islam dan tergabung dalam organisasi
keislaman. Apakah ini bisa disebut makar? Ya, bisa jadi demikian.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ketika telah terjalin simbiosis
mutualisme antara birokrat dan aktivis ormawa ini maka sudah bisa dipastikan
ide Islam akan sulit tersebar di fakultas ini tidak seperti ide dari paham-paham
liberal lainnya yang masih – bahkan sengaja – dibiarkan berkembang dengan pesat
seperti paham demokrasi, sosialisme dan feminisme. Namun, sepertinya itu tidak
akan menyurutkan semangat para penebar paham Islam di fakultas tersebut untuk
terus menyuarakan Islam karena mereka yakin bahwa makar Allah jauh labih
dahsyat daripada makar manusia. Jadi, biarlah Allah saja yang membalas amal
mereka. Begitu kata mereka.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Inilah janggalnya fakultas “rimba
aksara.” Katanya harus menghormati perbedaan, menghargai apapun yang ada di
dalam fakultas, tetapi kenapa paham Islam justru susah payah diberangus habis.
Ini semacam sikap inkonsisten. Lebih jauh lagi, kenapa mereka sentimen dengan
paham Islam? Bukankah mereka juga umat Islam? Kenapa mereka justru lebih
mencintai paham dan gaya hidup orang asing yang berbau liberalisme dan
hedonisme sehingga dibiarkan saja tumbuh subur, bahkan dipelihara dalam materi
perkuliahan dan dirayakan dalam kegiatan-kegiatan semacam inagurasi, festival
dan <i>promnight</i>.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Apa salahnya dengan buletin
keislaman? Organisasi keislaman? Kajian keislaman? Orang-orang berkerudung
lebar dan bercelana cingkrang? Di mana letak kesalahan dari semua itu? Apakah
keberadaan mereka mengancam nyawa warga “rimba aksara.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jika para aktivis ormawa bebas
mengajak siapa pun termasuk mahasiswa baru untuk berhura-hura dalam kegiatan
inagurasi yang bahkan bisa jadi melanggar jam sholat, kenapa orang yang
mengajak ke dalam majelis ilmu Islam dibredel habis-habisan. Hanya dengan
alasan “terorisme” yang tak mendasar itu? Atau dengan menunggangi peraturan
DIKTI dan semboyan “netral” dari OMEK yang digaungkan para aktivis ORMAWA?<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 10pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dan yang menyedihkan, ketika para
mahasiswa aktivis “berpaham netralisme” itu – dengan berbekal sentimentil tak
berdasar – menjadi “anjing herder” birokrat yang diktator – birokrat yang sudah
dengan jelas mengatakan tak suka dengan organisasi keislaman mahasiswa – pada
akhirnya mereka menjadi lupa bahwa mereka berhadapan dan memusuhi saudara
mereka sendiri, saudara sesama mahasiswa, seaqidah, yakni Aqidah Islam. Sungguh
miris.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 10pt;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-44906995383744831202012-10-31T06:32:00.000+07:002012-10-31T06:32:40.801+07:00Kentutnya Pythagoras dan Martin Heidegger<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;"><br /></span><div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"> Oleh : Hasrul Zakariya (@jiwa_jaka)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5HJZiLa_gd0Xikyry5AF-oMs3npxhZyzw0A0U-zs-mYLsUb-3hp3lF0vKrL4Kcpbn2ZNgaALSr6Yz8zPgI4KvDOSG585mBrqQVlADTJSpcF7H1ulsY1GHYd0HbVjHGOhyphenhyphenfnKyWfAHUKgU/s1600/puisi-puisi-puisi1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5HJZiLa_gd0Xikyry5AF-oMs3npxhZyzw0A0U-zs-mYLsUb-3hp3lF0vKrL4Kcpbn2ZNgaALSr6Yz8zPgI4KvDOSG585mBrqQVlADTJSpcF7H1ulsY1GHYd0HbVjHGOhyphenhyphenfnKyWfAHUKgU/s320/puisi-puisi-puisi1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: small;"><i><b>“Aku putra bumi dan langit penuh bintang; namun aku bangsa langit (saja). Dan kau tahu siapa dirimu. Dan lihatlah, aku sengsara karena haus dan akan binasa. Cepatlah beri akau air sejuk yang memancar dari danau ingatan. Dan sesudahnya kau akan berjaya di antara pahlawan lainnya…” </b></i></span></blockquote>
<span style="font-size: small;">Prasasti Patelia Yunani Kuno, sudah ada pada ribuan SM, akan tetapi sajak dalam ukiran tak pernah kusut karna zaman. Keindahan sajak menjadi getaran dalam jiwa yang tak pernah mati. Mahluk dimana terjebak pada lingkupan para titan (mahluk duniawi) dan bacchi (para dewa). Pertempuran dan pembantaian antar dua pihak dalam legenda menjadi awal arah peradaban di dunia. <br /><br />Yunani kuno terkenal dengan semangat juangnya yang tak pernah untuk menyerah, ketika tekat sudah membulat Tuhanpun (dewa) kalau menghadang pasti akan di tantang. Pertempuran demi pertempuran yang dilakukan sehingga memenangkan pihal para dewa, sehingga mahluk hewani yang menjadi tumbal bagi para dewa yang meminta tumbal tersebut. <br /><br />Pada Abad ke 610-560an SM sinar matahari menerangi kota Milesian Asian kecil yunani sana. Karna berkat seorang filsuf yang dianggap pertama kali berani mencetuskan teori “segalanya berawal dari air” yaitu thales. Meski teori yang di cetuskan jauh melenceng dari sisi rasionalitas dan kebenaran, tpi thales berasi menceratus kan suatu faham yang mana kondisi masyarakat sangat melekat dengan adanya dewa di masa itu. <br /><br />Thales bukan hanya dari teori air saja yang membuat namanya terangkat, melaikan juga kepandaiandan kepiawaiannya untuk memprediksi bulan kemarau dll. <br /><br /> Filsuf kedua, anaximander yang mana menganggap bahwa subtansi bukan ada di air, karna subtansi tidak bergantung pada satu asalai saja melainkan banyak asali dan subtansi. <br /><br />Jika subtansi bergantu pada satu asali, akan menghilangkan subtansi yang lainnya. Pernyataan dari anaximander sangat susah di tebak oleh para filsuf modern yang menganggap bahwa, seorang bayi yang baru lahir tidak akan menjadi dewasa kalau tidak ada subtansi-subtansi lain yang menopangnya untuk dewasa. <br /><br />Teori pokok dari anaximander adalah udara yang menjadi teori dasar. Yang mana menganggap uda sebagai jiwa, api adalah udara yang encer, jika di padatkan maka udara akan menjadi air, jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah dan seterusnya akan menjadi batu yang membeku. <br /><br />Pada abad 532 SM. Tampil seorang pendekar yang bernama Pythagoras yang mana menurut penulis teori yang di cetuskkan takkan pernah hancur dari zaman ke zaman. <br /><br />Pythagoras terkenal dengan bapak matematika pertama kali, apalah dayang sang penulis tidak terlalu mengerti tentang matematika, jadi hematnya untuk sedikit memaparkan dari teori sosial metafisik/mistisisme yang di kombinasikan dengan matematikanya. </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span><blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: small;"><b><i>“kita adalah orang-orang asing di dunia ini, dan tubuh adalah kuburan bagi jiwa, akan tetapi tak seyogyanya kita membebaskan diri dengan jalan bunuh diri; sebab kita milik adalah milik tuhan yang merupakan gembala kita, dan tanpa perintahnya kita tak berhak untuk bebas” </i></b></span></blockquote>
<span style="font-size: small;"><br />Kalau kita takwil kembali kedalam realitas kehidupan nyata, yang mana sedang berkeasi di lingkupan organisasi sebagai mahasiswa tentunya. Bahwa kita sebagai orang yang hidup di lingkungan kampus, kiranya hanya membutuhkan waktu 4 Tahun lamanya untuk melakukan proses studi di lingkupan kampus. <br /><br />Bukan hakekat waktu selamanya untuk berproses di lingkungan kampus, akan tetapi hanya sebagai batu singgahan untuk melakukan proses pencarian ilmu meskipun ada sesekali untuk mencari ijazah saja. <br /><br />Kampus tersebut akan menjadi kuburan bagi pikiran dan jiwa kita, karna seorang yang melakukan interaksi dan proses di kampus bisa jadi secara keseluruhan interaksi yang di peroleh dari kampus tersebut. Penjara pikiran yang dilakukan oleh kampus terhadap mahasiswa yang hanya berorentasi pada masa depan pribadi tanpa ada kondisi sosial diluar kampus yang harus dipikirkan. <br /><br />Dari sisi priritual telah terbukti bahwa kampus Universitas Muhammadiyah Malang mewajibkan memakai jilbab dan seragam hitam putih, munkin prediksi dari pihak birokrat kampus supaya menjadi mahasiswa yang rapi dan teladan untuk menghadapi lingkupan kerja. <br /><br />Nyatanya meski seluruh dari mahasiswa di wajibkan untuk memakai jilbab bahkan yang Non-Muslim di paksakan, ternyata ayam kampusnya di lingkukan malang paling banyak dari kampus UMM. Dipungkiri atau tidak memang niat untuk menjadikan Citra saja dari birokrat kampus tidak bisa menyogok Tuhan untuk ber-Empati terhadap diluar lingkungan kampus UMM. </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: small;"><b><i>“ada tiga jenis manusia, sebagaimana ada tiga macam hal layak mengunjungi pertandingan olympiade. Kelas terendah terdiri dari mereka yang datang untuk membagi dan menjual, kelas diatasnya adalah mereka yang bertanding, Namun yang terbaik diantara semuanya adalah mereka yang datang hanya untuk menonton. Penyucian tertinggi diantara semuanya dengan demikian adalah ilmu pengetahuan yang bebas dari pamrih, dan manusia yang mengabdikan diri dari bidang itulah yakni seorang filsuf sejati, yang paling berasil membebaskan dirinya dari kelahiran” </i></b></span></blockquote>
<span style="font-size: small;"><br />Jika tiga jenis manusia dalam konsep Pythagoras kita takwilkan kepada kehidupan Mahasiswa, maka mahasiswa mempunyai tiga pilihan dalam ber-Mahasiswa untuk masyarakat. Mahasiswa yang hanya menjual dirinya dan memberikan bantuan Cuma-Cuma terhadap kampunya dan tidak mau melihat kondisi sosial yang ada di luar kampunya. <br /><br />Bisa kita teliti lebih lanjut, bahwa mahasiswa yang hanya tampil di dalam kelas tidak akan bisa ber-interaksi keluar kampus, bagaikan ayam yang mengeram telurnya yang hanya bisa menanti keluarnya ijazah. <br /><br />Padahal tidak ada kepastian untuk lingkungan kerja dari kampus, jika sudah tau tidak ada kepastian, maka mahasiswa semacam ini tidak mau mencari untuk bahagai mana melatih skill dari pandangan pekerjaan yang mau di kelutinya. <br /><br />Jika hidup hanya sekedar tontonan belaka. Maka apakah ijasah yang kita keluti selama 4 Tahun lamanya (kalau tidak nunggak) masih diperlukan? <br /><br />Menurut imam Ghazali di ihya’ ulumuddin, bahwa orang yang mencari ilmu akan melakukan proses mua’alim (mengajar). Artinya ketika ilmu kita pelajari maka seharusnya kita mentranformasikan hasil belajar kita kepada orang lain agar menjadi orang yang alim. Setidaknya hasil dari proses belajar di implemenasikan atau di coba secara praktis, entah hasilnya apa kemudian. <br /></span><blockquote class="tr_bq">
<b><i><span style="font-size: small;">“berjayalah, engkau yang menanggung derita… dari manusia engakau menjadi dewata”</span></i></b></blockquote>
<span style="font-size: small;"> </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Dalam Eksistensialisme Martin Heidegger, fakta adanya sesuatu menunjuk pada adanya realitas “mahasiswa”. Fenomen fundamental dalam arti bahwa eksistensi merupakan dasar dari titik referensi untuk menentukan makna dan adanya realitas yang ada.<br /> </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Fenomena yang ada bisa diartikan bahwa mahasiswa lebih mempunyai cakupan yang lebih luas bukan hanya belajar, akan tetapi sebagai cakupan dari sosial masyarakat, pemerintah dll. Mahasiswa bukanlah suatu pemikiran akan tetapi sebuah keberadaan. Kalau kita tarik ke struktur mahasiswa, mahasiswa merupakan mahasiswa mutlak yang prakteknya belajar atau diajarin, berbuat atau dibuatin, dan bebas dari kebodohan atau masih dinaungan kebodohan.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Keberadanaan mahasiswa hanya dapat dimengerti sebagai kebebasan atau kemampuan untuk menentukan pilihan-pilihan yang dianggap benar. Setiap mahasiswa tidak memiliki kodrat yang sudah jadi, melainkan selalu dengan bebas untuk memilih sesuai yang di inginkan dirinya sendiri.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Mahasiswa merupakan mahluk yang menyatu dengan kampus dan lingkungan diluar kampusnya, tentunya untuk menghadapi interaksi didalam kampus dan diluar kampusnya juga. Tidak salah ketika mahasiswa selalu berfikir, berbuat, memberikan sumbangsih gagasannya kepada kampus dan bangsanya, tanpa nilai-nilai materi dan selalu idealism. Itulah salah satu fakta bahwa mahasiswa adalah mahluk yang kongkret di dunia yang kongkret.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Proses dalam menjadi mahasiswa yang seutuhnya tidak begitu susah, pengenalan mahasiswa yang terbaik adalah kesibukan dan kerepotan. Dari berbagai kesibukan yang dibuatnya sendiri seorang mahahsiswa akan lebih kenal dengan jati dirinya sesuai dengan title yang di sandangnya sebagai mahasiswa (agen of change).</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Di dalam kampus munkin kita sering melihat orang yang berbeda, dari warna rambut, warna kulit ataupun karakter. Dengan demikian berbeda kerakan dan cara pandang yang dimiliki oleh mahasiswa untuk mengaktulialkannya. Tapi tidak dinafiqkan mahasiswa hidup di dunia yang sama dan mempunyai tujuan yang sama keyakinan gerakan yang dimilikinya bukanlah suatu halangan untuk melakukan perobahan yang sama. Munkin ini yang dinamakan keperbedaan sebagai Rahmat.<br /><br /></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-53903902682775563622012-09-29T04:31:00.000+07:002012-09-29T10:47:17.715+07:00Orde Baru Bangkit Lagi di Kampus<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priorhty="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Lifht Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsdd="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 0"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Acbent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Namd="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="f`lse"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name<"Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Oleh : Hasrul Zakariya (Jaka)</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8XhOPLy57WTNHiieix9eoVI7Cho-LY1CxHb3VDiHJOGrS4-feBoyar8RJZa8CPLyPp-M1vti4Nw8dXudJzqHSTzLj5BvN0de46aZfaQuJRMnYbFgxS_ugraE_0KgD3bm1dB0lHfvoJpc1/s1600/pmii.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bnttom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8XhOPLy57WTNHiieix9eoVI7Cho-LY1CxHb3VDiHJOGrS4-feBoyar8RJZa8CPLyPp-M1vti4Nw8dXudJzqHSTzLj5BvN0de46aZfaQuJRMnYbFgxS_ugraE_0KgD3bm1dB0lHfvoJpc1/s320/pmii.jpg" width="320" /></a></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Ketika
hati bosan dan selalu terbungkam, maka lontaran Sang Singapun mengaung keras dan lantang. Saat ketertindasan dan ketidakadilan kita terima, maka pastilah perlawanan menjadi bahasa kita. Begitulah yang dirasakan oleh seorang aktifis PMII
UMM, selalu saja </span></span><i style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;">didholimi</i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;"> oleh kampusnya sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"><br /></span></span>
<span style="text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Ini adalah bahasa kegelisahan
hati seorang aktifis ketika "tidak bisa berbuat apa-apa", atau ketika era kebebasan berfikir selalu digencet dan dibuang. Tragisnya, ini dilakukan oleh "ayah kandung" sendiri, di dalam kampus megah yang sudah kita anggap "rumah sendiri". Kejadian kotra demokrasi yang memilukan ditengah isu transparasi di era good </span><span style="line-height: 18px;">Governance</span><span style="line-height: 115%;">. Sebaliknya, kampus berfikir bahwa kebeasan dan demokrasi ini adalah penyakit menular, atau </span><i style="line-height: 115%;">virus </i><span style="line-height: 18px;"><i>endemis</i></span><span style="line-height: 115%;"> yang membahayakan.</span></span></span><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"></span></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Inilah kisah seorang aktifis yang selalu menggunakan akal pikirannya untuk melakukan cita-cita perubahannya. Sejujurnya ini tidak sendirian. Ekspektasi perubahan ini diimpikan oleh sebagian besar mahasiswa tersadarkan, khususnya para organisasi ekstra kampus. Akan tetapi siapa yang berani menyampaikan <i>kekeluan bibir ini? </i>Siapa yang berani keluar dari pakem kotak yang dirancang sedemikian kuat oleh sistem birokrasi kampus?</span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"><br /></span></span>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 18px;">Birokrasi kampus masih saja menganggap tidak ada kaitannya dengan Organisasi Ekstra kampus karena tidak mendapat SK dari pihak Rektorat. Itu salah satu alasan dari birokrasi kampus untuk tidak mengaitkan segala kegiatan mahasiswa yang ada di Organisasi Ekstra kampus. </span></span><br />
<div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 18px;"><br /></span></span></div>
</blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;">Tumbuh "sakit hati" yang mendalam. Tubuh ini seolah selalu </span><i style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;">teralienasi</i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;"> karena tidak mempunyai
kepemilikan didalam kampus yang dibayarnya setiap semester. Berbagai fasilitas
yang sangat luar biasa mewah hanya menjadi simbol dari kebesaran kampus. Tapi,
ketika beberapa kelompok mahasiswa meminjam sejengkal ruangnya untuk kepentingan
intelektual dan kajian kepemudaan, maka satpam kampus tiba-tiba merubah diri perannya seperti Satpol PP. Tidak hanya "sejengkal" tanah di dalam kampus, akan tetapi sampai di bibir depan kampus. Semua "haram" digunakan. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Kegiatan-kegiatan
mahasiswa hal layak yang dilakukan mahasiswa seperti diskusi, pelatihan,
seminar, kajian dan kegiatan-kegiatan yang lain sudah menjadi dogma larangan
bagi kampus. Lalu kemudian "apa gunanya" kita kuliah yang menyandang
kata MAHA-siswa yang tidak bisa disamakan dengan kata SISWA. Masih sakral dan berbedakah identitas "mahasiswa" ini dengan "siswa"?</span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Sakit hati itu kian menggurita, dan mencapai puncaknya pada Kamis 27 September 2012 pada acara </span></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 18px; text-indent: 36pt;">@MataNajwa yang dihadiri oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U. dan Dr. Anies Rasyid Baswedan, MS di aula megah DOM kampus. Bagi intelektual kritis transformatif, ini satu kali kesempatan penting untuk bertanya, atau bisa jadi tidak ada kesempatan kedua kalinya. </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;">Ini adalah kegiatan kampus dengan bargaining tinggi, intelek, dan yang yang terpenting adalah kehadiran tokoh nasional dan media. Kita semua tahu, media mentrans-formasikan diri menjadi tangan rakyat, bahkan "tangan tuhan" diera keterbukaan ini. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;">Pada
saat acara itulah seorang aktifis PMII menanyakan bagaimana solusi tentang proses kepemimpinan
di kampus yang katanya materi ilmu kepemimpinan hanya 20%. Selebihnya (80%) diperoleh di luar kampus seperti organisasi Intra dan
Ektrakulikuler. Tidak hanya itu, ruang lingkup kepemimpinan juga diberi <i>space</i> yang sangat kecil, bahkan ada indikasi untuk diharamkan dengan "membunuh" Organisasi Ekstra kampus, karena ruangnya yang SANGAT DIBATASI! Itulah pertanyaan yang
dilontarkan oleh seorang mahasiswa aktifis PMII.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, sans-serif;">Sebelum
pertanyaan selesai dari penanya, seorang birokrat kampus menyerobot mic yang
dipegang oleh penanya. Dengan arogansi dan kekecewaan atas pertanyaan tersebut,
pihak kampus itu berupaya menggelandang penanya keluar. Kalah sigap dan tidak
menduga, aktifis yang melontarkan pertanyaan dirangkul dan diculik
untuk di investigasi oleh kampus. Terjadi sedikit kericuhan. Spontan teman-teman
OMEK yang merasa terwakili oleh si penanya berupaya menyelamatkan penanya dari
pihak birokrat.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;">Seraya
sahabat-sahabat dari PMII dan teman-teman OMEK yang lain berkumpul untuk
membebaskan aktifis yang mempunyai keberanian lebih itu. Selang beberapa jam
kemudian aktifis yang bertanya ternyata sudah di lepas dan keluar dari ruang
investigasi bawah DOME UMM.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 115%; text-indent: 36pt;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Ketika
penanya keluar dan kita bawa lari kedepan kampus tepatnya di warung kopi untuk
kami tanyakan ulang kejadian didalam investigasi. Pikiran saya sebagai
penulis, munkin kejadian pada ORDE baru ya begini, tidak ada kebebasan untuk
menyampaikan pendapat dan main culik seperti yang dilakukan birokrat kampus. Seakan-akan ORDE BARU bangkit lagi di KAMPUS di era reformasi, kebeasan pendapat dan keterbukaan ini. </span></span></blockquote>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Kalaupun betul ORDE BARU tumbuh dan bangkit lagi di KAMPUS dengan indikasi untuk
melumpuhkan Organisasi Ekstra, lalu muncullah tanda-tanda kematian OMEK memang tampak nyata. Tidak hanya ruang yang sangat terlarang versi kampus, tetapi berbagai dinamika organisasi juga terus dihambat dengan padatnya kuliah tambahan, KULIAH MALAM DAN KULIAH HARI SABTU. Kampus berpikir bahwa seluruh kegiatan diluar kampus harus terus dibatasi, bahkan kalau bisa mengganggu dari berbagai kegiatan kajian dan diskusi rutinan yang dilakukan Organisasi Ekstra
kampus. Semua fasilitas kampus juga "haram" untuk dipinjam. GEDUNG dan FASILITAS itu hanya simbolis manis kemegahan kampus.</span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small; line-height: 115%;">Mimpi
kejayaan Nusantara tersabotase di wilayah kampus, seakan-akan kampus sudah
melemahkan mimpi mahasiswa tentang kejayaan Nusantara, tentang peradaban
Nusantara, tentang kemerdekaan Nusantara sepenuhnya. Apa yang dibanggakan
mahasiswa jika tak bisa berbuat apa untuk Negerinya sendiri. Kampus hanya
mengarahkan mahasiswanya kepada PEKERJA KERAS bukan PEKERJA CERDAS.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-18630085197662186072012-05-04T07:27:00.000+07:002012-05-04T07:41:18.043+07:0020 Tahun PMII UMM, 17 Generasi Kepemimpinan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Oleh Sahabat Faqih Al Asy'ari <i><br /></i></span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;"><i>Jas
Merah</i>. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Tidak sekedar indah didengar,
tetapi adigium dari presiden RI pertama itu mempunyai makna dan substansi yang
besar. Saat saya membuka kembali berkas-berkas RTK antar periode, ada
kebanggaan bahwa organ ini telah mampu melewati zaman lintas angkatan dengan
beragam situasi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Organisasi adalah benda mati. Akan tetapi ruh dan
semangat orang-orang dalam organ ini masih bisa kita rasakan sampai saat ini.
Saat melihat berbagai kegiatan yang tertulis di draft RTK dari tahun ke tahun,
terbayang dinamika kegiatan yang berkembang pada saat itu. Sama seperti proses
pendidikan, kaderisasi, dan berbagai momentum kegiatan pergerakan pada saat
ini, untuk melewati semua proses itu bukanlah persoalan mudah. Tantangan,
peluang dan situasi boleh berbeda. Akan tetapi tanpa keikhlasan dan
kesungguhan, organisasi yang merupakan benda mati ini bisa benar-benar mati
tanpa kehidupan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Kini PMII UMM memasuki usia 20 tahun. Menjadi nahkoda di bahtera
“Kuning Biru” ini tentu menyisakan berbagai cerita, tawa ataupun duka. Aka
tetapi keikhlasan adalah kuncinya. Tanpa bermaksud melupakan sahabat-sahabat
lain yang bersemangat pada masing-masing periode, saya mengumpulkan nama-nama
ketua komisariat dengan maksud memberikan penghormatan dan penghargaan yang
sangat tidak bernilai jika dibandingkan dengan perjuangan antar waktu hingga
PMII UMM masih terasa berkobar diusia 20 tahun ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Terbatasnya data adalah masalah yang saya dapat saat
mengumpulkan berkas-berkas masing-masing periode. Dengan rendah hati, mohon
maaf jika jajaran yang saya tampilkan ini masih sangat mentah. Semoga
perjalanan antar waktu PMII UMM ini bisa kita lanjutkan hingga terbentuk sirah
PMII UMM yang lebih lengkap.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Berikut adalah ketua komisariat antar waktu pada 20 tahun
PMII UMM;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">1. Periode Pertama (1992
– 1993)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini, Komisariat dipimpin
oleh Sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Lukman Hakim</b> (FAPERTA),
didampingi oleh Sahabati Siti Zainiyah (FKIP) sebagai Sekretaris. Mereka
sekaligus pelopor berdirinya Komisariat. Pada saat itu Komisariat beralamat di
Jl. Sumbersari (Kampus II UMM). Pada periode ini Korpri PMII UMM dipimpin oleh
Tri Ingawilis Sari Ayu dengan sekretaris Hurrin Ain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">2. Periode Kedua (1993 –
1994)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini Komisariat dipimpin oleh
Sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Hairul Soleh</b> (FAPERTA),
didampingi oleh Sekretaris Sahabat Sutomo (FKIP). Pada periode ini sekretariat
Komisariat pindah ke Jl. Tlogomas (Kampus III UMM).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">3. Periode Ketiga
(1994 – 1995)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini Komisariat dipimpin
oleh Sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Yunan Isnainy</b> (FT),
didampingi oleh Sekretaris Sahabat Yasin Yulianto (FT). Pada periode inilah
disepakati perubahan nama dari Komisariat PMII Al-Ikhlas menjadi Komisariat
PMII Universitas Muhammadiyah Malang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">4.
Periode keempat (1995-1996)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Yasin Yulianto</b>
dengan didampingi oleh sahabat Berik Wicaksono sebagai sekretaris. Pada periode
ini wakil ketua masing-masing adalah sahabat M. Fadlil Ali Maskuri, Muhammad
dan sahabati Sri Lianah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">5.
Periode kelima (1996-1997)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada period kelima biduk komisariat
dikendalikan oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Badi’ Zamanil
Mansur</b>. Sahabat Badi didampingin oleh Muh. Subhan yang bertindak sebagai
sekretaris komisariat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">6.
Periode keenam (1997-1998)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode yang lekat diidentikkan
dengan tahun reformasi ini Komisariat dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Saiful Arif</b> didampingi sekretaris
sahabat Nyoto Sugeng Basuki. Pada periode ini, Korp Pergerakan Mahasiswa
Indonesia Putri sahabati Muyassaroh dan sekretaris Korpri sahabati Umi Hanik
Shofi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">7.
Periode ketujuh (1998-1999)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Mohammad
Madhan</b>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">8.
Periode kedelapan (1999 – 2000)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini komisariat PMII UMM dibawah pimpinan
sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #333333;">Siswanto</span></b>
dengan didampingi sekretaris sahabat <span style="color: #333333;">Nanang</span>
Fachrudin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">9.
Periode kesembilan (2000 – 2001)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Periode kesembilan Komisariat PMII UMM
dipimpin oleh Sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Marsikan</b>
dengan didampingi sekretaris sahabati Siti Nur Wijayanti. Sementara tiga Wakil
ketua masing-masing adalah sabahat Hafi Ardiansyah, sahabat Badruttamam dan
sahabat Khairul Anwar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">10.
Periode kesepuluh (2001 – 2002)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Yuda
Aminta</b>. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">11.
Periode kesebelas (2002 – 2003)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Miskari</b></span><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">12.
Periode keduabelas (2003-2004)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Fauzan
Fuadi</b>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">13. Periode
ketigabelas (2004 – 2005)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">In’am Fuadi eal Idrus</b> dengan sekretaris sahabat Achmad Syafi’i.
Prosesi sahabat In’am kemudian dilanjutkan oleh sahabat Hermanto sampai akhir
periode dan menyelenggarakan RTK XIV.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">14. Periode
keempat belas (2005 – 2006)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh Sahabati <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kemala Hasanah</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">15. Periode
kelima belas (2006 – 2007)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Edy
Sudarto</b>. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">16. Periode
keenam belas (2009 – 2010)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini pimpinan komisariat
PMII UMM dipegang oleh sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Abdul
Karim Abraham</b>. Wakil ketua pada periode ini adalah sahabat Ahmad Wahib
sebagai Waka I, sahabat Abdul Ghani sebagai Waka II dan sahabati Umi Kalsum
sebgai Waka III. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">17. Periode
ketujuh belas (2011 – 2012)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Pada periode ini sahabat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Nasrudin Quwiyurizal</b> terpilih sebagai
pemimpin biduk komisariat PMII UMM. Sahabat Rudi (panggilan akrab Nasrudin
Quwairulrizal) didampingi oleh skretaris sahabat Falikhin, Waka I sahabat
Darlan FR Sangadji, Waka II shabat Faqih Al Asy’ari dan Waka III sahabati Susan
Ayu Mega Firmani.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Akan
tetapi perjalanan sang ketua terhenti saat sahabat Rudi mengundurkan diri
menjelang lima bulan pasca pelantikan. BPH Komisariat kemudian menunjuk sahabat
Faqih Al Asy’ari untuk memimpin perjalanan komisariat PMII UMM hingga akhir
periode dan menyelenggaraakan RTK-LB dengan alasan tanpa kehadiran mandataris
RTK.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;">
<span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">Untuk
mengoptimalkan kinerja kepengurusan komisariat, sahabat Faqih Al Asy’ari
kemudian melakukan reshufle hingga terpilih Waka I sahabat Darlan FR Sangadji,
Waka II Sahabat Haji Abbas dan Waka III Sahabati Nurul Fitria. Pada saat
reshufle itu juga masuk sahabat Richard Manaba di ketua BSO Jurnalistik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-line-height-alt: 13.5pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;">18. Periode
kedelapan belas (2012-2013)</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 26pt;"> ?</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="background: none repeat scroll 0% 0% white; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-23710770309784167332012-04-27T08:28:00.000+07:002012-04-27T08:44:04.167+07:00Quo Vadis 20 Tahun PMII UMM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Oleh: Faqih AL Asy'ari</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;"> </span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9FlzrBPBwJeVWyzCNJhBwzpDLqzmooUnFXG8d7gY64v8bPhZy69yeFPp1_NIUo7dGT72AKtEYlnCyrxUaxAm4esTDN0PFmfan-NVMHy0nYoH2zzQ7AWirIFCDOTwYUPflos8wwpGAyns-/s1600/kartun-1-71.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9FlzrBPBwJeVWyzCNJhBwzpDLqzmooUnFXG8d7gY64v8bPhZy69yeFPp1_NIUo7dGT72AKtEYlnCyrxUaxAm4esTDN0PFmfan-NVMHy0nYoH2zzQ7AWirIFCDOTwYUPflos8wwpGAyns-/s1600/kartun-1-71.jpg" /></a></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Ibarat tubuh manusia, perkembangan </span><i><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">(development</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">) </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">diartikan </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">bertambahnya kemampuan (<i>skill</i>) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang untuk dapat memenuhi fungsinya. Semua sistem itu
bersatu menopang pertahanan tubuh sekaligus membangun kekuatan kemampuan diri.
Termasuk dalam perkembangan adalah pematangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Eksternalisasinya adalah terbentuknya
manusia yang seutuhnya, bereksistensi dan bersinergi dengan milayaran manusia
lain di muka bumi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Begitu juga dengan perkembangan dan sejarah Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Muhammadiyah Malang.
<a name='more'></a>Perjalanan 20 tahun tentu telah memberikan berbagai pengalaman dan kematangan
semua fungsi organ dan jaringan organ dalam tubuh PMII UMM, membangun
differensiasi fungsi, dekonsentrasi tanggungjawab dan wewenang yang merata,
menopang kekuatan dan membagi harapan, hingga terbentuk visi organisasi yang
jelas pada tubuh PMII Komisariat UMM.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Namun benarkah idealitas itu sudah tercipta di tubuh PMII
Komisariat UMM? Sudahkah masing-masing kader mempunyai mimpi dan dikuatkan
harapannya oleh seluruh jaring organ tubuh organisasi, menghidupkan “ruh”
semangat organisasi dan menciptakan seluruh jaringan organ dapat berjalan
sesuai dengan fungsinya? Ataukah sebaliknya, kondisi psikologis dan mental
jaringan dalam tubuh PMII Komisariat UMM justru memberikan warna pupusnya
harapan dan melemahnya semangat berorganisasi, bahkan menciptakan
“kematian-kematian” pada visi kader dan jaringan organ karena fungsi jaringan
organ tubuh yang enggan berjalan lagi? Jika sindrom kematian itu justru yang
kuat mengakar, berepidemig dan sulit disembuhkan, masihkah layak organisasi
dipertahankan?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Untuk menjawab itu semua butuh refleksi perjalanan
organisasi dari masa ke masa, butuh suara dan pikiran dari semua persoalan yang
mendera tubuh organisasi. Kita butuh suara dari semua kader, alumni dan anggota
aktif untuk membuka kembali ruang kritk oto kritik yang dinamis. Ruang refleksi
dan dialog sejarah hingga kondisi paling aktual. Tidak hanya berbicara
eksistensi dan sekedar narsis organisasi, lebih dari itu perlu dibaca kembali
ruang peran dan posisi organ, ruang harapan dan semangat menggapai cita-cita,
hingga ukuran-ukuran pencapaiannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Momentum 3 Mei sebagai hari bersejarah kelahiran PMII
Komisariat UMM 20 tahun yang lalu menjadi instrumen penguatan kembali </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">membangun harapan </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">pengembangan organisasi. Refleksi
dilakukan untuk menengok torehan-torehan sejarah yang menumbuhkan spirit untuk
terus menjaga dan meningkatkan eksistensi PMII di tengah dinamika gerakan
keislaman dan kebangsaan, menguatkan peran dan posisi organisasi di tengah
dinamika organ pergerakan lainnya, serta memberikan tonggak pengalaman dan
pendidikan kader yang berkualitas untuk insan-insan masa depan bangsa dan
agama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Disetiap tanggal 3 Mei ini kita merenung ulang tentang
eksistensi organisasi. Dan usia 20 tahun tentu bukan usia remaja lagi. Usia
peralihan yang membutuhkan kematangan semua jaringan organ agar berfungsi
normal, bergerak perkasa dengan pertahanan yang kuat dan berani mengambil
langkah-langkah solutif. Kita semua mafhum kehadiran PMII yang ber-<i>manhaj alfikr</i> <i>Ahlussunnah Wal Jama’ah</i> di UMM bukanlah suatu hal yang mudah.
Sebuah paradoks yang tidak patut dipertentangkan dan tidak seharusnya diposisikan
dalam kaca mata <i>vis a vis</i>, meskipun
terkadang kehadiran ini memunculkan reaksi bahkan resistensi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Akan tetapi dibalik itu semua, kita telah membukitkan
mampu mewujudkan keselarasan dengan lingkungan dimana kita tumbuh dan
berkembang. Kita mampu bersinergis dan membangun pilar tubuh organ ini beranak
pinah dan berkembang dalam suka maupun duka, dalam kepenatan maupun kebugaran.
Keletihan fisik tidak membuat mental dan psikis kita berhenti meneriakkan pekik
semangat membangun organ ini hidup hingga diusia 20 tahun. Bukankah ini “ruh”
yang disebut Plato sebagai eksistensi tubuh manusia dibalik jasadnya yang bisa
jadi hancur di usia muda maupun dimakan senja? Inilah “ruh” yang oleh Plato disebut bisa abadi, memberikan harapan PMII ini dapat terus hidup seribu tahun
lagi, bahkan saat tubuh kita tinggal tulang belulang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 12pt;">Bersamaan dengan momentum Rapat Tahunan Komisariat,
refleksi, evaluasi dan asa ini kita kuatkan kembali. Kita tidak pernah
sendirian saat semua kader, anggota aktif dan alumni organ ini sudi menyisipkan
waktu, tenaga, pikiran dan biaya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
Segala yang kita lakukan bukan hanya untuk membangun asa organ ini dapat hidup
seribu tahun lagi, tetapi juga untuk mengantarkan kita semua kader PMII
Komisariat UMM menggapai mimpi dan cita-cita kita masing-masing. Bukankah ini
makna filosofis <i>Putera Bangsa Bebas
Merdeka</i> dan <i>Tangan Terkepal dan Maju
Kemuka</i>?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-55982553968330002882012-02-26T18:57:00.000+07:002012-02-26T19:22:58.189+07:00Sistem Kaderisasi Layaknya Partai Politik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Oleh: Lugas Wicaksono</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Vmiu-4tyQhUKJoCdl8hnffixxvWSjHZXC5b7mziXGtSRR3etChjYf-VPn3KsKVvCn5Nc8vcLkEA3S5cjuZ5iWgMdthyphenhyphen5q39udgVo0crRKdtAu7RGkEMUIB-PkjiRRInMlOrLUAD6jgv-/s1600/Kaderisasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Vmiu-4tyQhUKJoCdl8hnffixxvWSjHZXC5b7mziXGtSRR3etChjYf-VPn3KsKVvCn5Nc8vcLkEA3S5cjuZ5iWgMdthyphenhyphen5q39udgVo0crRKdtAu7RGkEMUIB-PkjiRRInMlOrLUAD6jgv-/s320/Kaderisasi.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Sorak sorai masyarakat Indonesia penuh dengan buih kecewa keluar dari mulut tak kunjung pula lelah mencaci. Di sisi lain sebagian dari mereka terdiam pasrah tanpa bisa berbuat suatu apapun menyaksikan ulah Partai Politik yang sudah tak sesuai lagi dengan sistem politik impian mereka. Bicara politik dewasa ini sama dengan bicara tentang kebusukan bagi masyarakat Indonesia. Meskipun tidak demikian halnya menurut orang – orang yang mempelajari ilmu tersebut. Lantas apa sebenarnya definisi politik itu sendiri? Menurut Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles, mereka beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8049232399526527610#_ftn1">[1]</a>. Sistem politik tentunya tidak akan bisa jalan jika tanpa pelaku politik, pelaku inilah yang nantinya menjalankan sistem politik. Pelaku politik adalah orang – orang atau individu – individu yang memainkan peran dalam arena politik melalui organisasi, kelompok, lembaga ataupun suatu gerakan<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8049232399526527610#_ftn2">[2]</a>. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dalam konteks politik Indonesia, sekilas kelahiran pelaku politik (politisi) berasal dari rahim Partai Politik yang merupakan salah satu bagian dari organisasi politik. Tujuan dibentuknya Partai politik dalam UU No.2/2008 salah satu diantaranya adalah sebagai sarana Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8049232399526527610#_ftn3">[3]</a>. Tujuan yang cukup mulia sebenarnya telah diatur dalam undang – undang untuk memberikan pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat, biasa disebut dengan sistem kaderisasi. Sistem inilah yang nantinya melahirkan kader – kader partai yang siap terjun di dunia politik. Layak tidaknya kader – kader partai bermain politik dalam mengurusi Negara adalah cermin dari kualitas sistem kaderisasi partai itu sendiri. <br />
<br />
Lihatlah sekarang politisi – politisi itu, apakah mereka layak mengurusi Negara? Sebagian besar dari masyarakat Indonesia dipastikan menilai sebagian besar dari politisi yang merupakan kader – kader partai politik tidak layak untuk mengurusi Negara tanpa hasil survey sekalipun. Sistem kaderisasi-lah yang harus dipertanggung jawabkan dalam realitas ini. Partai politik lebih asyik main <i>comot</i> tokoh politik yang dianggap potensial dan menguntungkan bagi partainya untuk kemudian didudukkan dalam struktur hirarki tertinggi tanpa harus memulai dari bawah terlebih dahulu, dari pada capek – capek mengelola sistem kaderisasi. Sedangkan kader partai yang memulai dari struktur yang paling bawah> Dampaknya dalam memainkan perannya sebagai politisi, kader – kader instant Partai Politik ini tidak cukup mampu memahami keinginan sesungguhanya Partai Politik yang biasa disebut dengan ideology dan diterjemahkan melalui visi misi Partai Politik. Dalam politik, kepentingan-lah yang memiliki kuasa penuh. <br />
<br />
Ironisnya, sistem kaderisasi instant seperti inilah yang banyak dicontoh oleh organisasi – organisasi massa yang menerapkan sistem kaderisasi. Realitasnya bersikap pragmatis ternyata memang lebih enak dari pada idealis. Dari salah satunya yang terlihat mirip dengan partai politik adalah Omek (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus). Sekilas Omek bisa dikatakan sebagai miniature Partai Politik yang tumbuh dan berkembang di lingkungan kampus. Tak tahu pasti apa sebenarnya tujuan dari Omek itu sendiri, yang pasti setiap dari mereka mempunyai ideology yang berbeda pula satu dengan yang lain. Dalam menjalankan roda organisasi mereka juga menerapkan sistem kaderisasi. Dari Omek-lah lahir aktivis mahasiswa yang sering kita saksikan mereka berdemonstrasi, berteriak lantang di tengah jalan di bawah terik matahari berharap didengar pemerintah, itulah ciri khas mereka ketika ada dari kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan keinginan mereka. Gerakan yang sekilas terlihat tulus. <br />
<br />
Banyak pihak yang menilai aktivis mahasiswa adalah civil society yang masih “perawan”. Dengan idealismenya tak mudah kepentingan – kepentingan politik masuk di dalamnya. Tapi itu katanya orang – orang, dan saya juga tidak cukup bukti untuk menyebut mereka tidak seperti itu. Pendidikan politik mahasiswa salah satunya melalui Omek selain mereka mendapatkannya dari mata kuliah yang diajarkan. Mempraktekkan langsung dengan memainkan perannya sebagai “partai politik” kampus. Ketangkasan mereka dalam bermain politik bisa kalian saksikan sendiri ketika musim Pemilu Raya Kampus. semoga mereka tidak “setangkas” politisi Indonesia sesungguhnya, karena kampus lebih terlihat indah dijadikan tempat belajar saja. Jikalau mereka (aktivis) telah tangkas bermain politik, dikhawatirkan masyarakat dalam hal ini juga mahasiswa diluar aktivis akan bersikap apatis dengan kehadiran mahasiswa aktivis. Tidak menjadi soal apabila aktivis mahasiswa belajar politik yang baik dan benar sesuai dengan ilmu politik itu sendiri, dan dengan begitu akan menjadi teladan bagi yang lainnya. Khawatirnya mahasiswa dengan banyak mengkritisi politisi – politisi yang kurang baik akan secara tidak langsung ikut terpengaruh dengan gaya berpolitik mereka pula. Cobalah anda perhatikan dinamika keorganisasian Omek dewasa ini jika ingin mengenal lebih dekat. Khususnya Omek yang memiliki sistem kaderisasi mirip dengan Partai Politik cukup menarik untuk diperhatikan. <br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref1">[1]</a> http://carapedia.com/pengertian_definisi_politik_menurut_para_ahli_info483.html <br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref2">[2]</a> http://www.scribd.com/doc/69280719/12/INDIVIDU-INDIVIDU-SEBAGAI-PELAKU-POLITIK <br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref3">[3]</a> http://jakarta45.wordpress.com/2009/01/06/7-tujuan-partai-politik-uu-no-22008/ </div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-2105803419194114892012-02-11T08:30:00.000+07:002012-02-11T08:30:41.827+07:00Strategi Pengkaderan (2): Membumikan Islam PMII di UMM<a href="http://www.facebook.com/faqih.asyari" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Oleh:Faqih Al Asy'ari</a><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
Satu bulan yang lalu saya googling tentang bid’ah. Yang muncul di halaman pertama adalah kajian-kajian pengharaman bid’ah: kullu bidatin dlolalah. Mereka mengamini satu pernyataan Ibnu Umar: semua bid’ah adalah sesat. Termasuk penjelasan yang muncul dalam Wikipedia yang secara langsung mengharamkan bid’ah. Ini meresahkan, karena ternyata dakwah kita melalui tulisan dalam memanfaatkan teknologi masih terbatas. <br />
<br />
Sah-sah saja sebetulnya khilafiyah (perbedaan) dalam islam berkembang. Akan tetapi kita tidak bisa membenarkan melihat agressiffitas Islam Transnasional melakukan berbagai cara propaganda, mempengaruhi bahkan menyerang dan menggerogoti sendi-sendi ke-Islaman kelompok lain yang telah terbangun harmonis dengan adigium “musyrik, sesat, bahkan kafir! <a name='more'></a>Propaganda (baca: hasutan) “kau musyrik, kau kafir, laknatulloh” lebih menonjolkan “kewajiban” kita memilih sikap permusuhan dengan sesama muslim, apalagi kepada non muslim. Ambil saja contoh: “Jangan gunakan sistem dari orang kafir! Jangan ambil bahasa dari orang kafir! Semua itu bidah!” dan lain sebagainya. Hal kontradkitif dari metode dakwah pada kita yang lebih menonjolkan pentingnya Islam untuk berproses menjadi insan ulul albab (cita-cita kader PMII), akhlakul karimah, membina persaudaraan, mementingkan sikap toleransi dan kebhinekaan (sebagaimana dalam manhaj al fikr ahlussunnah waljamaah). <br />
<br />
Semangat mereka untuk “menyatukan” Islam dalam definisi tunggal sungguh luar biasa. Bahkan kini mereka lebih berani lagi dengan menjelekkan dan mengkafirkan saudara muslim kita. Jika kita sibuk berdakwah agar semakin banyak umat Islam dengan perilaku akhlakul karimahnya, mereka justru sibuk membuat “kafir” orang-orang yang sudah muslim. <br />
<br />
Padahal di Amerikapun (yang mereka sebut Negara kafir) toleransi beragama juga diperjuangkan oleh banyak kalangan, berbagai kelompok agamawan, berbagai NGO dan tokoh agama untuk mempengaruhi keputusan ekskutif yang berlangsung. Ambil contoh lagi (kalau masih kurang contoh-contohnya, silakan tulsi sendiri) rencana pembakaran Al Qur’an pda tanggal 11 September 2010 di depan umum taman kota Amarillo, AMerika Serikta. Tetapi hal itu justru dihalangi oleh anggota gereja “Unitariant Universalist Fellowship” dalam kamapanye telepon dan aksi massa, juga melalui halaman facebook dengan judul terjemahan “Jangan Sampai AL Qur’an Dibakar di Taman Amrillo”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn1">[1]</a>. <br />
<br />
Inilah yang saya sebut berlebihan, termasuk tentang pemahaman bid’ah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn2">[2]</a>. Jika kita mampu secara kolektif, ingin rasanya mengundang para alim dan ustadz aswaja untuk mendirikan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) tandingan yang telah mulai mereka kuasai agar manhaj al fikr ahlussunnah waljamaah bisa tersampaikan, agar Islam kembali dalam aktualisasi Rohmatan lil alamin. Andai-andai itu sepertinya buka tanggungjawab kita saat ini, mengingat masih banyak hal yang harus kita benahi dulu berbagai persoalan mendasar dalam kehidupan organisasi di PMII Komisariat UMM. Akan tetapi masih terbentang harapan, semoga kader PMII UMM selanjutnya lebih siap menghadapi dan memperbarui pola gerkanya sehingga mampu mengambil tugas berat seperti ini nanti. Amiin. <br />
<br />
Salah satu pembahasan penting untuk membumikan Islam PMII itu dalah pembasahan tentang bid’ah. Tulisan ini saya buat sambil belajar dengan penuh hati-hati, agar dapat tersampaikan dan akhirnya menjadi proses pembelajaran kita semua. <br />
<br />
<b>Belajar Menjelaskan Tentang Bid’ah </b><br />
<br />
Bid’ah bukan hukum. Bid’ah pengertian sederhanaya adalah lawan sunnah (sunnah dalam pengertian apa-apa yang telah dilakukan rosul). Sunnah adalah apa yang dilakukan dan menjadi manhaj nabi. Sementara bid’ah adalah perkara-perkara baru yang tidak terjadi atau tidak dilakukan oleh Nabi. <br />
<br />
Kanjeng nabi telah wafat dan perjalanan hidup terus berkembang. Berbagai kultur dan etnis, bahasa dan budaya juga telah mendapat sentuhan ajaran dan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu keberadaan bid’ah sering muncul dan tentu tidak serta merta dapat kita sebutkan haram. Sebaliknya, bid’ah harus kita proyeksikan keberadaannya dalam berbagai metode penggalian hukum agar kita dapat menentukan jawaban, apakah bid’ah tersebut pantas dihukumi apa dalam Islam<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn3">[3]</a>. <br />
<br />
Dalam Islam kita mengenal hukum ada lima: Wajib (harus dilakukan dan mendapat pahala, meninggalkannya mendapat dosa), sunnah (diminta untuk dilakukan agar dapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa), Jaiz/mubah (boleh dilakukan atau tidak), makruh (sebaiknya tidak dilakukan, meninggalkannya dapat pahala) dan haram (harus ditinggalkan). <br />
<br />
Oleh karena itu muncul istilah bid’ah hasanah, atau bid’ah yang baik. Imam Syafi’I menyebut sebagai Thoriqtun fiddin muhktaro’ah (jalan agama yang diciptakan). Imam syafii menyebutkan tentang apa yang dilakukan Umar dalam mempraktekkan sholat tarawih berjamaah 20 rakaat bersama di masjid dan pemushafan AL Qur’an sebagai bid’ah. Artinya jelas bahwa tidak semua bid’ah adalah sesat. <br />
<br />
Al Qur’an yang kit abaca setiap hari pada saat ini juga jauh berbeda dengan AL Qur’an pada zaman rasul. Pada saat itu Al Qur;an ditulis dalam lembar-lembar oleh para sahabat, dan baru dibukukan pada saat pemerintahan sahabat Umar. Dari jasa beliau ini kita melihat mushaf AL Qur’an Utuh dalam satu buku. <br />
<br />
Sistem berdemokrasi juga coba diterapkan oleh sahabat Ali. Akan tetapi justru beliau dianggap telah keluar dari ajaran Islam, bahkan sampai wafat terbunuh oleh tangan Ibn Muljam, sosok hafidz yang tekun beribadah yang selalu menyampaikan La hukma illalloh. Tidak ada hukum selain hukum Allah. Apakah mereka lupa, bahwa sahabat Ali adalah bagian dari sosok muslin pertama di dunia, atau yang bisa kita sebut assabiqunal awwalu. Akan tetapi mengapa Ibn Muljam berani mengkafirkannya? <br />
<br />
Klaim tentang kafir, laknatulloh, surga hanya milik mereka, dan berbagai atribut menghasut bukanlah cermin dari akhlakuk karimah. Tidak cukup itu, kini juga kita sering meilhat bagaimana mereka “menyerang” kita dalam berbagai celah tradisi. Muaranya satu: penguasaan umat dan menghadirkan khilafah Islamiyah. <br />
<br />
Saya bukan mujtahid yang mampu menggali hukum Islam secara integral. Jangankan hadist, ayat Al Qur’anpun saya butuh penjelas. Oleh karena itu saya lebih mudah belajar dengan para imam yang membangun madzhab. Mereka menguasai ribuan hadist, jauh lebih layak menggali hukum daripada mereka-mereka yang suka mengkafirkan orang lain. Paling-paling mereka masih hafal ratusan, bahkan kurang, sebagaimana perilaku sholat kita yang disesuaikan dengan syarat sah dan rukunnya yang dipedomankan para imam Madzhab. <br />
<br />
Contoh mudah taqlid saya adalah terkait sholat itu. Nabi bersabda “sholatlah seperti aku sholat”. Rasululloh tidak menuliskan tentang ibadah sholat secara terperinci. Padahal pada saat bersmaan kita tidak pernah melihat secara langsung sholat nabi. Yang bisa kita lakukan adalah mencontoh ustadz dan imam kita. Bukankah ini taqlid, sesuatu yang disebut bagian dari bid’ah oleh mereka dan dihukumi sesat? <br />
<br />
<b>Gerak Politik Tendensius Berlabel Agama </b><br />
<br />
Kita semua tahu, bahwa politik selalu identik dengan perpecahan. Ada kekuasaan yang diburu bersama. Ada prestise dan berbagai kekuatan untuk menggerakkan umat (baca: rakyat) dengan mudah melalui pengaruh dan kekuatan kekuasaan. <br />
<br />
Kekuasaan pula yang menggerakkan berbagai negara di seluruh dunia mau melakukan segala cara untuk menjaga kekuatan dan pengaruhnya. Malaysia sebagai negara Islam (walaupun belum sampai pada khilafah) telah memberangus banyak poerbedaan pendapat, memenjarakan kebenaran di luar garis yang dibangun atas anama kekuasaan. Untuk menggenggam dan dapat membenarkan itu semua, satu-satunya jalur yang dapat ditempuh adalah politik. <br />
<br />
Sejarah Islam memberikan banyak pelajaran kepada kita, bahwa perpecahan umat Islam mencapai puncaknya saat perebutan jalur politik kekuasaan. Muncul kelompok Mu’tazilah, Syiah, Sunni, Khawarij, Jabariyah dan lain sebagainya. Bibit perpecahan ini tumbuh dari dikotomi effect yang muncul: ada barisan yang kecewa, ada barisan yang menepuk dada. <br />
<br />
Saya tidak berlebihan. Masalah politik merupakan sumber perpecahan umat Islam yang terbesar, sebagaimana yang ditulis juga oleh Al-Syahrastani (wafat th. 548 H) dalam bukunya Al-Milal wa al-Nihal mengatakan: wa azhamu khilafin bayna al-ummah khilafu al-immah, iz ma sulla sayfun fi al-Islam ala qaidah diniyyah misla ma sulla ala al-immah fi kulli zaman (Dan perselisihan terbesar di antara umat adalah perselisihan mengenai imamah (kepemimpinan), kerana tidak pernah pedang dihunus dalam Islam dengan alasan agama sebagaimana (sesering) dihunus karena imamah pada setiap zaman<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn4">[4]</a>). <br />
<br />
Tidak mengherankan di negara-negara Timur Tengah kelompok khilafiyah ini makin tidak laku. Sebab tidak ada samakali jaminan Khilafah Islamiyah akan menyatukan umat Islam, apalagi untuk cita-cita toleransi, saling mengharagi perbedaan pendapat dan keyakinan. Akan tetapi justru sebaliknya. <br />
<br />
Terlepas dari kontroversi intervensi negara amanapun, Mesir telah merubah diri dari kediktatoran Husni Mubarok. Negara-negara Arabian lain juga enggan menerapkan konsepsi khilafah yang lebih mempunyai potensi memecah belah. Lantas mengapa malah nyasar ke Indonesia? <br />
<br />
<b>Menghidupkan Kultur Islam Indonesia </b><br />
<br />
Tema ini diangkat dalam PKD XIX PMII UMM: “Reaktualisasi Organisasi Berbasis Ideologi”. Jika dalam MAPABA kita membedah Islam Ahlussunnah waljamaah dalam kerangka Manhaj al Fikr (metodologi berfikir), maka dalam PKD kita mengupasnya sebagai Manhaj al harakah (metodologi gerakan). Bagaimana pola gerak Ahlussunnah walajamaah ini dalam praksiologi organisasi? <br />
<br />
Banyak sahabat. Kultur dan berbagai tardisi yang terbangun di tengah-tengah sosial kemasyarakatan kita telah menciptakan harmonika hidup yang damai. Ada pertemuan-pertemuan bercanda dalam kegaiatan tahlilan rutin, diba’iyah pada saat maulid, peringatan berbagai hari besar agama, ziarah kubur atau ziarah wali sembilan, dan lain sebagainya. Sebagian besar tradisi yang menguatkan psikologi sosial masyarakat kita dari pengaruh modernitas tersebut adalah bid’ah hasanah. Tidak ada hukum dalam sumber Islam manapun yang mengharamkan dzikir dan mengingat nabi dan tokoh panutannya. <br />
<br />
Pada aspek intelektual, kajian keislaman sudah selayaknya kita beri ruang untuk para mahasiswa yang berminat pada kajian keagamaan. Banyak sekali para mubtadiien (mahasiswa) kampus UMM yang kering dan membutuhkan mata air yang menyegarkan spiritualitas mereka. Sanggupkah PMII UMM juga menyediakan ruang pengajian mahasiswa rutin dalam program kerjanya? <br />
<br />
Kenyataannya sampai sekarang kita masih jauh dari harapan sahabat. Atau jangan-jangan spiritualitas internal kita juga tidak kalah gersang dibanding mereka yang haus belajar agama dan mendapatkan tempatnya di kelompok Islam Trans-nasional? Apakah ini juga effect dari bekunya Rayon PAI di PMII komisariat UMM, dan mungkin sebentar lagi Psikologi? <br />
<br />
Semoga pembacaan sederhana dan parsial ini memberi ruang kesadaran kita untuk melangkah secara sadar proses kaderisasi, memilih startegi yang tepat, istiqomah dan pada akhirnya membuka ruang penyegaran di tubuh PMII UMM ke depan. Amin. <br />
<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref1">[1]</a> lihat beritanya di youtube: <a href="http://www.youtube.com/watch?v=-7qZMtY3XV0&feature=related">http://www.youtube.com/watch?v=-7qZMtY3XV0&feature=related</a><br />
<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref2">[2]</a> Dalam Islam, sikap berlebihan dalam hal apapun tidak diperbolehkan, termnasuk dalam ibadah dan beragma (ghulluwe). Sebagaimana yang dikatakan ibnu faris rahimahullah didalam kitabnya “Mu’jam maqayis Lughah” berlebih-lebihan didalam agama dilakukan dengan praktek melakukan sesuatu yang melampaui batas dengan kekerasan dan kekakuan, sebagaimana disebutkan oleh Al Jauhari rahimahullah di dalam kitabnya “Ash Shihah” demikian juga disebutkan oleh Ibnu Mandur rahimahullah dalam kitabnya “Lisanul Arab” dan juga Azzubaidi rahimahullah dalam kitabnya ”Taajul ‘Arus”. <br />
<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref3">[3]</a> Untuk mendapatkan kajian ini dalam bentuk ceramah dari Sheikh Nurudin al-Marbu al-Banjari, Kalimantan, dapat diakses di Youtube <a href="http://www.youtube.com/watch?v=ft_lPw-gRXg&noredirect=1">http://www.youtube.com/watch?v=ft_lPw-gRXg&noredirect=1</a><br />
<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref4">[4]</a> Al-Imam Abu Al-Fath Muhammad bin Abd al-Karim Al-Syahrastani (t.th.), Al-Milal Wa Al-Nihal, j.1, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah), hal.13. </div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-42742023557167587562012-02-11T07:37:00.001+07:002012-10-26T07:59:45.646+07:00Perencanaan Jenjang Keanggotaan Demi Menjaga Eksistensi Organisasi<div style="text-align: justify;">Oleh : <a href="http://coretansunthree.blogspot.com/" target="_blank">Muhammad Falikhin</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
<a href="http://bukankpk.blogspot.com/"></a>
<a href="http://coretansunthree.blogspot.com/"></a>
<a href="http://universitus.blogspot.com/"></a>
<a href="http://twips-trik.blogspot.com/"></a>
<a href="http://googledoodel.blogspot.com/"></a>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuVb4t4KJgkwOIzTl5DlL32jqvucgy-y3Ua-Ig1RVaOmE_ojtaf-s5_43UHHttLPUkndZ7U3T1NDH2YrAioNWrSid59Fm_sdLHn7RoiNUWUe4pV3Tn-vpo0q2Su2z_yXVeZGGWQtmrRdU/s1600/Graphic1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuVb4t4KJgkwOIzTl5DlL32jqvucgy-y3Ua-Ig1RVaOmE_ojtaf-s5_43UHHttLPUkndZ7U3T1NDH2YrAioNWrSid59Fm_sdLHn7RoiNUWUe4pV3Tn-vpo0q2Su2z_yXVeZGGWQtmrRdU/s200/Graphic1.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Perencanaan jenjang keanggotaan dalam suatu organisasi untuk saat ini dirasa sangat perlu untuk dipersiapkan, karena didalam menjaga keberlangsungan organisasi untuk periode selanjutnya maka perlu adanya perencanaan calon penerus tongkat estafet kepengurusan dan oleh karena itu perlu direncanakan secara matang baik langkah taktis maupun langkah praktis pelaksanaannya sejak dini. Seperti halnya didalam suatu organisasi profit, organisasi non profit pun perlu melakukan perencanaan ini untuk mengatasi kejadian yang tidak diinginkan dipertengahan jalan atau di akhir masa kepengurusan tidak perlu lagi susah untuk mencari calon pengganti ketua yang sedang menjabat saat itu. Berdasarkan pengalaman dari beberapa organisasi yang pernah saya ketahui dan melihat pada kondisi organisasi yang ada serta iklim sosial anggota organisasi saat ini maka dapat saya tarik kesimpulan bahwa kebanyakan mereka belum dapat menentukan siapa calon yang tepat yang akan menggantikan ketua saat ini dan prosesi penggantian ketua diserahkan kepada peserta yang mengikuti proses pergantian ketua tersebut dengan sepenuhnya, jadi siapapun yang terpilih ketika itu maka dialah yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dan belajar tentang segala hal mengenai organisasi sambil menjalankan organisasi tersebut istilahnya belajar sambil jalan.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
Memang hal tersebut dapat dilakukan dengan baik ketika kondisinya ketua terpilih serta jajaran didalam kepengurusan tetap dapat menjaga api semangat dalam dirinya agar tetap menyala sehingga semangat untuk terus belajar dan berorganisasi dapat terus berjalan namun jika terjadi penurunan semangat diantara mereka maka akan berdampak pada berjalannya roda organisasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan yang matang sejak dini dan mempersiapkan dengan sebaik-baiknya calon-calon pemimpin yang akan diusung untuk menjadi pemegang tongkat estafet pada generasi-generasi yang akan datang, dan pada tulisan ini saya mencoba untuk menuliskan gagasan perencanaan jenjang keanggotaan yang menurut saya dapat menjaga keberlangsungan organisasi tersebut setidaknya untuk dua atau tiga generasi yang selanjutnya dengan catatan faktor-faktor pendukung dalam konsep ini berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep ini terdiri dari tiga level keanggotaan, yaitu anggota tingkatan pertama (anggota baru), anggota tingkatan kedua (jajaran pengurus) dan anggota tingkat atas (pemimpin/leader).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anggota tingkatan pertama yaitu seluruh anggota yang baru direkrut dan dididik dengan segala jenis pendidikan yang ada didalam organisasi tersebut dan secara resmi telah menjadi anggota organisasi tersebut. Sebagaimana mestinya anggota suatu organisasi pastinya hal yang dilakukan oleh anggota baru dalam suatu organisasi adalah "menerima" dalam artian mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengurus suatu oganisasi yang mana kegiatan tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan dalam rangka mempersiapkan dan mematangkan anggota didalam hal keterampilan maupun pengetahuan. Hal ini merupakan suatu agenda wajib didalam suatu organisasi karena merupakan kegiatan transformasi pengetahuan dan keilmuan untuk generasi penerus organisasi tersebut, sehingga apa yang menjadi tujuan kepengurusan dapat tersampaikan kepada seluruh anggota dan menjadi pemahaman bersama sehingga dapat dicapai dengan cara seksama dan anggota baru juga dapat meminta agar diadakan suatu kegiatan yang dirasa diperlukannya kepada pengurus organisasi sehingga terjadi dinamisasi antara pengurus dan anggota didalam melaksanakan kegiatan dan kegiatan tersebut memang benar-benar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anggota kondisi yang sedang terjadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Memasuki fase yang selanjutnya yaitu anggota tingkatan kedua yang merupakan jajaran pengurus didalam organisasi tersebut atau lebih kongkritnya yaitu jajaran anggota bidang didalam kepengurusan. Pada level ini merupakan fase penggerak didalam suatu roda organisasi karena pada tingkatan ini setiap anggota sudah waktunya untuk "memberikan" apa yang sudah dia dapatkan sebelumnya sehingga proses transformasi pengetahuan dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Sebagaimana fungsinya tingkatan anggota kedua yang merupakan jajaran pengurus ini adalah menjalankan roda oganisasi dengan berbagai macam agenda yang telah direncanakan sehingga keberlangsungan (keaktifan) organisasi dapat terjaga dengan intensitas kegiatan yang dilakukan, dari hal itulah kita dapat menilai apakah organisasi tersebut eksis atau tidak karena indikator organisasi dikatakan aktif salah satunya adalah dari seberapa sering organisasi tersebut melaksanakan kegiatan. Bukan hanya itu saja, ada tugas lain yang diemban oleh anggota pada tingkatan ini yaitu menjaring aspirasi dan menjalin komunikasi secara masif dengan anggota dibawahnya sehingga apa yang menjadi keinginan anggota dapat segera diketahui dan diwujudkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Fase yang ketiga adalah anggota tingkat atas atau pemimpin (leader), pada tingkatan ini tentunya tidak semua orang dapat menikmatinya karena seiring berjalannya waktu dan seleksi alam yang berlaku maka tidak dapat dipungkiri jumlah anggota akan semakin menyusut. Oleh karena itu seorang anggota yang dapat mencapai fase ini sudah dapat dipastikan merupakan sosok yang mampu untuk menjadi seorang pemimpin karena dilihat dari kemampuan, pengetahuan dan pengalaman pada fase yang sebelumnya sudah tentu dia memiliki gambaran langkah dan strategi yang perlu dilakukan untuk merubah kondisi menjadi lebih baik dan hal yang menjadi nilai lebih adalah komitmen dan loyalitas terhadap organisasi tidak perlu diragukan lagi karena dia sudah melewati segalah rintangan dan proses seleksi alam yang mampu menumbangkan beberapa rekan seperjuangannya. Seperti pada fase sebelum-sebelumnya fase ini pun memiliki tugas yang harus dijalankan demi tetap berputarnya roda organisasi, jika pada fase sebelumnya merupakan pelaksana kegiatan maka pada fase ini sebagai "konseptor" yang menentukan arah kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi saat itu. Pembacaan kondisi dan isu-isu yang berkembang didalam organisasi harus segera ditindak lanjuti sehingga tidak terjadi ketertinggalan informasi yang bisa menjadi pemicu permasalahan yang mungkin dapat berefek buruk kepada organisasi, sebagaimana fungsinya diatas maka didalam langkah praktisnya fase ini terdapat pada posisi jabatan ketua umum, wakil ketua, dan ketua bidang-bidang yang ada, sehingga masing-masing tingkatan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan oleh para leader tiap lini atau Badan Pengurus Harian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan keberadaan tiga unsur atau jenjang tersebut maka organisasi itu setidaknya dapat terjaga keberlangsungannya untuk dua generasi yang akan datang karena secara konsep jenjang keanggotaan diatas dapat belangsung untuk tiga periode, dan setelah melewati ketiga jenjang tersebut maka anggota tersebut sudah mampu untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi lagi. Konsep ini dapat berjalan dengan optimal apabila segala hal dan faktor-faktor yang terkait dapat berjalan sebagaimana mestinya dan juga sangat tergantung pada iklim sosial pada organisasi tersebut apakah dapat dijalankan dengan konsep semacam ini atau tidak, jika tidak sesuai maka tentunya setiap organisasi meiliki strategi dan konsep tersendiri didalam menjaga keberlangsungan organisasinya dan tentu itu semua cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing organisasi tersebut, tulisan ini hanya sekedar referensi bagi pembaca yang mungkin dapat diterapkan pada organisasi yang diikuti.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01044895167916369440noreply@blogger.com2Malang, Indonesia-7.981894 112.62650299999996-8.0377215 112.57637849999996 -7.9260664999999992 112.67662749999995tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-15011872654781816812012-02-04T22:18:00.002+07:002012-02-04T22:45:30.770+07:00Strategi Pengkaderan: Mencipta Aktor Akademis Fakultatif<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--><span lang="IN" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11pt;"> Oleh: Faqih Al Asy’ari</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-IzotDvfCQRA/TyQt6T8E-BI/AAAAAAAAAOQ/Gaq2AZrb2Z0/s1600/DSC07940.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-IzotDvfCQRA/TyQt6T8E-BI/AAAAAAAAAOQ/Gaq2AZrb2Z0/s320/DSC07940.JPG" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Sebagai organ pengkaderan, kita terus berupaya mencari konsep pengkaderan terbaik di PMII, baik dalam prespektif lokal (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">locus at campus</i>) maupun cabang hingga nasional. Untuk itu kita butuh membaca berbagai kondisi objektif saat ini, melakukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">otokritik</i> dan adaptasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Untuk menata ruang konsep kaderisasi tersebut, sebetulnya kita butuh dealektika panjang proses kesejarahan dan perumusan cita dan penyamaan visi. Untuk menguatkan pentingnya menata ruang konsep kaderisasi yang dapat dipahami bersama itu saya mengutip apa yang pernah disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">[1]</span></span></span></span></a>;</span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 27pt; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">“Siapa yang melihat pada cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ikhwal bangsa-bangsa dan pasang surut zaman, serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah mereka sandang dan kemuliaan yang pernah menjadi hiasan mereka, tidak lain adalah berkat apa yang secara kukuh mereka pegang, yaitu mereka bersatu dalam cita-cita, seia sekata, searah setujuan, dan pikiran-pikiran mereka seiring”</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Begitupun saat kita melihat historis </span><span style="font-size: 11pt;">Komisariat </span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">PMII UMM. Terbayang oleh kita komisariat pernah mengalami kebesarannya, membangun rayon demi rayon hingga mencapai lima rayon. Bukankah ini sejarah yang butuh waktu untuk kita pahami, bagaimana para alumni dulu membangunnya?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Untuk itu saya berpendapat bagaimana pentingnya menyatukan serpihan pikiran untuk menyamakan persepsi, visi dan cita PMII dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">locus</i> UMM. Salah satu bagian penting itu sudah dimulai oleh Sahabat Falikhin yang menulis tentang kaderisasi. Sahabat Falikhin meringkas kebutuhan kader dalam lima reflek</span><span style="font-size: 11pt;">si</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;"> atas kebutuhan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kader organisasi saat ini yang disingkat dengan ALAMO (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Akademis, Leader, Administratif, Mobilisator Massa dan Organisatoris</i>). Tulisan tersebut meringkas kebutuhan PMII sebagai organisasi terhadap dinamika kehidupan kadernya. Inilah ekspektasi pengkaderan sahabat Falikhin terhadap PMII UMM.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Dalam buku <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Multi Level Strategi Gerakan PMII </b>menyebutkan ada lima argument mengapa harus ada pengkaderan. <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertama</i></b> sebagai pewarisan nilai-nilai (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">argumentasi idealis</i>), <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style$3A normal;">kedua</i></b> pemberdayaan anggota (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">argumentasi strategis</i>), <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">ketiga</i></b> memperbanyak anggota (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">argumnetasi praktis</i>), <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">keempat</i></b> persaingan antar kelompok (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">argumentasi pragmatis</i>) da yang <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">kelima </i></b>sebagai mandate organisasi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">argumnetasi administrative</i>)<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">[2]</span></span></span></span></a>. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Secara filosofis, pengkaderan PMII hendak mencipta manusia merdeka (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">independent</i>)<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">[3]</span></span></span></span></a>. Sementara proses pengkaderan itu menuju pada satu titik, yakni mencipta manusia Ulul Albab. Pengertian sederhananya adalah manusia yang peka terhadap kenyataan, mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah, giat membaca tanda-tanda alam yang kesemuanya dilakukan dalam rangka berdzikir kepada Allah SWT, berfikir dari berbagai peristiwa alam, sejarah masyarakat, serta firman-firman-Nya. Pengertian Ulul Albab ini disarikan dalam motto <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dizkir, fikr, amal sholeh<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">[4]</span></b></span></span></span></a></i>.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Sayapun tertarik menulis terkait pengkaderan, sebuah perbincangan yang tidak pernah lekang oleh zaman. Sejak PMII didirikan pada tahun 1960, proses kaderisasi selalu sejalan dengan dinamika kemahasiswaan yang telah mengalami banyak perubahan. Era pra-1998 (baca: pra reformasi) misalnya mensyaratkan gerakan dalam </span><span style="font-size: 11pt;">s</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">trategi gerakan eksparlementer. Setelah itu, muncul banyak gagasan, pro dan kontra, masihkah kita tetap menggunakan strategi pada gerakan jalanan, atau kembali ke kampus.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Strategi </span><span style="font-size: 11pt;">praksiologis </span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">pengkaderan dengan optimalisasi gerakan eksparlementer mensuguhkan progresifitas, militansi dan radikalisasi massa yang tinggi. Strategi ini melahirkan kader-kader yang tangguh dalam mental dan kemampuan melakukan mobilisasi massa, mendengungkan propaganda perlawanan dan membangkitkan semangat aksi turun jalan. Tirani kekuasaan sangat absolut, mencengkram semua sektor kehidupan. Satu-satunya jalan: turun jalan!</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Sebaliknya, gerakan kembali ke kampus menyuguhkan </span><span style="font-size: 11pt;">s</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">trategi kaderisasi yang berbeda. Penguasaan materi fakultatif dengan disiplin ilmu sesuai dengan jurusannya menuntut kedisiplinan yang tidak kalah sulit. Apalagi proses sehari-hari mahasiswa akademis fakultatif rawan menyuguhkan dramatologi kontradiktif: terlalu asyik mengejar nilai akademis dan melupakan tanggungjawabnya sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">agent of change </i>dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">agent of control. </i>Tanpa disadari aktifitas akademis tersebut membuat kita lupa diri bahwa keilmuan kita sangat ditunggu rakyat keseluruhan dalam mewujudkan tatanan kehidupan berkeadilan sosial dan kesejahteraan rakyat yang merata.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Tidak mudah memang menempa diri dalam kualitas akademis dengan menjaga semangat progressifitas terhadap kehidupan organisasi. Tuntutan demikian mengacu pada dinamika kehidupan nasional kita disuguhkan pada usaha percepatan kemajuan semua sektor, bukan hanya politik (baca: demokrasi). Jika PMII hanya berkutat pada kaderisasi aktor politik, lantas dimana tanggungjawab pengembangan IPTEK, Kedokteran, Perencanaan Pembangunan dan berbagai kajian keilmuan pada proses pengabdian dan percepatan kesejahteraan sosial rakyat yang merata? </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">PMII mempunyai tanggungjawab yang belum terjawab terkait kaderisasi dalam ranah profesionalitas ini. Strategi kaderisasi yang masih tunggal dan general pada politik kampus menjadi oto kritik kita. PMII masih terasa sulit beraktualisasi diri dalam organ-organ profesional seperti kelompok akuntan, para tehnokrat, enterpreneur, para tenaga sosial medis, dan lain sebagaimya. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Karena itu semestinya memang semua aplikasi keilmuan akademis kita diarahkan pada pemenuhan tanggunjawab sosial. Kader PMII tida hanya disiapkan sebagai calon pemimpin dalam ranah politik dan kekuasaan, tetapi juga mampu mengaktualkan manfaat sebesar-besarnya atas keilmuan akademisnya pada kepentingan rakyat. Sejauh ini kajian tentang tanggungjawab mahasiswa pertanian, mahasiswa psikologi atau mahasiswa teknik dan sains (misalnya) pada proses kesejahteraan rakyat masih jarang dibahas.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Menarik Minat Mahasiswa Lain</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Sebagaimana yang ditulis juga oleh sahabat Falikhin, keberadaan aktor akademis fakultatif mampu menjadi daya tarik tersendiri di hadapan mahasiswa-mahasiswa lain. Gambaran ini benar adanya, dengan saya tambahkan catatan: syaratnya mereka mampu melakukan kinerja <i style="mso-bidi-font-style: normal;">intelektual organik<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">[5]</span></b></span></span></span></a></i>. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Mereka cerdas dalam akademis fakultatif tidak semata untuk isi otaknya sendiri. Aktor ini menarik jika secara aktif pula melakukan kinerja <i style="mso-bidi-font-style: normal;">intelektual organik akademis,</i> membangun kelompok belajar atau diskusi, menjadi mitra dosen pada proses pembelajaran, dan tetap mempunyai kepercayaan diri dengan berani “membusungkan dada” ke-PMII-an. Tetap kritis namun juga bisa melakukan perilaku kooperatif. Istilah ini yang kemudian dikenal di PMII dengan sebutan kritis transformatif. Bukankah ini paradigma gerakan kita<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">[6]</span></span></span></span></a>?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Keberadaan mahasiswa akademis fakultatif ini juga menjadi salah satu jawaban dari banyaknya penolakan umum mahasiswa yang anti terhadap gerakan aksi turun jalan. Jika gerakan ekstraparlementer ini banyak ditolak oleh mahasiswa secara konseptual, mengapa kita tidak mencari alternatif gerakan yang juga tidak kalah mulianya? Bukankah belajar dengan kesungguhan, berbagi ilmu dan membangun tradisi pengetahuan adalah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sunnah rosul</i>, dimana gusti kanjeng nabi kita juga aktif melakukan kerja-kerja penggalian khazanah keilmuan hingga melahirkan adigium zaman pendobrak <i style="mso-bidi-font-style: normal;">jahiliah </i>menuju tatanan yang <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Islami</i>?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Tentu saja saya tidak bermaksud mengatakan bahwa PMII selama ini tidak melakukan kegiatan transformasi ilmu dan membangun tradisi pengetahuan. Tidak dapat dipugkiri lagi bahwa PMII telah memberikan segudang transformasi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">knowladge</i> yang menyadarkan kita pada eksistensi manusia di tengah kehidupan sosial dengan aneka ragam pengalaman organisatoris yang tiada tara nilainya. PMII telah mendidik kita pada pembentukan karakter kader yang militan, pantang menyerah, konsisten dan bertanggungjawab. Akan tetapi point yang ingin saya suguhkan adalah penguatan membangun tradisi pengetahuan ini dalam sebuah </span><span style="font-size: 11pt;">s</span><span lang="IN" rtyle="font-size: 11pt;">trategi strategi kaderisasi di PMII, khususnya PMII UMM.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Apalagi memang kita tidak berhak memaksakan penguasaan keilmuan kader hanya semata dibungkus pada wilayah politik. Tema ini mungkin linier dengan sahabat-sahabat PMII yang studi di FISIP. Lantas apakah tema ini juga menarik di mata mahasiswa fakultas lain, seperti Teknik, Ekonomi, PAI, FKIP, lebih-lebih fakultas Kesehatan dan Kedokteran? Bukankah lebih baik mereka mendapatkan “tempat yang benar” di wilayah profesionalitas mereka, tanpa mengurangi kesempatan sedikitpun pada keseluruhan kader PMII untuk mencari pengetahuan dan pengalaman di wilayah sosial dan politik yang sudah pasti terjadi di organisasi kita?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Jika saya petakan pada keberadaan rayon-rayon yang ada di PMII UMM, maka pada dasarnya kita semua telah berusaha mengidentifikasi masing-masing rayon pada kebutuhan fakultatifnya. Di rayon Teknik misalnya banyak kader baru dilibat aktifkan pada kegiatan di laboratorium IT. Pemberian amanat, peran dan posisi yang sejalan dengan keilmuan fakultatif terse but sangat membantu kader kita untuk mengakses pengetahuan akademis sekaligus informasi kampus, berinteraksi dengan mahasiswa dan membangun kemitraan dengan dosen. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Begitupun pada rayon FISIP. Keilmuan yang dekat dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Humaniora Prespectif</i> mensyaratkan kader FISIP untuk mampu memahami peta ideology dan kajian filsafat dalam berbagai kehidupan social lintas zaman dari berbagai belahan dunia. Rkill yang harus dimiliki adalah keberanian untuk menyampaikan pendapat dan atau menulis, atau melakukan aksi-aksi pengabdian masyarakat dengan keahlian inteletual organic yang dimiliki.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Rayon Ekonomi juga berbeda. Sebagai kaum professional yang lebih paham pada berbagai persoalan ekonomi dan concept of nation development, maka proyeksi kesejahteraan rakyat, kemandirian ekonomi bangsa, dan berbagai ide kreatif keluar dari kemiskinan dengan memanfaatkan peta persaingan global menjadi menarik diperbincangkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Begitupun rayon FKIP. Teringat oleh saya SMS dari mas Yuda, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bukankah maju mundurnya suatu bangsa berangkat dari tonggak kualitas pendidikan kita</i>? Sebagai calon pendidik, tentu mereka harus memperkaya diri dengan jutaan literature konsepsi pendidikan, andragogi maupun pedagogi, menguasai teknik fasilitasi, kaya akan inovasi, dan peka akan kebutuhan anak-anak bangsa pada zamannya. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Bayangkan jika lima tahun lagi system pembayaran telah dilakukan dengan system otomasi, bukankah ini akan menggusur ribuan akuntan yang tidak paham dengan kemajuan teknologi yang ada pada zaman itu? Ini hanya permisalan yang saya buat, mengukur kualitas pendidikan kita saat ini dengan percepatan kemajuan teknologi yang terus berjalan. Di sisi lain, seperti yang dipropaganadakan Paolo Ferreira, pendidikan juga dituntut tetap dalam kerangka ideologis yang mempunyai nilai membebaskan manusia, bukan malah membodohkan. Sebuah tantangan tersendiri yang tidak mudah, bukan?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Kelebihan-kelebihan kaderisasi yang berjalan massif pada kerangka fakultatif ini memang penting, sama pentingnya dengan ideologisasi organisasi PMII dalam kerangka Ahlussunah waljamaah, pemahaman pada paradigm gerakan kritis transformative, maupun aktualisasi kembali Nilai-Nilai Dasar Pergerakan dalam kehidupan sehari. Jika kelebihan-kelebihan ini mampu kita formulasikan, bukankan PMII sangat menarik untuk diikuti oleh mahasiswa di kampus putih megah seperti istana ini?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Membangun Karakter, Tidak Semata Tergantung Leader</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Bangga dan menyenangkan akhir-akhir ini ada sosok sahabat yang aktif menulis, melakukan propaganda aktif kepada sahabat-sahabati yang lain. Semangatnya luar biasa, setidaknya menurut saya pribadi. Pengaruhnyapun juga massif. Tidak terbayangkan sebelumnya bagaimana website PMII UMM mampu update rutin hamper tiap pekan, bahkan </span><span style="font-size: 11pt;">kadang </span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">setiap hari.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">S</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">aat berdiskusi dengan cabang maupun komisariat-komisariat lain</span><span style="font-size: 11pt;">,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan bangga</span><span style="font-size: 11pt;"> </span><span style="font-size: 11pt;">saya </span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">propagandakan website </span><span style="font-size: 11pt;">PMII UMM</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">. Saya katakan, bahwa semangat sahabat-sahabati PMII UMM menulis bukan tumbuh karena intruksi komisariat. Seluruh sahabat-sahabati PMII UMM memang punya semangat yang luar biasa untuk menulis. Stimulus yang tumbuh dan berkembang secara massif karena hadirnya sosok-sosok yang aktif, galau, resah dan tidak terima atas realitas sosial yang sedang terjadi. Ini adalah tradisi pengetahuan yang berlangsung di PMII UMM. Bukti bahwa PMII UMM masih memegang kuat tradisinya yang aktif di ranah kajian dan jurnalitik. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Sementara di sisi lain kita sering menjumpai sebuah organisasi yang sangat tergantung dengan karakter leadernya. Meskipun pengaruh leader tidak dapat kita nafikan sebagai bagian dari visi misi yang dibawa</span><span style="font-size: 11pt;">.</span><span style="font-size: 11pt;"> </span><span style="font-size: 11pt;">A</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">kan tetapi karakter sosiologis, tardisi pengetahuan dan prilaku organisasi </span><span style="font-size: 11pt;">sebetulnya </span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">dapat kita bentuk secara mandiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Saya membuat analogi, bahwa organisasi adalah benda mati, dan yang menghidupkan dinamika di dalamnya tentu aktor-aktor organisasinya. Akan tetapi juga harus kita catat, bahwa organisasi bernama PMII ini juga eksis, berdiri dan hidup dengan karakter tersendiri. Saat semua aktor organisasi sedang tertidur pulas, bendera PMII tetap tegak berdiri dan dikenal dengan karakter organisatornya, tradisi pengetahuan yang dibangun dan prilaku organisasinya. PMII UMM tetap hidup bahkan di saat kita semua telah tiada.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Karakter tersebut yang meski kita temukan, khususnya lewat rayonisasi yang sudah dikumandangkan dalam berbagai kegiatan kaderisasi. Semangat berdealektika dalam ruang fakultatif ini dapat menjadi identifikasi masing-masing rayon yang membangun karakternya sendiri, secara sadar dan sepenuh hati. Akumulasinya akan terwujud dalam karakter organisatoris tentang PMII UMM.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Ruang-ruang dealektis, tradisi pengetahuan dan prilaku organisasi yang dibangun menjadi </span><span style="font-size: 11pt;">s</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">trategi pembentukan karakter personal. Terlepas siapa yang memimpin, semangat aktualisasi itu tetap tumbuh. Pembentukan karakter ini juga menggugat adigium selama ini yang telah bergeser, dimana seolah ruang pendidikan hanya di ruang kelas, atau hanya dalam forum tertentu, atau juga saat ada sajian materi perkuliahan dengan menghadirkan dosen atau narasumber, atau batas-batas formalitas lain. Ada ruang-ruang pendidikan baru yang tumbuh di rutinitas sehari-hari kita dalam ranah akademis maupun organisatoris. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Terakhir, tulisan ini saya buat tanpa mengurangi rasa bangga dan hormat pada proses kaderisasi yang telah dilakukan oleh seluruh sahabat-sahabati. Kita semua tahu bahwa kader-kader PMII UMM yang ada saat ini khususnya proses pembelajaran selama lima tahun terakhir telah dilakukan dengan pengerahan sumber daya, tenaga, biaya dan waktu yang tidak sedikit. Kita telah melakukan kerja sebaik mungkin. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Namun begitu, pembacaan startegi menjadi modal reaktualisasi organisatoris yang berkesadaran (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">being/insan</i>) terlepas apakah kita akan sanggup melakukan proses salah satu strategi kaderisasi di atas dengan melihat keseluruhan aktor organisasi yang ada di PMII UMM sekarang. Tulisan ini bagi saya tetap penting untuk disampaikan, khususnya karena PMII UMM mendapat undangan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) di Jakarta pada tanggal 14-17 Pebruari 2012 yang juga akan banyak membedah tentang </span><span style="font-size: 11pt;">s</span><span lang="IN" style="font-size: 11pt;">trategi kaderisasi PMII.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br clear="all" /> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Dalam buku “<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Multi Level Strategi Gerakan PMII</b>” halaman v, PB. PMII 2006</span></div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ibid. hal. 32</span></div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ibid, baca “<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Profil Kader PMII, Orietasi dan Filosofi</b>”, hal. 34</span></div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ibid, baca Profil Kader Ulul Albab, hal. 34</span></div></div><div id="ftn5" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">ISTILAH intelektual organik merupakan sebutan bagi intelektual-akademisi yang mendedikasikan proses pembelajarannya sebagai upaya membuka ruang atas terjadinya gap antara teori dan praktik. Bagi mereka, tidak cukup peran intelektual jika hanya diapresiasikan lewat buku semata. Sebaliknya, lebih dari itu, perannya bagi pemberdayaan masyarakat adalah satu kewajiban yang mutlak. Istilah intelektual organic ini diperkenalkan oleh Antonio Gramschi</span></div></div><div id="ftn6" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8049232399526527610&postID=1501187265478181681&from=pencil#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> </span>Nalar gerak PMII secara teoretik mulai dibangun secara sistematis pada masa kepengurusan sahabat muhaimin Iskandar (Ketum) dan Rusdin M. Noor (Sekjend). Untuk pertama kalinya istilah paradigma yang popular dalam istilah Sosiologi digunakan untuk menyatakan apa yang oleh PMII disebut prinsip-prinsip dasar yang akan dijadikan acuan dalam segenap pluralitas strategi sesuai lokalitas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masalah dan medan juang. Kerangka inidapat dibaca dalam buku “”Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran”, November 1997.</div></div></div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-54368082411231320092012-02-02T03:54:00.001+07:002012-02-02T04:03:08.869+07:00Teori Neofungsionalisme<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="falsd" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oleh: <a href="http://lugaswicaksono.blogspot.com/" target="_blank">Lugas Wicaksono</a></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-2KXGDJ6hhhg/TymoMfP_dnI/AAAAAAAAATY/ViKQwR6CRxU/s1600/alexander.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="171" src="http://3.bp.blogspot.com/-2KXGDJ6hhhg/TymoMfP_dnI/AAAAAAAAATY/ViKQwR6CRxU/s200/alexander.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jeffrey C. Alexander</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Neofungsionalisme yang lahir sekitar tahun 1980an adalah kelanjutan dari fungsionalisme structural yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang mengalami kemerosotan sejak pertengahan 1960 – 1980an. Tokoh dari Neofungsionalisme adalah Jeffrey Alexander dan Paul Colomy yang mendefinisikan bahwa neofungsionalisme adalah “rangkaian kritik dari teori fungsional yang mencoba memperluas cakupan intelektual fungsionalisme yang sedang mempertahankan teorinya” (1985:11).</span></div><a name='more'></a><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Alexander menguraikan beberapa orientasi dasar neofungsionalisme</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Neofungsionalisme bekerja dengan model masyarakat deskriptif. Melihat masyarakat tersusun dari unsure – unsure yang saling berinteraksi menurut pola tertentu. Unsur – unsure sistem “berhubungan secara simbiosis” dan interaksinya tidak hanya ditentukan oleh kekuatan. Jadi neofungsionalisme bersifat terbuka dan plural.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Alexander menyatakan bahwa neofungsionalisme memusatkan perhatian yang sama besar terhadap tindakan dan keteraturan. Menghindarkan kecenderungan fungsionalisme structural tradisional yang memusatkan perhatian hampir sepenuhnya pada sumber dan keteraturan tingkat makro di dalam struktur sosial dan kultur.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Neofungsinalisme tetap memperhatikan masalah integrasi, tetapi bukan dilihat sebagai fakta sempurna melainkan lebih dilihat sebagai kemungkinan sosial. Mengakui bahwa penyimpangan dan control sosial adalah realitas dalam sistem sosial. Neofungsionalisme memperhatikan keseimbangan, lebih luas dari pada perhatian fungsionalisme structural tradisional. Keseimbangan sosial tidak dilihat sebagai keseimbangan statis. Keseimbangan untuk menganalisa fungsional tetapi bukan sebagai deskripsi kehidupan sosial yang nyata.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Neofungsionalisme tetap menerima penekanan Parsonsian tradisional atas kepribadian, kultur dan sistem sosial. Selain sebagai aspek vital struktur sosial, interpenetrasi atas sistem sosial itu juga menghasilkan ketegangan yang merupakan sumber perubahan dan control.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. Neofungsionalisme memusatkan perhatian pada perubahan sosial dalam proses diferensiasi di dalam sistem sosial, cultural dan kepribadian. Perubahan tidak hanya menghasilkan keselarasan dan consensus, tetapi dapat meneybabkan ketengan baik individual maupun kelembagan. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. Neofungsionalisme secara tidak langsung menyatakan komitmennya terhadap kebebasan dalam mengonsep dan menyusun teori berdasarkan analisis sosiologi pada tingkat lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Guna mengimbangi bias level makro dari fungsionalisme structural tradisional, dilakukan usaha untuk mengintregasikan ide – ide dari teori pertukaran, interaksionalisme simbolik, pragmatism, fenomenologi dan sebagainya. Dengan kata lain, Alexander dan Colomy berusaha menyintesakan fungsionalisme dengan jenis teori lainnya. Dengan tujuan dapat membangkitkan teori fungsionalisme structural dan juga sebagai dasar dalam pengembangan teori yang baru.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Alexander dan Colomy mengakui perbedaan penting antara neofungsionalisme dengan funsionalisme structural</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 1in 10pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Riset fungsional awal dipandu oleh skema konseptual tunggal yang serba meliputi yamg mengikat area-area riset khusus ke dalam satu paket ketat. Sabliknya, karya empiris neofungsionalisme diorganisasikan secara longgar, yaitu diorganisasikan diseputar logika umum dan memiliki sejumlah “cabang” dan “variasi” yang agak otonom pada tingkat dan dominan empiris yang berbeda-beda (Alexander dan Colomy, 1990a:52).” </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemikran Alexander dan Colomy bergeser jauh dari Parsons dalam melihat fungsinalisme structural sebagai teori besar. Mereka menawarkan teori yang lebih terbatas dan sintesis, namun tetap holistic.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sumber: </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">George Ritzer-Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke-5. 2008. Kencana: Jakarta</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-30130564703267432192012-02-01T20:22:00.002+07:002012-02-02T02:30:32.006+07:00Variasi Teori Neo-Marxis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-QTws8kSmRJE/Tyk6UwHRL9I/AAAAAAAAATI/aHpWr8h7b3o/s1600/pki.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-QTws8kSmRJE/Tyk6UwHRL9I/AAAAAAAAATI/aHpWr8h7b3o/s1600/pki.png" /></a></div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oleh: <a href="http://www.blogger.com/Determinisme%20Ekonomi%20Dalam%20pemikiran%20%E2%80%93%20pemikirannya%20Marx%20menganggap%20bahwa%20sistem%20ekonomilah%20yang%20sangat%20penting%20dan%20menegaskan%20sitem%20ekonomi%20menentukan%20semua%20sector%20masyarakat.%20%20Sector%20politik,%20agama%20dan%20sebagainya%20tak%20bisa%20terlepas%20dari%20sistem%20ekonomi,%20semuanya%20dipengaruhi%20oleh%20sector%20ekonomi.%20Para%20pemikir%20Marxis%20yang%20meyakini%20determinisme%20ekonomi,%20kapitalisme%20akan%20mengalami%20kehancuran%20pada%20saatnya%20nanti.%20Penyebab%20kehancuran%20kapitalisme%20adalah%20sistem%20kapitalisme%20itu%20sendiri.%20Maka%20dari%20itu%20determinisme%20ekonomi%20diharapkan%20mampu%20menemukan%20proses%20kerja%20itu.%20%E2%80%9Ctak%20terelakkan%20dalam%20arti%20bahwa%20pencipta%20yang%20meningkatkan%20teknik%20produksi%20dan%20dengan%20hasrat%20mencari%20keuntungan%20kapitalis%20telah%20merevolusionerkan%20seluruh%20kehidupan%20ekonomi,%20dan%20juga%20tak%20terelakkan%20pula%20bahwa%20buruh%20akan%20menuntut%20perpendekan%20jam%20kerja%20dan%20kenaikan%20upah,%20bahwa%20mereka%20mengorganisir%20diri%20untuk%20bertarung%20melwan%20kelas%20kapitalis%20dalam%20rangka%20memperjuangkan%20nasib%20mereka,%20dan%20tak%20terelakkan%20pula%20bahwa%20mereka%20bertujuan%20merebut%20kekuasaan%20politik%20dan%20menggulingkan%20kekuaasaan%20kapitalis.%20Sosialisme%20adalah%20sesuatu%20yang%20tak%20terelakkan,%20karena%20perjuangan%20kelas%20dan%20kemenangan%20proletariat%20pun%20tak%20terelakkan%E2%80%9D%20%28Kautsky,%20dikutip%20dalam%20Agger,%201978:94%29.%20Struktur%20ekonomi%20kapitalisme%20yang%20menentukan%20cara%20berpikir%20dan%20bertindak%20individu%20menjadi%20elemen%20penting%20dalam%20teori%20mereka.%20Namun%20penafsiran%20ini%20banyak%20menimbulkan%20pertanyaan%20karena%20tidak%20konsisten%20dengan%20pemikiran%20Marx.%20Mengapa%20individu%20harus%20bertindak%20jika%20sistem%20kapitalis%20akan%20remuk%20karena%20kontradiksi%20structural%20di%20dalam%20dirinya%20sendiri?%20Marxisme%20Hegelian%20Banyak%20menuai%20kecaman,%20determinisme%20ekonomi%20mulai%20memudar%20perannya%20dan%20sejumlah%20teoritisi%20beralih%20untuk%20mengembangkan%20teori%20Marxian%20yang%20lainnya.%20Sebagian%20dari%20mereka%20memilih%20kembali%20ke%20akar%20Hegelian%20dari%20teori%20Marx%20%20dalam%20meneliti%20orientasi%20subyektif%20untuk%20melengkapi%20kekuatan%20analisis%20Marxis%20yang%20lebih%20menekankan%20pada%20pada%20tingkat%20obyektif%20material.%20Sejumlah%20pemikir%20seperti%20Georg%20Lukacs%20dan%20Antonio%20Gramsci%20menjadi%20penganut%20aliran%20ini.%20Georg%20Lukacs%20Gagasan%20%E2%80%93%20gagasannya%20yakni%20tentang%20Reifikasi%20dan%20Kesadaran%20Kelas%20dan%20Kesadaran%20Palsu.%20Reifikasi%20Ia%20memperluas%20dan%20mengembangkan%20teori%20ekonomi%20Marxis%20tentang%20reifikasi%20dengan%20menyatakan%20bahwa%20komoditi%20yang%20berbentuk%20barang%20dan%20berkembang%20menjadi%20obyek%20menjadi%20basis%20hubungan%20antar%20individu.%20Dalam%20masyarakat%20kapitalis,%20interaksi%20manusia%20dengan%20alam%20yang%20menghasilkan%20komoditi%20%28Fried%20chicken,%20mobil,%20gas%20elpigi,dll.%29%20Tetapi%20tanpa%20disadari%20manusia%20tak%20mampu%20melihat%20fakta%20bahwa%20sebenarnya%20merekalah%20yang%20menghasilkan%20komoditi%20dan%20memberikan%20nilai.%20Nilai%20justru%20mereka%20pahami%20sebagai%20produk%20pasar,%20terlepas%20dari%20aktor.%20Perbedaan%20antara%20Marx%20dengan%20Lukacs%20terkait%20komoditi,%20jika%20Marx%20terbatas%20penerapannya%20pada%20lembaga%20ekonomi%20saja.%20Sedangkan%20konsep%20Lukacs%20tentang%20reifikasi%20diterapkan%20terhadap%20seluruh%20masyarakat,%20Negara,%20hukum%20dan%20sector%20ekonomi.%20Konsep%20ini%20dapat%20diterapkan%20secara%20dinamis%20dalam%20semua%20sector%20masyarakat%20kapitalis.%20Kesadaran%20Kelas%20dan%20Kesadaran%20Palsu%20Kesadaran%20kelas%20adalah%20sifat%20sekelompok%20orang%20yang%20secara%20bersama%20menempati%20posisi%20yang%20sama%20dalam%20sistem%20produksi,%20antara%20kelompok%20borjuis%20dengan%20kelompok%20proletariat.%20Sedangkan%20kesadaran%20palsu%20adalah%20kepentingan%20kelas%20%E2%80%93%20kelas%20mereka%20yang%20sebenarnya%20tanpa%20mereka%20disadari.%20Contoh,%20hingga%20tahap%20revolusioner,%20anggota%20kelas%20proletariat%20belum%20menyadari%20sepenuhnya%20penindasan%20yang%20mereka%20alami%20akibat%20dari%20sistem%20kapitalis.%20%20Ia%20menyimpulkan%20%E2%80%9Cdalam%20masyarakat%20yang%20seluruh%20hubungan%20sosialnya%20berdasarkan%20basis%20ekonomi%20tak%20mungkin%20tercipta%20kesadaran%20kelas.%E2%80%9D%20Ia%20berharap%20setidaknya%20mereka%20menyadari%20ketidaksadaran%20mereka.%20Akibatnya%20%E2%80%9CKesadaran%20kelas%20tercapai%20pada%20titik%20di%20mana%20ia%20dapat%20menjadi%20sadar.%E2%80%9D%20Pada%20tahap%20ini%20terjadi%20pertarungan%20ideology%20antara%20pihak%20yang%20berupaya%20menyembunyikan%20ciri%20masyarakat%20yang%20berkelas%20dan%20pihak%20yang%20berusaha%20memperlihatkannya.%20Antonio%20Gramsci%20Ia%20hadir%20dengan%20konsep%20hegemoni,%20sebagai%20kepemimpinan%20cultural%20yang%20dilaksanakan%20oleh%20kelas%20penguasa.%20Ia%20membedakan%20hegemoni%20dari%20penggunaan%20paksaan%20yang%20digunakan%20oleh%20kekuasaan%20legislative%20atau%20eksekutif%20yang%20diwujudkan%20melalui%20intervensi%20kebijakan.%20Ia%20menekankan%20pada%20hegemoni%20dan%20kepemimpinan%20cultural.%20Menurutnya%20revolusi%20masih%20belum%20cukup%20untuk%20mengendalikan%20sistem%20ekonomi%20dan%20pemerintahan,%20masih%20perlu%20mendapatkan%20kepemimpinan%20cultural.%20Teori%20Kritis%20Teori%20kritis%20adalah%20produk%20sekelompok%20neo-Marxis%20Jerman%20yang%20tak%20puas%20dengan%20keadaan%20teori%20Marxian,%20terutama%20tentang%20determinisme%20ekomnomi.%20Kritik%20Utama%20terhadap%20Kehidupan%20Sosial%20dan%20Intelektual%20%20Kritik%20terhadap%20Teori%20Marxian%20Mereka%20mengkritik%20determinisme%20yang%20merupakan%20pemikiran%20asli%20Marx,%20mereka%20juga%20mengkritik%20neo-Marxis%20karena%20telah%20menafsirkan%20pemikiran%20Marx%20terlalu%20mekanistis.%20Mereka%20tidak%20menganggap%20determinisme%20itu%20salah,%20tetapi%20alangkah%20lebih%20baik%20jika%20memusatkan%20perhatian%20pada%20aspek%20kehidupan%20yang%20lain,%20terutama%20aspek%20cultural.%20KritikTerhadap%20Positivisme%20Kritik%20terhadap%20positivisme%20berkaitan%20dengan%20determinisme%20ekonomi,%20karena%20beberapa%20pemikir%20determinisme%20ekonomi%20menerima%20sebagian%20atau%20seluruh%20teori%20positivisme%20tentang%20pengetahuan.%20Positivisme%20menerima%20gagasan%20bahwa%20metode%20ilmiah%20tunggal%20dapat%20diterapkan%20pada%20seluruh%20bidang%20studi.%20Kritik%20Terhadap%20Sosiologi%20Sosiologi%20dikritisi%20karena%20%E2%80%9Ckeilmihannya%E2%80%9D%20yang%20menjadikan%20metode%20ilmiah%20sebagai%20tujuan%20di%20dalam%20dirinya%20sendiri.%20Sosiologi%20juga%20dituduh%20telah%20menerima%20status%20quo.%20Mereka%20berpandangan%20bahwa%20sosiologi%20tak%20serius%20mengkritik%20masyarakat,%20tak%20berupaya%20merombak%20struktur%20sosial%20dan%20melepaskan%20kewajibannya%20untuk%20membantu%20rakyat%20yang%20tertindas.%20Kritik%20terhadap%20Masyarakat%20Modern%20Jika%20kebanyakan%20teori%20Marxian%20secara%20tegas%20mengkritisi%20sistem%20ekonomi%20pada%20masyarakat%20modern.%20Aliran%20kritis%20menggeser%20kritiknya%20ke%20tingkat%20cultural,%20karena%20kultur%20dianggap%20sebagai%20realitas%20masyarakat%20kapitalis%20modern.%20Dalam%20masyarakat%20modern%20dominasi%20ekonomi%20telah%20bergeser%20ke%20bidang%20cultural.%20Mereka%20lebih%20memusatkan%20perhatian%20pada%20penindasan%20cultural%20atas%20individu%20dalam%20masyarakat.%20Kritik%20terhadap%20Kultural%20Mereka%20mengkritik%20apa%20yang%20disebut%20dengan%20%E2%80%9Cindustry%20cultural%E2%80%9D,%20yakni%20struktur%20yang%20dirasionalkan%20dan%20dibirokratiskan%20%28misalnya,%20jaringan%20televisi%29%20yang%20mengendalikan%20kultur%20modern.%20Industri%20kultur%20menghasilkan%20apa%20yang%20disebut%20%E2%80%9Ckultur%20massa%E2%80%9D%20yang%20didefinisikan%20sebagai%20kultur%20yang%20diatur,%20tidak%20spontan,%20dimaterialkan%20dan%20palsu.%20Bukan%20merupakan%20sesuatu%20yang%20nyata.%20Sosiologi%20Ekonomi%20Neo-Marxian%20Teori%20ini%20merupakan%20upaya%20untuk%20menyesuaikan%20teori%20Marxian%20dengan%20realitas%20masyarakat%20kapitalis%20modern.%20Dalam%20teori%20ini%20akan%20dibahas%20Modal%20Tenaga%20Kerja%20dan%20Fordisme%20ke%20post-Fordisme.%20Modal%20dan%20Tenaga%20Kerja%20Sistem%20ekonomi%20tidak%20terlepas%20dari%20persaingan%20kampitalisme%20yang%20kompetitif.%20Industri%20kapitalis%20relative%20tergolong%20kecil.%20Akibatnya%20tak%20ada%20industry%20yang%20mengendalikan%20pasar%20sepenuhnya%20dan%20tanpa%20persaingan.%20Tetapi%20Marx%20juga%20pernah%20meramalkan%20tentang%20kemungkinan%20munculnya%20sitem%20monopoli%20di%20masa%20mendatang.%20Monopoli%20Modal%20Paul%20Baran%20dan%20Sweezy%20menuduh%20bahwa%20teori%20Marxian%20telah%20mengalami%20stagnasi%20karena%20terus%20berstandar%20pada%20asumsi%20kompetitif.%20Teori%20Marxian%20seharusnya%20menyadari%20bahwa%20kapitalisme%20persaingan%20sebagian%20besar%20telah%20digantikan%20oleh%20kapitalisme%20monopoliyang%20berarti%20pengendalian%20satu%20atau%20sedikit%20kapitalis%20terhadap%20sector%20ekonomi%20tertentu.%20Dalam%20kapitalisme%20monopoli,%20kompetisi%20lebih%20sedikit%20dari%20pada%20kapitalisme%20kompetitif.%20Tenaga%20Kerja%20dan%20Monopoli%20Modal%20Harry%20Braverman%20%281974%29%20menyatakan%20bahwa%20konsep%20%E2%80%9Ckelas%20buruh%E2%80%9D%20tidak%20mendeskripsikan%20%20sekelompok%20orang%20atau%20kelompok%20pekerjaan%20tertentu,%20tetapi%20lebih%20merupakan%20sebuah%20pernyataan%20tentang%20proses%20pembelian%20dan%20penjualan%20tenaga%20kerja.%20Pengendalian%20Manajerial%20Braverman%20mengakui%20adanya%20eksploitasi%20ekonomi%20yang%20menjadi%20sasaran%20perhatian%20Marx,%20tetapi%20ia%20lebih%20menekankan%20pada%20masalah%20pengendalian.%20%E2%80%9CBagaimana%20cara%20kapitalis%20menegndalikan%20tenaga%20kerja%20yang%20mereka%20pekerjakan?%E2%80%9D%20Jawabannya%20adalah%20bahwa%20mereka%20melaksanakan%20pengendalian%20tenaga%20kerja%20melalui%20manajer%20yang%20bertujuan%20mengendalikan%20di%20dalam%20perusahaan%E2%80%9D%20%281974:267%29." target="_blank">Lugas Wicaksono</a> </span></b></div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></b></div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Determinisme Ekonomi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam pemikiran – pemikirannya Marx menganggap bahwa sistem ekonomilah yang sangat penting dan menegaskan sitem ekonomi menentukan semua sector masyarakat. Sector politik, agama dan sebagainya tak bisa terlepas dari sistem ekonomi, semuanya dipengaruhi oleh sector ekonomi.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para pemikir Marxis yang meyakini determinisme ekonomi, kapitalisme akan mengalami kehancuran pada saatnya nanti. Penyebab kehancuran kapitalisme adalah sistem kapitalisme itu sendiri. Maka dari itu determinisme ekonomi diharapkan mampu menemukan proses kerja itu.</span><br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 1in 10pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“tak terelakkan dalam arti bahwa pencipta yang meningkatkan teknik produksi dan dengan hasrat mencari keuntungan kapitalis telah merevolusionerkan seluruh kehidupan ekonomi, dan juga tak terelakkan pula bahwa buruh akan menuntut perpendekan jam kerja dan kenaikan upah, bahwa mereka mengorganisir diri untuk bertarung melwan kelas kapitalis dalam rangka memperjuangkan nasib mereka, dan tak terelakkan pula bahwa mereka bertujuan merebut kekuasaan politik dan menggulingkan kekuaasaan kapitalis. Sosialisme adalah sesuatu yang tak terelakkan, karena perjuangan kelas dan kemenangan proletariat pun tak terelakkan” (Kautsky, dikutip dalam Agger, 1978:94).</span></div><div class="$22MsoNormal"" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Struktur ekonomi kapitalisme yang menentukan cara berpikir dan bertindak individu menjadi elemen penting dalam teori mereka. Namun penafsiran ini banyak menimbulkan pertanyaan karena tidak konsisten dengan pemikiran Marx. Mengapa individu harus bertindak jika sistem kapitalis akan remuk karena kontradiksi structural di dalam dirinya sendiri?</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. Marxisme Hegelian</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Banyak menuai kecaman, determinisme ekonomi mulai memudar perannya dan sejumlah teoritisi beralih untuk mengembangkan teori Marxian yang lainnya. Sebagian dari mereka memilih kembali ke akar Hegelian dari teori Marx dalam meneliti orientasi subyektif untuk melengkapi kekuatan analisis Marxis yang lebih menekankan pada pada tingkat obyektif material. Sejumlah pemikir seperti Georg Lukacs dan Antonio Gramsci menjadi penganut aliran ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Georg Lukacs</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gagasan – gagasannya yakni tentang Reifikasi dan Kesadaran Kelas dan Kesadaran Palsu.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">- Reifikasi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia memperluas dan mengembangkan teori ekonomi Marxis tentang reifikasi dengan menyatakan bahwa komoditi yang berbentuk barang dan berkembang menjadi obyek menjadi basis hubungan antar individu. Dalam masyarakat kapitalis, interaksi manusia dengan alam yang menghasilkan komoditi (Fried chicken, mobil, gas elpigi,dll.) Tetapi tanpa disadari manusia tak mampu melihat fakta bahwa sebenarnya merekalah yang menghasilkan komoditi dan memberikan nilai. Nilai justru mereka pahami sebagai produk pasar, terlepas dari aktor.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perbedaan antara Marx dengan Lukacs terkait komoditi, jika Marx terbatas penerapannya pada lembaga ekonomi saja. Sedangkan konsep Lukacs tentang reifikasi diterapkan terhadap seluruh masyarakat, Negara, hukum dan sector ekonomi. Konsep ini dapat diterapkan secara dinamis dalam semua sector masyarakat kapitalis.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">- Kesadaran Kelas dan Kesadaran Palsu</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesadaran kelas adalah sifat sekelompok orang yang secara bersama menempati posisi yang sama dalam sistem produksi, antara kelompok borjuis dengan kelompok proletariat.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sedangkan kesadaran palsu adalah kepentingan kelas – kelas mereka yang sebenarnya tanpa mereka disadari. Contoh, hingga tahap revolusioner, anggota kelas proletariat belum menyadari sepenuhnya penindasan yang mereka alami akibat dari sistem kapitalis. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height:*150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia menyimpulkan “dalam masyarakat yang seluruh hubungan sosialnya berdasarkan basis ekonomi tak mungkin tercipta kesadaran kelas.” Ia berharap setidaknya mereka menyadari ketidaksadaran mereka. Akibatnya “Kesadaran kelas tercapai pada titik di mana ia dapat menjadi sadar.” Pada tahap ini terjadi pertarungan ideology antara pihak yang berupaya menyembunyikan ciri masyarakat yang berkelas dan pihak yang berusaha memperlihatkannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Antonio Gramsci</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia hadir dengan konsep hegemoni, sebagai kepemimpinan cultural yang dilaksanakan oleh kelas penguasa. Ia membedakan hegemoni dari penggunaan paksaan yang digunakan oleh kekuasaan legislatif atau eksekutif yang diwujudkan melalui intervensi kebijakan. Ia menekankan pada hegemoni dan kepemimpinan cultural. Menurutnya revolusi masih belum cukup untuk mengendalikan sistem ekonomi dan pemerintahan, masih perlu mendapatkan kepemimpinan cultural.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Teori Kritis</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian, terutama tentang determinisme ekomnomi.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kritik Utama terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Kritik terhadap Teori Marxian</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mereka mengkritik determinisme yang merupakan pemikiran asli Marx, mereka juga mengkritik neo-Marxis karena telah menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis. Mereka tidak menganggap determinisme itu salah, tetapi alangkah lebih baik jika memusatkan perhatian pada aspek kehidupan yang lain, terutama aspek cultural.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. KritikTerhadap Positivisme</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kritik terhadap positivisme berkaitan dengan determinisme ekonomi, karena beberapa pemikir determinisme ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme tentang pengetahuan. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah tunggal dapat diterapkan pada seluruh bidang studi.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. Kritik Terhadap Sosiologi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sosiologi dikritisi karena “keilmihannya” yang menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri. Sosiologi juga dituduh telah menerima status quo. Mereka berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial dan melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang tertindas.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. Kritik terhadap Masyarakat Modern</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika kebanyakan teori Marxian secara tegas mengkritisi sistem ekonomi pada masyarakat modern. Aliran kritis menggeser kritiknya ke tingkat cultural, karena kultur dianggap sebagai realitas masyarakat japitalis modern. Dalam masyarakat modern dominasi ekonomi telah bergeser ke bidang cultural. Mereka lebih memusatkan perhatian pada penindasan cultural atas individu dalam masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. Kritik terhadap Kultural</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mereka mengkritik apa yang disebut dengan “industry cultural”, yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratiskan (misalnya, jaringan televisi) yang mengendalikan kultur modern. Industri kultur menghasilkan apa yang disebut “kultur massa” yang didefinisikan sebagai kultur yang diatur, tidak spontan, dimaterialkan dan palsu. Bukan merupakan sesuatu yang nyata.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Sosiologi Ekonomi Neo-Marxian</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori ini merupakan upaya untuk menyesuaikan teori Marxian dengan realitas masyarakat kapitalis modern. Dalam teori ini akan dibahas Modal Ten`ga Kerja dan Fordisme ke post-Fordisme.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. Modal dan Tenaga Kerja</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sistem ekonomi tidak terlepas dari persaingan kampitalisme yang kompetitif. Industri kapitalis relative tergolong kecil. Akibatnya tak ada industry yang mengendalikan pasar sepenuhnya dan tanpa persaingan. Tetapi Marx juga pernah meramalkan tentang kemungkinan munculnya sitem monopoli di masa mendatang.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">- Monopoli Modal</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paul Baran dan Sweezy menuduh bahwa teori Marxian telah mengalami stagnasi karena terus berstandar pada asumsi kompetitif. Teori Marxian seharusnya menyadari bahwa kapitalisme persaingan sebagian besar telah digantikan oleh kapitalisme monopoliyang berarti pengendalian satu atau sedikit kapitalis terhadap sector ekonomi tertentu. Dalam kapitalisme monopoli, kompetisi lebih sedikit dari pada kapitalisme kompetitif.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">- Tenaga Kerja dan Monopoli Modal</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Harry Braverman (1974) menyatakan bahwa konsep “kelas buruh” tidak mendeskripsikan sekelompok orang atau kelompok pekerjaan tertentu, tetapi lebih merupakan sebuah pernyataan tentang proses pembelian dan penjualan tenaga kerja.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">- Pengendalian Manajerial</span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Braverman mengakui adanya eksploitasi ekonomi yang menjadi sasaran perhatian Marx, tetapi ia lebih menekankan pada masalah pengendalian. “Bagaimana cara kapitalis menegndalikan tenaga kerja yang mereka pekerjakan?” Jawabannya adalah bahwa mereka melaksanakan pengendalian tenaga kerja melalui manajer yang bertujuan mengendalikan di dalam perusahaan” (1974:267).</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b><i>(bersambung)</i></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sumber: </span> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">George Ritzer-Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke 5, 2008, Kencana: Jakarta</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-19719008653268744822012-02-01T05:29:00.002+07:002012-10-26T08:00:40.933+07:00Lima Kader Terbaik Yang Mampu Mempertahankan Eksistensi Organisasinya<div style="text-align: justify;">Oleh : <a href="http://coretansunthree.blogspot.com/" target="_blank">Muhammad Falikhin</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
<a href="http://bukankpk.blogspot.com/"></a>
<a href="http://coretansunthree.blogspot.com/"></a>
<a href="http://universitus.blogspot.com/"></a>
<a href="http://twips-trik.blogspot.com/"></a>
<a href="http://googledoodel.blogspot.com/"></a>
</div><div style="text-align: justify;">Jika dalam sejarah Bung Karno pernah berkata "Beri aku seribu orang dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air dan aku akan mengguncang dunia" maka akupun tak mau kalah dengannya cukup "Beri aku lima kader terbaikmu dan mereka akan menggemparkan kampusmu". Adapun untuk mencapai tujuan menggemparkan kampus tentu tidak lima orang yang kita pilih secara acak tetapi yang saya butuhkan adalah lima orang kader terbaik yang memiliki spesifikasi kemampuan pada bidang masing-masing, adapun lima bidang tersebut antara lain Akademis, Leadership, Administratif, Mobilisasi Massa, dan Organisatoris atau saya singkat menjadi ALAMO.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
Pertama, beri aku kader terbaikmu yang memiliki kemampuan Akademis yang lebih dibandingkan dengan yang lain karena dengan kemampuan akademisnya kita dapat menjaring angota sebanyak mungkin dengan memanfaatkan image positif dari kader yang bersangkutan. Tentu orang lain akan bertanya-tanya siapa dia? orang dengan kemampuan akademis yang baik dan pengetahuan yang luas, dan mereka akan menelusuri dia aktif di organisasi mana, bagaimana cara belajarnya dsb. Jarang sekali kader yang seperti ini kita temui aktif diorganisasi karena kebanyakan mereka lebih sibuk diwilayah akademisnya daripada aktif dan menyibukkan diri didalam organisasi yang dia ikuti dan hal ini yang membuat sebagian organisasi kadernya yang aktif kebanyakan mereka dengan kemampuan akademis pas-pasan namun memiliki keunggulan lebih selain wilayah akademis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kedua, kader yang mengetahui dengan baik tentang kepemimpinan (Leadership) dan mengerti tentang cara memimpin dan menjadi pemimpin. Seorang kader yang mampu memimpin dan memiliki pengetahuan lebih tentang kepemimpinan (leadership) maka dia sedikit banyak akan tahu bagaimana seharusnya yang dilakukan jika menjadi seorang pemimpin organisasi dan menjalankan roda organisasi dengan baik dan benar. Jika dalam sebuah organisasi memiliki pemimpin dengan kriteria tersebut maka kemungkinan besar organisasi akan sehat dalam artian akan berjalan sesuai dengan semestinya dan mampu tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat secara organisasi. Jiwa kepemimpinan yang baik dan gaya kepemimpinan yang baik akan membentuk sistem dan budaya organisasi yang baik pula jika dijalankan dengan baik dan benar, sistem dan budaya organisasi yang baik secara tidak langsung akan membentuk dan mejadi ciri khas organisasi tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketiga, kader dengan kemampuan Administratif yang baik harus ada didalam suatu organisasi, tentu proses berjalannya organisasi tidak akan lepas dari permasalahan administratif. Apabila didalam suatu organisasi tidak ada yang mampu menjalankan administratif kelembagaan maka akan kacau perjalanan organisasi tersebut karena tidak dapat berjalan dengan efektif. Kemampuan administratif yang dimaksud disini adalah kemampuan administratif internal lembaga seperti Peraturan Organisasi, dan Produk Hukum organisasi yang lain yang berlaku didalam organisasi tersebut juga pengetahuan administratif diluar lembaga, jadi apabila ada urusan yang melibatkan lembaga lain maka secara administratif sudah dapat memenuhi dan proses kerjasama dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya yang keempat, kemampuan kader dalam hal Mobilisasi massa mutlak harus ada didalam suatu organisasi karena merekalah yang menjadi ujung tombak keberlangsungan organisasi dimasa yang akan datang, apabila tidak ada kader yang memiliki kemampuan tersebut maka keberlangsungan organisasinya hanya akan sebatas pada anggota yang ada saat ini karena proses regenerasi tidak akan pernah terjadi. Tentu banyak hal yang harus diketahui oleh kader yang memiliki kemampuan mobilisasi massa yang baik, mulai dari kemampuan meyakinkan orang yang akan diajak, kemampuan berkomunikasi bahkan sampai kemampuan untuk memikat hati orang lain pun mutlak harus dimiliki agar dapat menarik atau mengajak orang lain untuk bergabung dan menjadi anggota organisasi yang sedang diperjuangkan keberlangsungan hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang kelima, kader dengan kemampuan Organisatoris yang baik akan menunjang proses berjalannya organsasi, kader dengan kemampuan organisatoris yang baik akan mendukung dan mengarahkan jalannya organisasi kearah yang seharusnya ditempuh. Apabila organisasi sudah berjalan sesuai dengan jalurnya maka organisasi tersebut tidak akan mengalami hambatan yang berasal dari struktural atau internal organisasi tersebut. Kader yang memiliki kemampuan organisatoris yang mumpuni secara otomatis akan mengambil inisiatif tindakan apa yang seharusnya dilakukan sehingga apabila muncul satu permasalahan didalam organisasi akan cepat diselesaikan dan tidak menumpuk dengan permasalahan lain yang muncul akibat permasalahan awal yang tidak dapat diatasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Itulah tadi kriteria kader yang mutlak harus ada didalam setiap organisasi didalam upaya melestarikan dan mempertahankan keberlangsungan organisasinya, jika ditarik kewilayah praktis maka kelima karakteristik kader diatas dapat membentuk struktural sebagai berikut : kader dengan kemampuan Leadership atau kepemimpinan menempati posisi jabatan sebagai ketua atau pemimpinan organisasi, kader dengan kemampuan administratif ditempatkan pada posisi sekretaris atau bendahara organisasi, kader dengan kemampuan organisastoris ditempatkan pada bidang internal organisasi, kader dengan kemampuan mobilisasi massa ditempatkan di bidang eksternal organisasi, dan kader dengan kemampuan akademis ditempatkan pada bidang humas, jadi dengan kelima kader tersebut sudah dapat terbentuk struktural organisasi yang kecil namun memiliki semua kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap organisasi pada umumnya namun biasanya perlu adanya tambahan personil untuk menjalankan roda organisasi dan itu tergantung jenis organisasinya.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01044895167916369440noreply@blogger.com4Pasuruan, Indonesia-7.6448719999999986 112.90329700000007-7.6790524999999983 112.86394100000007 -7.6106914999999988 112.94265300000006tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-80501854856094799722012-02-01T00:06:00.003+07:002012-02-01T14:33:28.198+07:00Anas Urbaningrum Lebih Baik Buka Toko Kelontong<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b>Oleh: <a href="http://lugaswicaksono.blogspot.com/" target="_blank">Lugas Wicaksono</a></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-FqOeZnJPo0M/Tyge1EnxpII/AAAAAAAAAS4/Dj5ayx9sST4/s1600/anas-urbaningrum.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-FqOeZnJPo0M/Tyge1EnxpII/AAAAAAAAAS4/Dj5ayx9sST4/s1600/anas-urbaningrum.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><b>Anas Urbaningrum</b>, saat namanya baru eksis di kancah perpolitikan Indonesia, banyak publik yang bangga dengan sosoknya. Politisi muda yang mampu mendobrak dominasi politisi – politisi tua yang tidak mau mengalah begitu saja. Baginya tidak ada kaitannya antara usia dengan karier atau jabatan. Ia juga dikenal sebagai figure yang cerdas dan kalem. Tapi juga bisa bersikap tegas dalam berbagai kesempatan. Pemikiran – pemikiran cerdasnya banyak dikeluarkannya baik lisan maupun tulisan. Teringat saat namanya masih tercatat sebagai anggota KPU, ia pernah berpendapat bahwa pemilu adalah sebuah kompetisi berbagai kekuatan politik. Maka dari itu pemilu harus membuka peluang terjadinya kompetisi yang fair dan transparan. “rakyat yang akhirnya akan memberikan penilaian, sebab rakyatlah juri yang paling adil”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>. Melihat dari pemikiran – pemikiran cerdasnya hingga mengantarkannya sebagai politisi yang layak diperhitungkan, tidak serta merta lahir begitu saja. Sebelumnya ia juga sempat berproses di berbagai macam organisasi selama ia menempuh studinya. Diyakini bahwa namanya hingga bisa eksis sampai sejauh ini tidak terlepas dengan perjuangannya yang idealis di organisasi – organisasi yang pernah dihidupinya. Sungguh politisi muda yang layak diapresiasi perjuangannya.</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">Namun akhir – akhir ini publik dibuat tercengang dengan pemberitaan yang begitu gencar di media – media jika ia tengah terlibat korupsi Wisma Atlet. Banyak yang tidak percaya dengan pemberitaan tersebut, karena ia dikenal dengan perjuangannya yang begitu idealis, tak mungkin melakukan itu semua. Publik terpaksa menyayangkan politisi muda ini kenapa harus sampai terseret dalam kasus yang memalukan itu. Tragisnya jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat juga terancam karena banyak pihak yang mendesak ia segera mundur dari jabatan yang diraihnya dengan susah payah. Jikalau ia benar – banar harus meninggalkan jabatannya, tamatlah sudah karir politiknya. Noda yang melekat dalam dirinya susah sekali dibersihkan dengan <i>detergen</i> merk apapun, meskipun nantinya terbukti bersalah atupun tidak, yang jelas publik sudah kehilangan kepercayaan dengan sosoknya. Sangat disayangkan ia harus kehilangan karir politiknya dalam usia muda. Membuat banyak pihak terharu dengan kisah hidupnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">Seandainya harus kehilangan karir politiknya, tak perlu ia meratapi kisah hidupnya yang begitu tragis. Jika ia mau berlapang dada dan mencoba menatap langit yang sedang mendung, semendung suasana hatinya, banyak lahan pekerjaan yang bisa digelutinya kalau ia benar - benar tidak terbukti bersalah dan bebas dari hukuman penjara. Mengamati perjalanan hidup selebritis, banyak dari mereka yang beralih profesi menjadi <i>entrepreneurship</i> setelah tidak laku lagi di dunia hiburan. Juga pekerjaan yang sekarang marak digeluti oleh masyarakat yang sedang galau karena susah mencari pekerjaan<span class="hps"><span lang="EN">, dampak dari lapangan pekerjaan yang semakin sempit. Bahkan pemerintah sendiri mendukung dengan jenis pekerjaan ini karena dianggap mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan pekerjaan bagi orang lain. Daripada bekerja di perusahaan – perusahaan besar yang ternyata justru banyak terlibat skandal – skandal.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="hps"><span lang="EN">Dan pilihan pekerjaan yang cocok baginya adalah dengan membuka toko kelontong kecil – kecilan, karena sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil terlebih dulu. Selain itu ia secara tidak langsung berperan serta dalam mendukung ekonomi kerakyatan. Tak bisa dipungkiri lagi, saat ini banyak toko kelontong kecil terancam mati, dampak dari semakin menjamurnya minimarket – minimarket yang telah menjamah hingga sampai ke daerah – daerah terpencil. Pemerintah daerah terlihat lemah dalam menjalankan peraturan – peraturan yang melindungi usaha kecil. Diharapkan jika ia bersedia membuka usaha toko kelontong, maka jenis usaha ini akan menjadi <i>trend</i> dikalangan masyarakat kecil, karena ia merupakan publik figure yang menjadi panutan banyak orang. Selain itu jika usahanya berhasil, ia akan dianggap pahlawan oleh masyarakat dan namanya akan kembali bersih dari noda – noda politik. Sungguh pekerjaan yang sangat mulia dan berperan langsung bagi kelangsungan hidup masyarakat daripada ia harus menjadi politisi yang penuh dengan intrik dan membunuh karir politiknya di usia muda. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="hps"><span lang="EN">Karir Anas Urbaningrum:</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">1. Ketua Umum Partai Demokrat Periode 2010 – 2015</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">2. Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Periode 2009 – 2014</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">3. Pimpinan Nasional Kolektif KAHMI, 2009</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,s`ns-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">4. Ketua Yayasan Wakaf Paramadina, 2006 – sekarang</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">5. Ketua DPP Parta Demokrat, 2005</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">6. Anggota KPU Periode 2001 – 2005</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">7. Anggota Tim Seleksi Parpol Peserta Pemilu 1999 (Tim 11), 2009</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-falily: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">8. Anggota Tim Revisi Paket Undang – Undang (Tim 7),1998</div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">9. Ketua Umum <a href="http://pbhmi.net/" target="_blank">PB HMI</a> Periode 1997 – 1999<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a></div><div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"></span></span></span></a> <br />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"></div></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><div style="text-align: justify;"></div><hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="33%" /><div id="ftn1" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a> http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-anas-urbaningrum-biografi.html</div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a> http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/693-piawai-memilih-kata</div></div></div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-75195176798950657352012-01-30T12:37:00.023+07:002012-01-30T20:11:59.720+07:00TradisioMALL<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih3SNM4SarEB7mzuwd-C5CoEGno_LuhE5BbdcuewZtDVWyr4D2MlamIuwJ_n5mxE5VhUnasTp2P4suS-IsA-GHBw7vlXjeZHDqNQchfqVEqMZqyoN2z8RUf7-HDMveuXflghPj2O4Qpg8/s1600/394834_363724083642269_100000140423574_1586764_1290508413_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih3SNM4SarEB7mzuwd-C5CoEGno_LuhE5BbdcuewZtDVWyr4D2MlamIuwJ_n5mxE5VhUnasTp2P4suS-IsA-GHBw7vlXjeZHDqNQchfqVEqMZqyoN2z8RUf7-HDMveuXflghPj2O4Qpg8/s400/394834_363724083642269_100000140423574_1586764_1290508413_n.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b><i>Bu..beli bu </i>: Aktivitas jual beli di Pasar Tradisional Dinoyo</b></td></tr>
</tbody></table><b> Oleh: <a href="http://oriiemuhammad.blogspot.com/" target="_blank">Oriie Muhammad</a></b><br />
<br />
<b>Pasar Tradisional Dinoy</b>o yang<br />
mulai beroprasi sejak lama ini haru s rela menjadi bagian kenangan. Pasar Tradisional ini selalu memberikan warna tersendiri bagi warga Kota Malang, kawasan seputar Dinoyo khususnya. pasar tradisional yang mulai beraktifitas sejak pukul 03.00 pagi ini selalu ramai dikunjungi. Terlebih oleh masyarakat golongan menengah kebawah.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsKx34HnqcetJd7YexXzzw_Pmgnn7Q48I8nYq8TannOZMBxoXSJdhLqcZne3u9TvGXpbubTIxqLvlfrOb8QHeJSR9ic6gqw52gZkmxZRuy_66bci2mi4Xb7M1-Ej4UlsId4EROq8TzKdI/s1600/images+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsKx34HnqcetJd7YexXzzw_Pmgnn7Q48I8nYq8TannOZMBxoXSJdhLqcZne3u9TvGXpbubTIxqLvlfrOb8QHeJSR9ic6gqw52gZkmxZRuy_66bci2mi4Xb7M1-Ej4UlsId4EROq8TzKdI/s400/images+%25282%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b><i>Siaap..ciaaatt</i> : Inep membubuhkan tandatangannya</b></td></tr>
</tbody></table>Polemik pembangunan <b>Pasar Dinoyo dan Blimbing</b> telah selesai dan akan segera dilakukan proses pembangunan di kedua tempat tersebut. <b>Walikota Malang Peni Suparto</b> mengatakan hal itu merupakan hasil mediasi yang digagas Komnas HAM dengan mempertemukan Pemkot Malang dan perwakilan pedagang kedua pasar tersebut. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWoPfydDXwHXcNEdHa6YkUht3_HXwjWPN7ulbie0WlVsuESOa6GDxFnmnsQfSV8onhMRIbtwfg0Ch5sjgwT1AYz6DUj4VXSA4SZNI3EXhEs42amFrU2qTwEVUFlokIJFAAqupAOWrEvfg/s1600/29122011%2528002%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWoPfydDXwHXcNEdHa6YkUht3_HXwjWPN7ulbie0WlVsuESOa6GDxFnmnsQfSV8onhMRIbtwfg0Ch5sjgwT1AYz6DUj4VXSA4SZNI3EXhEs42amFrU2qTwEVUFlokIJFAAqupAOWrEvfg/s400/29122011%2528002%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Bongkar : Lantai dua Pasar Tradisional Dinoyo sudah terlihat kosong</b></td></tr>
</tbody></table>“Pembangunan Pasar Dinoyo dan pasar Blimbing sudah tidak ada masalah. Hasil dari mediasi oleh Komnas HAM adalah semua pihak menyetujui untuk dilakukan pembangunan dan pedagang tidak akan dipungut biaya sepeser pun,” jelasnya secara terbuka dalam rapat paripurna LKPJ, Selasa (10/5). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM0h924bNR9FFz63-0HpML9vTienClE7GYEeLmiVGVhENxB-JVKK6Ja11D5363GuBLr6itmp0oFZxHTuSH1mqdtavf5OqKCaOkXO0V9ll4IYU8KsYpRTvqXd36K9qrlXUbpX4PX4YnWCU/s1600/29122011%2528003%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM0h924bNR9FFz63-0HpML9vTienClE7GYEeLmiVGVhENxB-JVKK6Ja11D5363GuBLr6itmp0oFZxHTuSH1mqdtavf5OqKCaOkXO0V9ll4IYU8KsYpRTvqXd36K9qrlXUbpX4PX4YnWCU/s400/29122011%2528003%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Bongkar : Lantai dua Pasar Tradisional Dinoyo sudah terlihat kosong</b></td></tr>
</tbody></table>Pasar Tradisional Dinoyo yang mulai kosong sejak 21 Desember lalu, sudah tidak lagi aktifitas perdagangan. Terlebih di lantai dua, ini karena tempat berdagang lantai dua sudah dibongkar dan pedagangnya sudah boyongan ke pasar sementara Merjosari. di pasar yang bakal disulap menjadi Mall dan Pasar Tradisional Moderen itu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Apalagi sejak dioprasikannya Tempat Penampungan Sementara (TPS) pada 1 Januari lalu. Sejak itu juga, dari pantauan penulis, kondisi dari Pasar Tradisional Dinoyo benar-benar kosong. Sebelumnya hanya para pedagang emas yang bertahan cukup lama, karena memang diperlukan perlakuan khusus dari dagangannya. yakni ketersediaan tempat untuk ditampung di TPS.<br />
<br />
<br />
<br />
<div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXpHagVb0eSdA0iU6h9-85PEskAmYiMP3kom3_z0XiGsWMFqNB083RpLdinK_JLMiBej6Xs2wgkc2r6y8KtELnIQg5NwqfPJNs5M07B1G9jAF5NaiCIIXoRNompeoaFLUPZIkhPsk32I/s1600/30122011(004).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXpHagVb0eSdA0iU6h9-85PEskAmYiMP3kom3_z0XiGsWMFqNB083RpLdinK_JLMiBej6Xs2wgkc2r6y8KtELnIQg5NwqfPJNs5M07B1G9jAF5NaiCIIXoRNompeoaFLUPZIkhPsk32I/s400/30122011(004).jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Pasar Relokasi Dinoyo di Merjosari</b></td></tr>
</tbody></table>Menurut Walikota Malang, Drs. Peni Suparto, M.AP, para pedagang di pasar tersebut sudah membuat kesepakatan secara tertulis mengenai perpindahannya ke tempat relokasi. ”<i>Artinya, bahwa para pedagang sudah setuju untuk pindah saat pasar itu akan dibangun</i>,” ujar pria yang kerap disapa Inep itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara dari pantauan penulis, dipindahkannya Pasar Tradisional Dinoyo ini ke Merjosari membawa beberapa dampak bagi masyarakat disekitar Pasar Relokasi. Latifah semisal, warga yang tinggal di Jl. Mertojoyo Blok. L ini sedikit senang dengan kepindahan itu, <i>"Saya biasanya kepasar jalan kaki, sekarang 'kan bisa lebih dekat lagi",</i> katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi bukan berarti tidak ada dampak buruk bagi warga-warga Kota Malang lainnya. Beberapa warga mengeluhkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang disekitar pasar, apalagi sampah-sampah itu tidak habis diangkut dalam sehari. Belum lagi masalah Lalulintas kendaraan didepannya seringkali membuat kemacetan.</div></div><div style="text-align: justify;"><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNeFmf2FzhbM3A_6k4Y5IFCxkYm51EKJi_h5-KPcucBlrt3wkEVCksZ3T64f7gyaYoB8lzivOexyT5hsL1gDL2llNLcZ2pv8f0gdJyqwHPs37VgZqCQ1iBg_ZcWtf8rb9ryPMsz46ZA7I/s1600/100_9621.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNeFmf2FzhbM3A_6k4Y5IFCxkYm51EKJi_h5-KPcucBlrt3wkEVCksZ3T64f7gyaYoB8lzivOexyT5hsL1gDL2llNLcZ2pv8f0gdJyqwHPs37VgZqCQ1iBg_ZcWtf8rb9ryPMsz46ZA7I/s400/100_9621.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Market Pasar Modern : Bentuk Mall Dinoyo City yang akan diterapkan di bekas lahan Pasar Tradisional Dinoyo Jalan M.T. Haryono</b></td></tr>
</tbody></table><br />
<div style="text-align: justify;"><b><i>Apa ini?</i></b> Adalah sebuah MALL yang akan segera dibangun di Dinoyo. Dimana lokasinya? Anda tahu Pasar Tradisional Dinoyo? Disanalah akan dibangun. Pasar Tradisional yang sedari tadi kita bahas diatas. Lokasi yang strategis di pusat kota dan dikelilingi oleh universitas ternama (<b>Universitas Brawijaya, Politeknik Malang, Universitas Islam Negeri, Universitas Muhammadiyah Malang</b>) di Kota Malang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Hal ini membuat <b>Mall</b> <b>Dinoyo City (MDC)</b>. Dan tentu saja, Rumah di Sekitar <b>(MDC)</b> akan melambung tinggi harganya.<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRsvFZg8kt6P5i90Jx13Mo-yTv9ze4k2CEkzE0uqMYdLh2OP_QeU8PeLo-X0M6R68k-ixfbqKmpFLNiqd6Nm8McROZK5T6fDntXhE3edJ-CrqdxP3xaTIFu3bcJIwiUG4Td-92BKxxBY8/s1600/unduhan+%282%29.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRsvFZg8kt6P5i90Jx13Mo-yTv9ze4k2CEkzE0uqMYdLh2OP_QeU8PeLo-X0M6R68k-ixfbqKmpFLNiqd6Nm8McROZK5T6fDntXhE3edJ-CrqdxP3xaTIFu3bcJIwiUG4Td-92BKxxBY8/s400/unduhan+%282%29.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Market Pasar Modern : Bentuk Mall Dinoyo City yang akan diterapkan di bekas lahan Pasar Tradisional Dinoyo Jalan M.T. Haryono</b></td></tr>
</tbody></table><br />
<div style="text-align: justify;">Lain Pasar Tradisional lain lagi Pasar Modern. Anda tahu <b>Ramayana</b>? Tempat perbelanjaan yang kini menghuni Alun-alun Mall tersebut berencana untuk membuka toko di lahan baru, lahan yang dibidik adalah <b>Mall Dinoyo City (MDC)</b> yang berlokasi di kawasan Dinoyo. Belum lagi<b><i> Borobudur Dept Store </i></b>dan <i><b>21 Cineplex</b></i> yang katanya akan menjadi yang terbesar di Kota Malang kabarnya sudah fix masuk ke <b>MDC</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><i>Hassh...</i> Penulis dari tadi tidak ketemu apa sebenarnya yang mau difokuskan. Pasarkah? Mall-kah? atau apa?. Tapi sudahlah, mau bagaimana juga kita ini tinggal di <b>Indonesia</b>. Hukum uang itu tidak asing lagi dan sudah menjadi cerita klasik, bahkan membudaya. Siapa yang sangka kalau dahulu dipasar itu ada keluarga yang memang menggantungkan hidupnya pada Pasar Tradisional, Siapa yang berfikir dengan hadirnya <b>Pasar Modern</b> akan membawa dampak bagi masyarakat. Pasar Tradisional mulai tersisih, seperti orang asing. Buruknya, Perlahan hilanglah identitas bangsa, . </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
Mari kita sedikit berempati pada bangsa ini..<br />
Mengheningkan cipta...<b><i>mulai</i></b><br />
<br />
Sumber : malang-pos.com<br />
memoarema.com<br />
mediacenter.malangkota.go.id</div></div></div><br />
</div>oriie muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01039270530196956195noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-90837160053244765912012-01-29T01:00:00.003+07:002012-01-30T20:10:06.401+07:00PKD XIX PMII UMM 2012 (Dokumentasi Foto)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-Luhxi6ZOE8E/TyQ56pfYjHI/AAAAAAAAARA/Vw1DHSzzdYA/s1600/DSC07901.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-Luhxi6ZOE8E/TyQ56pfYjHI/AAAAAAAAARA/Vw1DHSzzdYA/s320/DSC07901.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ki-Ka : Sahabat Erwan bersama Ketua Pelaksana PKD XIX (Lalu Taqi)</td></tr>
</tbody></table><a name='more'></a><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="clear: left; float: right; margin-bottom: 1em; text-align: center;"><tbody>
<tr></tr>
</tbody></table><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-M_siTCvd_wo/TyQty-lcEcI/AAAAAAAAAOA/qmnRWe2WfzM/s1600/DSC07904.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-M_siTCvd_wo/TyQty-lcEcI/AAAAAAAAAOA/qmnRWe2WfzM/s320/DSC07904.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ki-Ka : Sahabat Erwan bersama Ketum PMII Cab. Kota Malang (Iden Karebet)</td></tr>
</tbody></table><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-QOQ9FKkO_R8/TyQuBh0QS8I/AAAAAAAAAOg/x-iRsFereRE/s1600/DSC07975.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-QOQ9FKkO_R8/TyQuBh0QS8I/AAAAAAAAAOg/x-iRsFereRE/s320/DSC07975.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Serius memahami, agar bergerak tak salah arah (sesat)</td></tr>
</tbody></table><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-qSZZV33spD4/TyQt-PlqcGI/AAAAAAAAAOY/o3dcUnnkEk8/s1600/DSC07951.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-qSZZV33spD4/TyQt-PlqcGI/AAAAAAAAAOY/o3dcUnnkEk8/s320/DSC07951.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pergerakan juga butuh makan bro, habis makan SEMANGAT MEMBARA!!</td></tr>
</tbody></table><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-IZnXm1moDEI/TyQ58wHfCfI/AAAAAAAAARI/5hEYFw8sfr0/s1600/DSC07912.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-IZnXm1moDEI/TyQ58wHfCfI/AAAAAAAAARI/5hEYFw8sfr0/s320/DSC07912.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bagai guru yang selalu benar seperti dewa</td></tr>
</tbody></table><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-IZnXm1moDEI/TyQ58wHfCfI/AAAAAAAAARI/5hEYFw8sfr0/s1600/DSC07912.JPG" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-nOXJ1At9PGY/TyQuJBJvczI/AAAAAAAAAOw/XhMw3ckVhks/s320/DSC08011.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terlihat bodoh seperti kerbau</td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-IzotDvfCQRA/TyQt6T8E-BI/AAAAAAAAAOQ/Gaq2AZrb2Z0/s320/DSC07940.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tapi murid tak selalu terlihat bodoh seperti kerbau dan guru tak selalu benar seperti dewa</td></tr>
</tbody></table><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-OkK8_y1-oCo/TyQ6B4nphyI/AAAAAAAAARY/bnXkDUMZ3-M/s1600/DSC08106.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-OkK8_y1-oCo/TyQ6B4nphyI/AAAAAAAAARY/bnXkDUMZ3-M/s320/DSC08106.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pada narsis. keep fighting brada n sista!!</td></tr>
</tbody></table><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Mdxfqculi9I/TyQ1juKek_I/AAAAAAAAAQo/3_jkkRFi2vg/s1600/DSC08093.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-Mdxfqculi9I/TyQ1juKek_I/AAAAAAAAAQo/3_jkkSFi2vg/s320/DSC08093.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hikmad dalam prosesi pembaitan</td></tr>
</tbody></table></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-HkA1uCeAa1g/TyQuVlCs5DI/AAAAAAAAAPQ/T7FqfIk07ms/s1600/DSC08141.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-HkA1uCeAa1g/TyQuVlCs5DI/AAAAAAAAAPQ/T7FqfIk07ms/s320/DSC08141.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Inilah kami wahai Indonesia, satu angkatan dan satu cita..</td></tr>
</tbody></table><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-JA8Gg4jRAbg/TyQuSV-L6dI/AAAAAAAAAPI/WT3dZzuS7WM/s1600/DSC08140.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-JA8Gg4jRAbg/TyQuSV-L6dI/AAAAAAAAAPI/WT3dZzuS7WM/s320/DSC08140.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penutupan PKD XIX</td></tr>
</tbody></table><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-fnD5YOcwLu0/TyQuFZrUYDI/AAAAAAAAAOo/1xY2q1UBXxg/s1600/DSC07983.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-fnD5YOcwLu0/TyQuFZrUYDI/AAAAAAAAAOo/1xY2q1UBXxg/s320/DSC07983.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Masih pagi, tetep semangat dengerin materi.</td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-hnI9v-uhYzI/TyQ2yCTP1JI/AAAAAAAAAQw/MAIV_3iXIis/s1600/DSC08163.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-hnI9v-uhYzI/TyQ2yCTP1JI/AAAAAAAAAQw/MAIV_3iXIis/s320/DSC08163.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">SEMANGAT !!</td></tr>
</tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ClehFk_SZQk/TyQxY9psxbI/AAAAAAAAAPw/WpvB0vqxbDk/s1600/DSC08171.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-ClehFk_SZQk/TyQxY9psxbI/AAAAAAAAAPw/WpvB0vqxbDk/s320/DSC08171.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">RAYON FISIP FAMILY</td></tr>
</tbody></table><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: centdr;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-YTsYHJuY1Nk/TyQ0ZZAvCbI/AAAAAAAAAQY/zyO92jGrklM/s1600/DSC08182.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-YTsYHJuY1Nk/TyQ0ZZAvCbI/AAAAAAAAAQY/zyO92jGrklM/s320/DSC08182.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kapel : Lalu Taqi (Garang!!!)</td></tr>
</tbody></table></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-39546337009827522482012-01-28T02:29:00.002+07:002012-01-28T03:08:05.497+07:00ARAB, INDONESIA DAN KAMPUS PUTIH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-hRgScX6UMNA/TyL6jy1vArI/AAAAAAAAANQ/cMPi5_i5BoU/s1600/masjid_umm.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="193" src="http://3.bp.blogspot.com/-hRgScX6UMNA/TyL6jy1vArI/AAAAAAAAANQ/cMPi5_i5BoU/s320/masjid_umm.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Oleh:<a href="http://ipunklight.blogspot.com/"> Saiful Rohim</a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Sebuah cerita realis dari negeri sebrang yang memiliki bangunan dengan nilai sejarah tinggi, dan memiliki nilai keindahan, kemegahan serta kesucian bagi pemeluk agama islam yang pada tiap tahunnya datang ke bangunan ini dengan tujuan mendekatkan diri pada illahi rabbi. Saudi arabia lah nama negeri ini, dengan bangunan Ka’bah yang menjadi iconnya. Sebuah negeri yang sangat indah, yang di anggap oleh masyarakat muslim memiliki keberkahan tersendiri. Tapi sayangnya ke indahan dan kesucian negeri ini harus di nodai dengan sebuah pertumpahan darah yang di lakukan oleh gerakan – gerakan islam transnasional atau fundamental, yang bertujuan membentuk formalisasi islam dalam sebuah masyarakat pada umumnya dan negara pada khususnya. Berbagai noda ia siramkan di negeri yang di anggap memiliki kesucian oleh umat muslim. Seperti pembunuhan yang ia lakukan terhadap para jama’ah haji dari syria,iran, irak dan lain – lainnya yang di anggap salah atau bid’ah. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tak sampai di situ gerakan yang dilakukan oleh islam transnasional, pengusuran terhadap bangunan – bangunan yang di anggap memiliki nilai sejarah tinggi oleh umat muslim pun harus di porak – porandakan. Karena ini di anggap oleh gerakan islam transnasional atau fundamental sebagai hal paling mendasar dalam pembentukan individu – individu yang syirik dan bid’ah. Semisal pengusuran para makam sahabat – sahabat nabi, tabi’in – tabi’in dan para ulama – ulama yang memiliki pemikiran berbeda dengannya. Sehingga Gerakan – gerakan ini pun berakhir pada penaklukan negeri para Nabi dengan icon bangunan Ka’bahnya. Tak sampai di sini gerakan yang di lakukan oleh islam transnasional atau fundamental. Setelah ia menguasai negeri para Nabi dengan icon bangunan Ka’bah, Islam transnasional pun juga mulai melakukan sebuah ekspansi ke negara – negara lain, dengan tujuan menyiarkan formalisasi Islam yang berefek pada pembentukan sebuah negara islam. Seperti Malaysia, Brunnai, Mesir, Indonesia, dan lain – lainnya. <br />
<br />
Dalam konteks Indonesia, Gerakan islam fundamental atau transnasional ini mulai bermetamorfosis ketika rezim orde baru runtuh. Hal ini di tandai dengan makin maraknya pemikiran – pemikiran timur tengah atau pemikiran fundamental yang masuk di negara Indonesia, yang berefek pada terbentuknya sebuah organisasi – organisasi yang mengadopsi pemikiran para tokoh – tokoh dari Gerakan islam transnasional seperti pemikiran Imam ibnu abdul wahab, pemikiran Hasan albana atau lain - lainnya. Berbagai cara ia lakukan dalam menyiarkan syariat islam yang bertujuan membentuk formalisasi islam di indonesia dengan ending pembentukan negara islam. Semisal memberi bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu, membangun masjid, mengajar tanpa harus di bayar dan menguasai masjid dengan alasan untuk membersihkan masjid. Dan hal ini lah yang terjadi pada kampus putih yang memiliki bangunan perkuliahan yang cukup megah dan ke eksotikan yang sangat indah yang menjadi tempat nostalgia saya kurang lebih selama 4,5 tahun.<br />
<br />
Kampus putih adalah sebuah tempat perkuliahan yang lebih condong mengedepankan ajaran muhammadiyah, dengan mediasi pendakwahan melalui perkuliahan dan lembaga – lembaga intra kampus yang bergerak di bidang ke islaman. Semisal Jama’ah Fachruddin, Al furqon, dan lain – lain. Tapi lembaga – lembaga intra kampus yang bergerak di bidang ke islaman yang di gunakan sebagai media untuk mendakwahkan ajaran muhammadiyah, kini mengalami sebuah perubahan dalam fungsinya, yang dulunya sebagai lembaga dakwah bagi muhammadiyah kini menjadi sebuah lembaga yang sangat menakutkan dan meresahkan terhadap muhammadiyah pada khususnya dan masyarakat, mahasiswa pada umumnya.<br />
<br />
Sebuah pengandaian dari saya, lembaga intra yang bergerak di bidang ke agamaan ini ibaratkan sebuah kotak kosong. Ketika kotak kosong ini di huni atau didominasi oleh kelompok kiri, maka corak kotak itu akan kekiri – kirian dan begitu juga sebaliknya. Tapi corak kotak kosong itu pun sudah bisa di lihat oleh berbagai kalangan, baik kalangan birokrasi, akedemisi atau organisatoris. Dominasi yang di lakukan oleh islam transnasional atau fundamental di lembaga intra kampus, memberikan sebuah ruang yang sangat luas terhadap komunitas islam – islam fundamental atau transnasional untuk berkreasi dan ber imajinasi dengan bebas di lembaga ini. Alangkah lucunya realita ini, sebuah gerakan islam transnasional harus hidup sehat dikampus putih berajaran muhammadiyah yang memiliki paradigma yang bertolak belakang dengan paradigma islam transnasional atau fundamental.<br />
<br />
Mungkin apabila kita mencermati lebih detail tentang aktivitas – aktivitas yang mereka lakukan di lembaga intra kampus khususnya di JF, maka kita akan melihat sebuah perkumpulan yang membahas konsep negara islam dalam merubah ideologi negara Indonesia (Pancasila). Sebuah gerakan yang tersistematis dengan awal mula menguasai lembaga – lembaga yang berlevel rendah. Hahahaha.... Berbagai cara ia lakukan dalam menjaga dominasi meraka di lembaga – lembaga intra kampus. Seperti ke otoriteran dalam merekrut kader – kader baru, membentuk pencitraan yang indah kepada masyarakat atau mahasiswa melalui pembagian selembar artikel ke islaman pada tiap hari jum’at atau pencitraan melalui gaya atau mode berpakaian yang agak keislam – islaman. Sehingga ini akan berefek pada sebuah pengkonstrukan pola fikir masyarakat atau mahasiswa dalam memandang gerakan – gerakan islam transnasional atau fundamental. </div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
Mengutip teori Peter L. Berger tentang konstruksi sosial. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan di alami bersama secara subyektif. Sama halnya dengan pembentukan realitas – realitas baru yang di lakukan oleh islam – islam transnasional di kampus putih. Di era ini dominasi islam transnasional atau fundamental sudah mulai memperlihatkan diri di kampus putih. Dan ini besar kemungkinan akan berefek pada pembentukan – pembentukan realitas baru pada masyarakat atau penghuni kampus putih pada khususnya. Lalu pertanyaan yang masih belum bisa untuk saya jawab ialah “ Seberapa jauh gerakan yang di lakukan oleh birokrasi kampus dalam menanggulangi pencemaran yang di lakukan oleh gerakan – gerakan islam transnasional atau fundamental di kampus putih? “</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-55647468334472723352012-01-26T02:07:00.005+07:002012-01-26T22:47:09.773+07:00Organisasi Intra Itu OSIS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<a href="http://lugaswicaksono.blogspot.com/" target="_blank"><b>Oleh: Lugas Wicaksono</b></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9aNDeAftUX6ixlacCvahDbenuvT5JvOnXyXtNasiZqADt-SLy-IgHZqbxC2qW7KveiHDMGWIOhgarOTg5CXeJnzEfHa20KcP1r9VZVZSwT1qUlaxuegCe5f6rjU30oPXc21UoSLk_NDN2/s1600/LOGO-OSIS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9aNDeAftUX6ixlacCvahDbenuvT5JvOnXyXtNasiZqADt-SLy-IgHZqbxC2qW7KveiHDMGWIOhgarOTg5CXeJnzEfHa20KcP1r9VZVZSwT1qUlaxuegCe5f6rjU30oPXc21UoSLk_NDN2/s200/LOGO-OSIS.jpg" width="175" /></a><b>Bagi </b>yang sedikit
bernasib baik dengan pernah menikmati bangku sekolah formal jenjang SMP,SMA dan
sejenisnya, jelas juga mengenal OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Nama
yang wajib tertempel di saku seragam putih sebelah dada kiri. Entah siapa yang
mempunyai ide cerdas dengan mencetuskan nama tersebut. Nama organisasi yang
ternyata milik dan dijalankan oleh siswa – siswa sekolah formal tersebut. Wadah
bagi siswa – siswa berpotensi yang masih mempunyai energy dan semangat juang
tinggi untuk mengejar mimpi – mimpinya.<br />
<br />
Tapi sayangnya mereka masih <i style="mso-bidi-font-style: normal;">yesterday afternoon child</i> yang masih
harus belajar banyak mengenai manajemen organisasi. Wajar apabila kita sering
menemukan kegiatan – kegiatan yang mereka laksanakan terkesan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">wah</i> tapi masih “kosong”. Selain kegiatan
yang harus mampu menampung minat bakat siswa. Mempertontonkan pentas seni (tak
jarang mendatangkan grup band nasional dengan biaya mahal), <i style="mso-bidi-font-style: normal;">class metting</i>, lomba ini itu dan masih
banyak yang lain. Tujuannya memang kita dapat menangkap behwa mereka ingin
menghargai minat bakat siswa dan menyalurkan energy positif jiwa – jiwa muda
agar tidak disalahgunakan. Tapi jika lebih cermat lagi untuk mengamati, bahwa
mereka sebenarnya hanya mengejar eksistensi. Seakan – akan membuktikan kepada
dunia bahwa mereka yang masih <i style="mso-bidi-font-style: normal;">yesterday afternoon
child </i>mampu untuk menyelenggarakan kegiatan yang jika orangtuanya
mengetahui pasti akan bangga, setelah dituntut dengan program kerja yang harus
dipertanggungjawabkan ke guru – guru ataupun teman – temannya. Sebatas
menyelenggarakan kegiatan yang “tampak” karena masih proses belajar
berorganisasi. Ya, OSIS adalah organisasi yang djalankan oleh sekumpulan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">yesterday afternoon child</i> demi mengejar
eksistensi untuk membuktikan bahwa mereka meskipun anak yang masih seperti itu
ternyata bisa. Wajar apabila kegiatannya itu – itu saja.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Jika mereka
bernasib lebih baik, mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni Perguruan
Tinggi, akan disuguhi dengan dinamika kampus yang berbeda jauh dengan dinamika
yang mereka rasakan di sekolah. Puncak tertinggi dari jenjang – jenjang pendidikan
yang mereka capai dengan merangkak bertahun – tahun terlebih dulu. Meningkatkan
status sosial mereka di masyarakat dari siswa yang masih <i style="mso-bidi-font-style: normal;">yesterday afternoon child</i> menjadi Mahasiswa yang harus memikul
beban Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tak ada lagi nama OSIS di dalamnya, yang ada
adalah Organisasi Mahasiswa Intra Kampus bersistem aneh dengan gambaran miniature
sebuah Negara yang di dalamnya terdapat lembaga eksekutif berbentuk Himpunan
Mahasiswa Jurusan di tingkatan jurusan/prodi, BEM Fakultas, BEM Universitas
yang di pimpin oleh Presiden Mahasiswa. Dikontrol oleh lembaga legislatif berbentuk
Senat Fakultas dan Senat Universitas, tanpa melupakan Komisi Pemilihan Pemilu
Raya yang mem<i style="mso-bidi-font-style: normal;">filter</i> person – person yang
akan masuk di dalam lembaga itu tadi.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
Sungguh memaksa
kepala untuk pusing dengan sistem rumit Organisasi Intra. Apalagi bagi
mahasiswa yang tidak pernah mengenal organisasi sebelumnya. Tapi yang jelas
peran dan fungsinya jauh berbeda dengan OSIS. Peran serta dalam mengembangkan
minat bakat juga jauh lebih ringan karena sudah ada UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa) yang mewadahinya. “Lha terus apa peran dan fungsi sesungguhnya dari
organisasi intra kampus?” Tanya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">yesterday
afternoon child</i>. Miniatur sebuah Negara itu mungkin juga mirip dengan
sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia dengan peran dan fungsinya masing
– masing. Mungkin mirip apabila dewasa ini Negara yang sesungguhnya disibukkan
dengan berkembangnya issue birokrasi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">complex,
money politic</i>, pendidikan mahal, tak mampu mendengarkan apirasi rakyatnya karena
tak sempat turun ke bawah, dan lain – lain hingga memaksa masyarakat untuk
memilih bersikap apatis, skeptis, pragmatis yang bahkan sekarang marak
berkembang issue pembentukan Negara Islam Indonesia oleh kelompok – kelompok yang
mungkin sudah tidak percaya lagi dengan sistem pemerintahan NKRI.*“Apakah mungkin
memang mirip seperti itu?” tanyanya lagi.<br />
<br />
Jika kita rasakan dengan perasaan
galau (karena sekarang lagi musim galau), memang tidak terlihat peran serta
fungsi Organisasi Mahasiswa Intra Kampus bagi mahasiswa biasa. Selain daripada
menjalankan kegiatan – kegiatan “pesanan” kampus seperti ospek, lomba - lomba yang mengingatkan pada lomba 17 agustusan di kampung - kampung dan sejenisnya. Ataupun
kegiatan – kegiatan eksistensialis seperti seminar, pelatihan, diklat – diklat yang
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">yesterday afternoon child </i>yang
tergabung dalam OSIS pun bisa menjalankannya jika diberi kesempatan lebih. Tak terlihat <i>esensi</i> dari kegiatan - kegiatan tersebut bermanfaat bagi mahasiswa selain mahasiswa yang aktif di Organisasi Intra itu sendiri.
Juga sekilas gedung Student Center memang terlihat mirip dengan gedung DPR di Senayan. Wajar apabila mahasiswa biasa di luar aktivis bersikap apatis, skeptic,
pragmatis layaknya sikap yang dipertunjukkan rakyat Indonesia kepada pemerintah
Republik Indonesia. Karena memang tidak ada pengaruh apapun eksistensi
Organisasi Mahasiswa Intra Kampus terhadap keberlangsungan hidup mereka di
kampus. Toh ada atau tidak ada Organisasi Intra pun tidak pengaruh bagi mereka.Terkadang juga harus direpotkan dengan kewajiban mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Organisasi Intra.<br />
<br />
Lantas apa manfaat banner – banner kampanye calon - calon pemimpin Organisasi
Intra yang penuh janji – janji manis tertampang di sudut – sudut kampus hingga
merusak pemandangan kampus yang sebelumnya terlihat bersih dan cantik? Lantas
apa manfaat aktivis mahasiswa capek – capek melakukan aksi turun jalan meminta
perhatian dari pemerintah jika tidak bercermin dulu di cermin besar yang
diletakkan dalam kamar sebelum berangkat agar terlihat lebih ganteng? Pertanyaan
yang sulit untuk dijawab, karena bagi masyarakat yang tinggal di gang – gang sempit,
mahasiswa yang katanya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">agen of change</i>
tak lebih baik daripada agen minyak tanah yang masih berjualan minyak tanah
yang sudah mulai langka dampak dari konversi*minyak tanah ke gas elpigi. Mungkin
sudah saatnya aktivis mahasiswa mempertimbangkan dan mengkonsep dengan matang
wacana tentang pendirian Negara Islam Indonesia agar kedepannya negeri kita ini bisa menjadi lebih baik. Dan sangat kurang ajar jika
penulis menulis bahwa Organisasi Mahasiswa Intra Kampus tidak lebih baik
daripada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-30969476326277312742012-01-23T19:40:00.005+07:002012-01-25T02:23:27.544+07:00Izzat Islami, Pemimpin Muda Rayon FKIP PMII UMM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZoUCbrZMuh66KNrbjw7sINpK0mwkTwhUd_X5ouwWr9rQa1AQMcVHVi-Fsh04upduZh9PUAKPVp2_sYR2y7kB7SB4hw3GWvf0GyNuQb5l2xnS62sj_5iVCePE5kMZnNyYuOQ_5_Ycs5Ie6/s1600/262860_193103017413693_100001419883555_481873_3186738_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZoUCbrZMuh66KNrbjw7sINpK0mwkTwhUd_X5ouwWr9rQa1AQMcVHVi-Fsh04upduZh9PUAKPVp2_sYR2y7kB7SB4hw3GWvf0GyNuQb5l2xnS62sj_5iVCePE5kMZnNyYuOQ_5_Ycs5Ie6/s200/262860_193103017413693_100001419883555_481873_3186738_n.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Beberapa hari yang lalu telah dilaksanakan RTAR di Rayon FKIP PMII UMM. Rapat tahunan yang seharusnya dilaksananakan tiap satu tahun sekali. Saya sendiri sebenarnya tidak berniat hadir pada acara tersebut. Karena saya pikir acaranya dan orang – orangnya mungkin hanya itu – itu saja, membuatku bosan dengan keadaan ini. Tapi pada akhirnya saya hadir juga di akhir acara meskipun hanya sebentar. Setelah di sore hari yang dingin karena hujan tak kunjung berhenti, Ucheng tiba – tiba teringat dan mengajak untuk hadir saat <a href="http://lugaswicaksono.blogspot.com/" target="_blank">Lugas</a>, <a href="http://ipunklight.blogspot.com/" target="_blank">Ipunk</a>, <a href="http://gobloger80.blogspot.com/" target="_blank">Alan</a> dan <a href="http://chengxplore.blogspot.com/2011/10/indonesia-di-mata-dunia.html" target="_blank">Ucheng sendiri</a> sedang asyik ngopi di warung Sumber Rejeki depan kampus UMM. Sungkan menolak ajakannya, karena ia salah satu senior Rayon AD FISIP UMM yang cukup disegani, selain <a href="http://www.facebook.com/ardardiyan" target="_blank">Ardiyanto</a>.<br />
<br />
Fenomena unik yang terlihat dengan mata saya sendiri adalah terpilihnya sahabat<a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100001419883555" target="_blank"> Izzat Islami </a>sebagai Ketua Rayon FKIP PMII UMM menggantikan sahabat Erwan Sholeh. Unik karena sosok Izzat adalah anak kemarin sore di PMII UMM. Belum genap setahun aktif dan baru semester I Jurusan Bahasa Inggris FKIP UMM. Teringat saat pertama kali saya menemukannya di warung kopi <a href="http://www.facebook.com/groups/eMGe.coFFee/" target="_blank">EmGe</a>. Malam itu ia bersama satu temannya sedang asyik ngopi dengan berpakaian rapi, menandakan jika baru selesai kuliah saat diperkenalkan denganku oleh penjaga warung kopi yang berambut gondrong. Kesan pertamanya ia sangat bersemangat untuk segera aktif di PMII UMM, tapi sayang ia masih polos. <br />
<a name='more'></a><br />
Bercerita panjang lebar tentang susah payahnya ia yang lulusan pondok di Gresik ini untuk mencari Organisasi Ekstra Kampus yang bernama PMII UMM dan tak mau aktif di omek lain selain omek satu ini. Mengesankan jika eksistensi PMII di kampus UMM ini antara ada dan tiada. Bagaimana tidak? Benar – benar ada tapi susah bagi mahasiswa di luar kelompok ini untuk menemukan keberadaannya. Entah bagaimana cara kerja mereka untuk mencari kader baru. <br />
<br />
Seandainya kami berdua tidak dipertemukan oleh takdir yang berambut gondrong, mungkin rayon FKIP belum menemukan sosok ketua rayon baru. Rayon yang harus terus dipertahankan eksistensinya. Karena dari sinilah diharapkan dapat lahir cendekiawan – cendekiawan yang mampu berguna bagi bangsa dan Negara. Mampu untuk membuang - buang ilmu pengetahuan agar dapat dirasakan oleh semua golongan. <br />
<br />
Saya tidak mempermasalahkan ketika Izzat yang anak kemarin sore ini harus langsung diberikan amanah untuk langsung menjadi pemimpin. Malah justru lebih bagus anak muda yang menjadi pemimpin dibanding orang tua. Terlepas dari apapun itu, Ia merupakan sosok yang mempunyai potensi lebih sebagai pemimpin, terlihat dari sorot matanya yang begitu bergairah. Sosok yang mempunyai semangat juang tinggi untuk mewarnai dinamika organisasi dalam PMII UMM. Dan jika ramalan saya tidak meleset, ia akan menjadikan Rayon FKIP menjadi rayon terbaik dari lima rayon di lingkup PMII UMM. Mampu untuk bersaing dengan rayon – rayon lain ataupun omek – omek lain yang sekarang semangatnya sedang kembang kempis. Menggeser dominasi Rayon AD FISIP yang akan segera diresmikan pembubarannya. Juga Rayon Ekonomi, Teknik, Psikologi yang sekarang sedang semangat – semangatnya. <br />
<br />
Dan pastinya tugasnya sebagai ketua rayon mampu menjalankan organisasi sesuai dengan visi misinya. Izzat mustahil akan berhasil jika ia bekerja sendirian, diperlukan kerjasama semua <i>stakeholder</i> yang terlibat dalam PMII UMM. Sebatang lidi akan mudah dipatahkan, tapi tidak jika*telah dipersatukan dengan yang lain menjadi seikat sapu lidi. Semoga sahabat Izzat mampu menjawab amanah yang diberikannya dengan menjadi pemimpin yang mampu berdiri di atas semua golongan. Dan satu lagi, pemimpin bukan sebagai budak anggotanya yang harus menurut jika disuruh – suruh, tapi tugas pemimpin adalah untuk membimbing anggotanya. Selamat untuk sahabat Izzat dan Rayon FKIP UMM, semoga mampu lebih baik dengan semangat dan harapan baru. <br />
<br />
<b><i>Lugas Wicaksono</i></b>.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
tinggal di: <a href="http://lugaswicaksono.blogspot.com/" target="_blank">http://lugaswicaksono.blogspot.com/</a> </div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-12147640144762013912012-01-22T13:01:00.009+07:002012-01-25T02:25:03.344+07:00Omek Berlabel Islam dan Dekadensi Moral Mahasiswa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi99uFHXExQPPYz4b1zt68WRVnrZyVRZToDvRiJCny1cBBN5E3P_vIk4hMBQ1axiZjLAVV5yDkqf6ma-XiA8pZ3xrU5bNidRwYU5vsWKPUvLoyXDA4fXGYamJ9N6vPg1GqrUXXuzlq1gwjW/s1600/168317_191489164211231_100000504455816_682457_1880903_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi99uFHXExQPPYz4b1zt68WRVnrZyVRZToDvRiJCny1cBBN5E3P_vIk4hMBQ1axiZjLAVV5yDkqf6ma-XiA8pZ3xrU5bNidRwYU5vsWKPUvLoyXDA4fXGYamJ9N6vPg1GqrUXXuzlq1gwjW/s200/168317_191489164211231_100000504455816_682457_1880903_n.jpg" width="160" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>Oleh: Lugas Wicaksono </b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sudah kesekian kali aku mendengar pacar temanku hamil ataupun temanku perempuan sendiri yang hamil tanpa melalui prosesi pernikahan terlebih dulu, sudah kesekian kali aku mendengar gadis yang katanya baik – baik sudah kehilangan kegadisannya. Seminggu yang lalu aku dengar kabar bahwa kawanku masuk penjara oleh karena kasus pencabulan anak di bawah umur. Tiga hari lalu kawanku tertangkap tangan polisi karena kedapatan mengkonsumsi ganja. Tadi malam aku lihat dua pemuda mabuk bertengkar memperebutkan satu gadis di simpang jalan. Yang satunya tewas dan satunya lagi masuk penjara. Rentetan peristiwa di atas, mengajak otakku terus berpikir, bahwa ada permasalahan besar yang disebut moral! Ya, dekadensi moral pemuda, khususnya mahasiswa, mengancam tumbuh kembangnya negeri ini. Membuatku semakin galau menatap kehidupan yang semakin <i>absurd</i>. <br />
<br />
Pagi ini tak kulihat mentari pagi. Membuat pagi agak gelap dan basah oleh tetesan embun yang tak kunjung kering. Persis seperti perasaan hatiku yang gelap, suram dan basah oleh tetesan air mata kepedihan, galau! Ku ajak kegalauanku pergi ke kampus, menikmati segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, termasuk mahasiswi – mahasiswi cantik tentunya. Di tempat – tempat strategis kulihat pamflet – pamflet milik komunitas - komunitas <i>GJ</i> tertempel di tembok, papan pengumuman, meja kantin, pohon. Menceritakan apa – apa saja yang akan mereka lakukan dengan harapan menarik minat bagi yang membacanya. Yang paling banyak ku temukan adalah milik omek berlabel Islam. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Ya, omek berlabel Islam seperti KAMMI, HTI, HMI, IMM ataupun PMII cukup eksis di kampusku. Tapi sayangnya mereka menawarkan sesuatu yang kolot, yaitu Islam. Ya, Islam memang kolot, dari dulu sampai sekarang ajaran – ajarannya itu – itu saja. Salah satu agama dari enam agama yang diakui di negeriku, agama yang mempunyai penganut paling banyak. Agama yang menyuruh penganutnya untuk menjalankan perintah Tuhannya dan menjauhi laranganNya. Mengajarkan akan nilai – nilai kebaikan. Membedakan antara dosa dan pahala. Yang jelas ajarannya untuk menjadikan moral pengikutnya menjadi baik. Tapi sayang ajarannya <i>absurd</i>, tak mampu diterjemahkan dengan baik oleh seluruh pengikutnya yang mayoritas di negeri ini. <br />
<br />
Ironisnya omek – omek berlabel Islam di atas tak mampu menjawab tantangan itu. Label hanyalah label yang hanya akan melekat di atribut mereka. terkadang mereka malah terlihat exclusive oleh label Islamnya tadi. Seperti KAMMI ataupun HTI yang berpenampilan layaknya penganut Islam di Negara Timur Tengah, terlihat “seram” karena bertolak belakang dengan <i>culture</i> masyarakat Indonesia. Apalagi dengan citra – citra buruk Islam seperti itu. Terorisme, pengonsep Negara Islam telah dilekatkan masyarakat terhadap label Islam seperti itu. Masyarakat terlanjur dibuat takut karenanya. Bagaimana masyarakat akan mengikutinya, jika masyarakat termasuk mahasiswa di luar mereka sudah dibuat takut akan penampilannya yang aneh. <br />
<br />
HMI malah saya pikir bukan omek yang berideologi Islam, tapi lebih ke politik. Bagaimana mereka mengkader kadernya untuk menjadi politisi ulung yang mampu menjalankan sistem pemerintahan di negeri ini. Tak kulihat unsure – unsure Islam melekat dalam otak kadernya. Yang ada hanyalah bagaimana cara “menguasai”. Dan aku sangsi akan pendidikan moral yang diajarkan omek ini. <br />
<br />
IMM adalah omek Islam paling baik yang pernah saya temui, dengan membawa nama Islam jenis Muhammadiyah, mendapat kesempatan lebih besar untuk eksis dalam kampus yang juga berlabel Islam Muhammadiyah. Gerakan – gerakannya banyak dilakukan dalam kampus, karena sebenarnya statusnya di UMM bukan omek tapi BSO. Sehingga mereka mampu membaur dengan mahasiswa lainnya. Dan citranya sudah dikenal dengan baik, sehingga banyak yang mengikutinya. Tapi terkadang di sisi lain mereka terlalu sombong dengan kelebihannya tersebut. Lupa diri dan akhirnya lupa dengan misi – misinya membawa Islam. Dan juga sekilas aku lihat mereka juga bingung ketika banyak dari mahasiswa yang mengikutinya. Mau di bawa ke mana mahasiswa yang begitu banyak ini? Sia – sialah sudah mahasiswa yang berniat untuk memperbaiki moralnya. <br />
<br />
Sedangkan PMII adalah organisasi paling kolot yang pernah saya temui. Di era modern dewasa ini, mereka masih bangga dengan culture – culture kolot yang mereka bawa dari <i>pondokan</i>. Sebagian besar dari mereka memang sebelumnya menempuh pendidikan di <i>pondokan</i> sebagai <i>santri</i>. Mantan <i>santri</i> yang tak sedikit pun berkeinginan untuk berpenampilan menarik layaknya pemuda jaman sekarang. Dampaknya merekapun tertinggal oleh jaman. Mahasiswa di luar mereka menjadi <i>jijik</i> dengan penampilan mereka. <br />
<br />
Dalam hal ini, sebenarnya pada dasarnya visi misi omek Islam sudah baik. Hanya saja dalam perjalanannya tak semulus teorinya. Tidak ada benang biru yang bisa ditarik antara misi yang dibawa omek dengan <i>culture</i> mahasiswa modern dewasa ini. Omek terkesan lebih <i>exclusive</i> dengan tidak memperhatikan lingkungan sekitar, begitu sebaliknya. Pesan – pesan moral yang di bawa omek pada akhirnya tidak sampai ke mahasiswa – mahasiswa di luar mereka. Dekadensi moral dilingkungan mahasiswa tak terhindarkan lagi. Menjadi manusia yang tak bermoral ternyata lebih nikmat daripada manusia yang bermoral. Banyak aturan – aturan ketat yang diberikan ketika ada manusia yang ingin menjadi manusia bermoral. Dan omek berlabel Islam tak mampu memberikan sesuatu yang mudah untuk mengajak mahasiswa menjadi manusia yang bermoral. <br />
<br />
Dalam teori sosiologi tentang perubahan sosial dibutuhkan suatu proses yang dinamakan <i>adaptation</i>. Para aktivis omek sebenarnya cukup punya solusi cerdas dalam hal ini. Sayang mereka malas, atau mungkin moral sudah bukan sesuatu yang penting dewasa ini? Jangan bilang jika aktivis - aktivis omek berlabel Islam tersebut juga tak punya moral. <br />
<br />
Mungkin label Islam sudah tak layak lagi dijual sekarang. Masyarakat sudah terlalu takut untuk memakainya. Lebih menakutkan daripada komunis. Jika aku disuruh memilih antara menembak mati seorang komunis dengan aktivis omek Islam. Aku akan mengubur mayatnya dengan hormat setelah ku tembak mati jika ia seorang komunis, sedangkan jika aktivis omek Islam aku akan membuangnya ke kali setelah aku tembak mati. </div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-21735441812874209122012-01-17T20:29:00.005+07:002012-01-25T02:26:09.016+07:00Reaktualisasi Organisasi Berbasis Ideologi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhapD4Zg1aAydOp_VnkOgoSKkDNvCLlPkAXQk1sEm7crMT5uylrf1s12M3rWBO6v9O1iZ9yD3qZl26tTrnrXCxFoszCuiIDuiK6KUCaXQ9ZlmbOU4ycw2rNnCo_gzPKGVVlBx-ArM7ROvrw/s1600/149160_166926863342303_100000749705584_365778_4026965_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhapD4Zg1aAydOp_VnkOgoSKkDNvCLlPkAXQk1sEm7crMT5uylrf1s12M3rWBO6v9O1iZ9yD3qZl26tTrnrXCxFoszCuiIDuiK6KUCaXQ9ZlmbOU4ycw2rNnCo_gzPKGVVlBx-ArM7ROvrw/s200/149160_166926863342303_100000749705584_365778_4026965_n.jpg" width="132" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div style="line-height: 100%; margin-bottom: 0in;">
<u><span style="font-size: small;"><span lang="id-ID">Lalu</span></span><span style="font-size: small;">
Taqi Mustaqim</span></u></div>
<div style="line-height: 100%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Ketua Panitia PKD XIX </span><u><span style="font-size: small;"> </span></u></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tonggak perubahan dan peradaban manusia sangat tergantung pada proses dinamika pendidikan. Potret peradaban yang maju ditandai dengan dinamika pendidikan yang intensif. Peradaban dunia Arab misalnya merubah diri dari era jahiliyah pada abad ke-7 saat transformasi pendidikan spiritual Islam dikembangkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad. Begitupun peradaban Yunani yang menyejarah dengan tradisi skolastiknya, dilanjutkan dengan telaah teori kritis yang massif pada era Pencerahan, Marx, dan Mazhab Frankfurt.<br />
<br />
Pentingnya pendidikan dan transformasi ilmu pengetahuan juga berkali-kali diingatkan dalam berbagai dalil Al Qur’an maupun hadis. Manivestasi kewajiban kita untuk terus berproses dalam pendidikan sebagaimana dalam Surah Thahaa (114) “Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’.” Bagitupun banyak dalil dan hadis lain yang mengupas pentingnya kita terus bermunajat berharap serpihan Ilmu Allah, seperti pada Hadist Nabi yang mewajibkan kita menimba ilmu dari kandungan hingga saat meninggal dunia.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Begitupun pada dinamika pengkaderan Komisariat PMII UMM. Melalui Dzikir, Fikr dan Amal Sholeh proses tersebut menjadi rangkaian aksiologis yang harus dilakukan kader Komisariat PMII UMM. Penyelenggaraan PKD ini merupakan bagian dari transformasi keilmuan sebagai bagian dari kegiatan Amal Sholeh, khususnya dalam rangka membuka ruang-ruang gempitanya proses-proses berfikr.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dalam pandangan Tuhan, manusia yang menghidupkan dunia pendidikan memang memiliki derajat yang sejajar dengan hamba-hamba terdekat-Nya. Saat mendalami pengetahuan, manusia akan berusaha untuk memahami dirinya sendiri berikut semesta yang ada di sekitarnya. Orang yang mampu memahami dirinya dan semesta di sekitarnya sama artinya dengan memahami dan mendekati Tuhan (Ali Syariati). <br />
<br />
Sadar bahwa pendidikan menjadi fondasi epistmologis dan aksiologis dalam kehidupan kita sehari-hari, maka PKD yang menjadi bagian penting pendidikan yang harus dijalankan Komisariat PMII UMM. Demi mengejar hasil yang maksimal, dibutuhkan kerangka aksiologis yang sistemik dalam proses pelaksanaan PKD. Untuk itu dibuatlah tema PKD XIX PMII UMM “Reaktualisasi Organisasi Berbasis Ideologi”. PKD XIX ini akan di dilaksanakan pada tanggal 20 – 22 Januari 2012 bertempat di Balai Desa Bumiaji kota Batu. <br />
<br />
Tentu saja pengangkatan tema ini bukan kebetulan, melainkan melalui dealektika panjang pada perencanaan PKD XIX. Perdebatan tersebut lahir dari kegundahan akan beragamnya paradigma para kader Komisariat PMII UMM, atau masih jauhnya eksistensialesme kader dalam memegang teguh pradigma keorganisasian Komisariat PMII UMM. Padahal pada saat yang sama Komisariat PMII UMM sedang menghadapi berbagai tantangan kontemporer yang kini merebak dalam dunia akademis, dimana telah tumbuh berbagai paradigma tandingan yang mengingkari makna penting perjuangan sejarah NKRI dan keislaman Ahlussunnah Waljamaah di Indonesia.<br />
<br />
Kerangka ideologis dalam berorganisasi ini diharapkan menjadi senjata Komisariat PMII UMM dalam mentransformasi diri di tengah dunia mahasiswa, sekaligus perisai dari massifnya berbagai propaganda aliran lain diluar Aswaja yang mencabik Kebhinekaan Indonesia. PKD ini diharapkan menjadi tonggak pendidikan yang mampu membebaskan kader Komisariat PMII UMM dari kegundahan aksiologis yang menyimpang, sekaligus menjadi manhajl fikr yang meyakinkan kader untuk lebih militan dalam menempa ilmu dan berorganisasi di Komisariat PMII UMM.</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-62444970917712337462012-01-03T08:03:00.004+07:002012-01-25T02:27:30.871+07:00Rekayasa Pendidikan Sejarah Oleh Orde Baru<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpKBJ90lcBgmCvrQuw1cRah2ffe2tWFKB2rcC1Ggs7PXQIo_vANKkRNyrUx_IF19errnI28WQh865Arkk9VXRiDMBw6uVmm2RDL-uE9BHxhkzhTwxpYIt-0NrX16-Bl-14nIA4VaZorthV/s1600/books.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpKBJ90lcBgmCvrQuw1cRah2ffe2tWFKB2rcC1Ggs7PXQIo_vANKkRNyrUx_IF19errnI28WQh865Arkk9VXRiDMBw6uVmm2RDL-uE9BHxhkzhTwxpYIt-0NrX16-Bl-14nIA4VaZorthV/s200/books.png" width="132" /></a></div>
Judul Buku :
Pemahaman Sejarah Indonesia</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sebelum
dan Sesudah Revolusi</i></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
Penyunting :
William H. Frederick dan Soeri Soeroto</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
Pengantar :
Asvi Warman Adam</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
Penerbit :
Pustaka LP3ES Indonesia</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
Tebal :
xxxiii + 507 hlm;<br />
23 x 15,5 cm</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
Cetakan :
3, Juli 2005</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">
<br />
<b>Oleh: Lugas Wicaksono</b><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Buku yang mengupas tentang perjalanan
bangsa Indonesia mulai dari sebelum sampai pada sesudah revolusi dewasa ini.
Sejarah yang sebelumnya tidak banyak diketahui masyarakat dikupas tuntas dalam
buku ini seobyektif mungkin, karena penulisnya memang benar – benar sejarawan
yang murni akademisi dan jauh dari kepentingan politik. Tragis melihat sejarah
Indonesia ternyata tidak benar – benar asli dari suatu peristiwa bersejarah.
Banyak indikasi yang mengarahkan bahwa sejarah dibuat oleh penguasa dan
cenderung mengutamakan mereka. Maka kehadiran buku ini mencoba meluruskannya,
dan melihat dari berbagai perspektif. Sejarah yang sebelumnya dilihat dari
perspektif penguasa, mencoba dilihat dari perspektif korban. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cukup menarik buku ini membahas bahwa
produk pendidikan sejarah Indonesia yang diajarkan di sekolah – sekolah selama
rezim orde baru adalah produk dari penguasa yang penuh manipulasi demi
mempertahankan kepentingannya. Rezim yang berkuasa selama 32 tahun ini cukup
banyak waktu untuk manipulasi sejarah secara sitematis.;/span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Seperti yang diungkapkan Asvi Warman
Adam dalam kata pengantar buku ini. Beliau membagi dua strategi pemerintahan
Orde baru dalam merekayasa sejarah; yang pertama, mereduksi peran Soekarno dan
yang kedua membesarkan jasa Soeharto. Usaha yang pertama mencoba menghilangkan
foto mengenai pengibaran bendera saat proklamasi kemerdekaan, namun gagal
karena banyak menuai protes dari sejarawan. Kemudian juga melarang pemikiran
Soekarno untuk terus tumbuh dan berkembang, seperti pelarangan pendirian
Universitas Bung Karno dan peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni sejak tahun
1970.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sedangkan usaha untuk membesar –
besarkan Soeharto dilakukan melalui buku sejarah ataupun media lainnya seperti
film dan monument – monument. Seperti film “Janur Kuning”, “Serangan Fajar”
yang lebih menonjolkan peran Soeharto daripada tokoh lain. Juga ada film
tentang Gerakan Tiga Puluh September (G-30S/PKI) yang wajib diputar pada semua
saluran televisi di Indonesia setiap tanggal 30 September malam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Buku – buku sejarah di sekolah –
sekolah tidak luput dari perhatian Orde Baru sebagai alat untuk kepentingan
mereka. saat itu buku sejarah yang ada di sekolah – sekolah adalah versi resmi
yang dikeluarkan oleh aparat keamanan dan pemerintah. Tahun 1994 terbit buku
yang menjelaskan latar belakang, aksi dan penumpasan gerakan PKI dari
perspektif pemerintah Orde Baru. Menurut buku itu pelaku utama atau dalang dari
Gerakan Tiga Puluh September 1965 adalah PKI dan Biro Chususnya. Padahal sebenarnya
ada lima versi lainnya yang juga patut dipertimbangkan sebagai dalang peristiwa
tersebut, yaitu 1) Sebuah Klik Angkatan Darat (Cornell Paper, Wertheim), 2)
CIA/ Pemerintah AS (Peter Dale Scott, G.Robinson), 3) Presiden Soekarno (John
Hughes, Antonie Dake), 4) Oknum PKI (tim ISAI), 5) Tidak ada pelaku tunggal
(Nawaksara, Manai Sophian). Yang lebih menonjol belakangan ini adalah versi
“kudeta merangkak” Soeharto antara lain yang dikemukakan oleh Soebandrio.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain itu juga upaya – upaya
rekayasa pendidikan sejarah untuk menghegemoni peserta didik yang pikirannya
masih kosong dan tak tahu apa – apa, diberikannya buku SNI <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Sejarah Nasional Indonesia)</i> terutama jilid 6. Aspek militer
ditonjolkan dan perjuangan bersenjata dipuji sedangkan diplomasi dikritik. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Buku PSPB <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa)</i> yang dilatarbelakangi hasrat
Presiden Soeharto agar pelajaran sejarah tidak sekedar mengajarkan pengeahuan
sejarah, melainkan juga menanamkan nilai – nilai perjuangan bangsa dalam hati
siswa. Keinginan yang muncul setelah melihat internal ABRI yang ternyata calon
tarunanya memiliki pengetahuan yang dangkal tetang sejarah. Jelas terihat bahwa
kepentingan militer mampu mendikte kepentingan masyarakat secara keseluruhan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tujuan instruksional dari PSPB antara
lain:</span><br />
<ul>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa menyadari bahwa penjajahan
Belanda menyebabkan penderitaan rakyat Indonesia</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa meyakini kebenaran perjuangan
para pahlawan dalam mengusir penjajah</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt;">Siswa menyadari bahwa persatuan dan
kesatuan telah mengantarkan bangsa
Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa menyadari bahwa politik <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“divide et impera” </i>Belanda dapat
terlaksana karena tidak adanya persatuan dan kesatuan</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa meyakini bahwa tidak adanya
persatuan dan pengutamaan kepentingan pribadi dan golongan mengakibatkan
pemerintahan yang menyimpang dari UUD 1945</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa menyadari bahwa aksi – aksi
sepihak PKI merupakan pemaksaan kehendak secara sepihak untuk menghancurkan
NKRI</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa menyadari bahwa kesatuan –
kesatuan aksi melawan PKI didorong oleh keberanian membela kemerdekaan dan
keadilan</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siswa meyakini bahwa Orde Baru
mengutamakan kepentingan Negara dan Masyarakat. </span></li>
</ul>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tan Malaka dan Alimin dihapus dari
daftar pahlawan nasional karena terindikasi sebagai orang – orang sayap kiri.
Padahal perjuangan mereka jika ditelusuri sejarah melebihi dari perjuangan –
perjuangan Soeharto ataupun aparat militer Orde Baru.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terlihat sekali bermuatan politis.
Seolah – olah PKI adalah kelompok yang sangat berbahaya dan menjadi musuh
bersama bagi masyarakat Indonesia sehingga layak untuk dimusnahkan. Melalui buku
– buku sejarah yang wajib diajarkan kepada siswa di sekolah, Orde Baru telah
berhasil “mencuci otak” masyarakat Indonesia. Bahwa sejarah merekalah yang
resmi dan “benar” sehingga masyarakat harus mempelajarinya. Sampai sekarang pun
dampak dari rekayasa sejarah Orde Baru masih sangat terasa, stigma negative
masyarakat mengenai PKI masih terus melekat dan tidak bisa dihilangkan dengan
mudah. </span></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-35823524773857097912011-12-28T21:48:00.012+07:002012-01-25T23:06:47.982+07:00Kader PMII UMM Menggebrak Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOAS-FZBsxBNMBQqqyggGcj5pO0KMEr3ziiy1f7djbhA5wCXczhHjP445GfNYang8WHqS-7dqwXEOCVvLjDfn6T7vZ2-2HCU9MVkFVqNP13f7FS8Ct25VzMtFpIi9bdPPbS-6sAuC8ps1X/s1600/23324_1362875400517_1490566368_31013950_1535851_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOAS-FZBsxBNMBQqqyggGcj5pO0KMEr3ziiy1f7djbhA5wCXczhHjP445GfNYang8WHqS-7dqwXEOCVvLjDfn6T7vZ2-2HCU9MVkFVqNP13f7FS8Ct25VzMtFpIi9bdPPbS-6sAuC8ps1X/s200/23324_1362875400517_1490566368_31013950_1535851_n.jpg" width="150" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketika masih bayi nama Azhari yang
satu ini tidak sampai terdengar di telinga Presiden. Anak manusia dari Aceh ini
hanya bisa merepotkan saat Presiden bersama warga Negara Indonesia yang lain
sibuk memperingati hari kemerdekaan tanggal 17 agustus ketika ia lahir. Ia hanya
bisa menangis tebahak – bahak saat keluar dari mulut rahim bundanya melihat
silaunya dunia. Tak tahu apa yang bisa
ia perbuat untuk bangsa. Jangankan berbuat untuk bangsa, untuk hidupnya saja ia
hanya bisa pasrah saat disuapi, diganti popoknya, dimandikan dan segala
aktivitas sehari – harinya harus dibantu orang lain. Sama sekali tak berdaya!</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Waktu terus melaju ke depan, tak bisa
diberhentikan apalagi berjalan mundur layaknya angkot yang memenuhi terminal
Landungsari Malang. tahun berganti tahun, dan ia pun terus tumbuh dewasa
menjumpai berbagai perihal dalam setiap perjalanan hidupnya. Terjalnya jalan macadam
sampai aspal tol pun pernah ia lewati. Sampai ketika ia terdampar di kota
Malang menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang dekat terminal
landungsari tadi. Tak tahu apa tujuannya ia memilih kuliah di UMM. Begitupun ketika
ia menjumpai organisasi sebesar PMII yang herannya masih hidup di kampus UMM. Ia
pun memutuskan berproses di dalamnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di PMII ia belajar apa yang tidak
didapatkan di ruang kelas yang dipenuhi bangku – bangku berjejer rapi, white
board, meja dosen dan LCD. Belajar berorganisasi! Mengutip tulisan sahabat
Falikhin –<a href="http://www.pmiiumm.com/2011/12/oleh-muammad-falikin-organisasi-adalah.html" target="_blank"> Organisasi Sebagai Media Menempa Diri</a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 1.75in 10pt 58.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small; line-height: 150%;">“</span><span lang="IN" style="font-size: small; line-height: 150%;">tujuan suatu
organisasi saya rasa sudah jelas pasti tidak lepas dari proses belajar sesuatu
yang tidak dapat kita peroleh dengan detail dalam bangku kuliah. Banyak
pengetahuan yang dapat kita peroleh diluar pengetahuan yang bersifat
fakultatif, kita bisa belajar tentang apa saja yang ingin kita pelajari dari
teman-teman yang memiliki pengetahuan lebih jauh dari kita dan pengetahuan itu
akan kita peroleh dengan cuma-cuma jika kita aktif berorganisasi. Akan tetapi
disisi lain kita juga harus mau berbagi pengetahuan kita kepada teman-teman
yang lain sebagai wujud “terima kasih” kita kepada organisasi karena kita telah
menerima apa yang kita inginkan dan kita harus kasih atau lebih tepatnya
berbagi apa yang kita punya, maka akan terjadi dinamisasi dalam perjalanan
suatu organisasi tersebut.</span><span style="font-size: small; line-height: 150%;">”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tak hanya di PMII saja ia berproses,
juga di organisasi/ komunitas lain hingga membentuk karakter pemuda yang
tangguh dan tidak cengeng. Pemuda seperti inilah yang diharapkan bangsa
Indonesia. Pemuda yang mempunyai kepedulian terhadap tanah airnya ditengah
maraknya pemuda yang lebih memilih bergaya hidup hedonis, apatis, skeptis. Mengutip
pernyataan Soekarno “Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada tanah
air, maka aku akan mengguncang dunia”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sampai pada akhirnya ia mempunyai ide
untuk berkarya bagi daerahnya (Aceh) dan bangsa Indonesia. Tak ingin mati sia –
sia dan menjadi pecundang seumur hidup. Ia sadar bukan seorang konglomerat yang
mampu meninggalkan harta melimpah bagi anak cucunya kelak. Memilih berkarya
karena kata Iwan Fals “Kita (manusia) hidup di dunia hanya sementara, tapi
karya akan abadi”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karya pertamanya pun hadir, tak
tanggung – tanggung langsung menggebrak Indonesia!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebuah Film dokumenter “Garamku Tak
Asin Lagi” yang digarap bersama rekannya Jamaluddin Phonna yang juga pemuda
Aceh. Akhirnya terpilih sebagai juara Film Rekomendasi Juri di malam final
kompetisi Eagle Awards, Jumat (28/10).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebelumnya film yang menceritakan
tentang perjuangan sekelompok perempuan yang mempertahankan produksi garam
tradisional di tengah gencarnya impor garam dari luar negeri ini termasuk salah
satu dari lima film dokumenter pilihan panitia Eagle Awards Metro Tv.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Luar biasa bukan? Azhari yang ketika
masih bayi hanya bisa menangis sekarang telah membuktikan kepada Indonesia
bahwa ia bukan pecundang. Bahwa ia masih memiliki rasa cinta tanah air dan setidaknya
mampu sedikit berbuat bagi bangsa dan Negara. Kita tunggu saja gebrakan
selanjutnya dari sahabat Azhari. Dan buat kalian semua pemuda – pemuda Indonesia,
Azhari sudah membuktikan, jangan jadi tong kosong yang nyaring bunyinya,
buktikan bahwa kalian lebih bisa! Apakah kalian tidak malu kepada tangisan Azhari ketika masih bayi? <b>(lw).</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-9207723267080230762011-12-26T17:13:00.006+07:002012-01-26T09:48:59.976+07:00Secuil Pemikiran Pramoedya Ananta Toer Tentang Nasionalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieSiFZzat8QFdtV2zRSho7J0MpAaOfZqeXEoIhpIvHPMfUwg3Y2rJObwPP9KSh9qSl_Cz6dp7HO2V0BiwEOyoZiX-1_2nbv_BdjvwcYrdz5xZ06JL5LZ8SrN676iyOi4Y617V2VhsCDsHM/s1600/press_ananta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieSiFZzat8QFdtV2zRSho7J0MpAaOfZqeXEoIhpIvHPMfUwg3Y2rJObwPP9KSh9qSl_Cz6dp7HO2V0BiwEOyoZiX-1_2nbv_BdjvwcYrdz5xZ06JL5LZ8SrN676iyOi4Y617V2VhsCDsHM/s1600/press_ananta.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oleh: <a href="http://lugaswicaksono.blogspot.com/" target="_blank">Lugas Wicaksono</a></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Siapa yang tak kenal sosok Pramoedya Ananta Toer? Sastrawan yang terkenal sebagai perokok berat dan karya - karya sastra realisme sosialis yang mampu menggebrak Indonesia semasa hidupnya. </span><span style="font-size: 100%;">Lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 dan wafat di </span><span class="mw-redirect" style="font-size: 100%;">Jakarta</span><span style="font-size: 100%;">, 30 April 2006 pada umur 81 tahun. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Salah satu tokoh Lekra, organisai sayap kiri bagian dari PKI - tapi ia bukan PKI. gerakannya banyak dilakukan lewat tulisan yang menceritakan kondisi realitas sosial yang terjadi di Indonesia. karena tulisannya yang dianggap berbahaya itulah ia sering berurusan dengan pemerintah yang berkuasa. Beberapa tulisannya menggambarkan pemikirannya tentang nasionalisme yang dikemas apik dalam karya sastranya.</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia mengkritik
fenomena kekuasaan yang terlalu Jawa Sentris. Fenomena ini ini ditolak oleh
Pram dikarenakan sudah sejak zaman penjajahan pusat pemerintahan selalu berada
di Jawa yang mengakibatkan banyak ras-suku yang bermigrasi ke Jawa. Mereka
menganggap bahwa Jawa lebih baik dari pulau lain dan lebih, mudah, enak,
nyaman, tenteram, bahagia bekerja ataupun sekolah di Jawa. Singkatnya, mereka
lebih suka hidup di Jawa daripada hidup di daerahnya sendiri yang secara pembangunan
masih tertinggal dari Jawa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pram menilai apabila konsep pemusatan kekuasaan
nasional di Jawa cenderung menjadikan kita sebagai bangsa yang hanya bergerak
ke dalam, tidak berani melakukan ekspansi, dan menonjolkan kekutan di luar. Bangsa
yang hany` cari aman saja, Akibatnya banyak terjadi konflik internal tidak
berkesudahan dalam perjalanan bangsa sejak merdeka sampai reformasi. Sebenarnya
menurut pengakuan Pram, ketika zaman Soekarno muncul wacana untuk memindah
ibukota Negara ke Palangkaraya, ia setuju dengan wacana tersebut. Namun, tidak
terlaksana karena pemerintahan beralih ke rezim Soeharto. Sebenarnya sewaktu
zaman Soeharto Pram berharap bahwa pusat pemerintahan akan berpindah dari Jawa.
Namun, setelah lama menanti sampai rezim Soeharto beralih ke era reformasi
tidak kunjung berpindah, dan pusat pemerintahan sampai saat ini tetap berada di
Jakarta yang masuk wilayah Jawa.</span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Secara garis besar
konsep nasinalisme Pram yang dikaitkan dengan bentuk Negara, Pram lebih suka
bentuk kesatuan. Ia tidak sepakat dengan bentuk federalism, karena ia
menganggap bahwa dengan federalism intervensi asing akan mudah masuk ke
Indonesia. Pram lebih menyukai otonomi sebagai bentuk kompromi pertentangan
konsep Negara kesatuan yang terlalu absolute dengan konsep Negara federalism
yang terlalu bebas. Apabila memakai konsep Negara federalisme Indonesia juga
belum tentu mampu menerapkannya. Karena wilayah kelautan juga masih sering
kecolongan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pram berasumsi bahwa
persoalan mendasar yang perlu dibenahi dalam persoaln berbangsa dan bernegara
adalah wawasan dari sejarah yang berangkat dari rasa kebersamaan sehingga kita
menjadi satu bangsa Indonesia. Wawasan tersebut tidak boleh dilupakan dan harus
dikuatkan dan disepakati. Tugas kita adalah mengajarkan wawasan kebersamaan
tersebut kepada anak-anak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kata kunci konsep dasar
nasionalisme dalam sejrah pergerakan masyarakat Indonesia sebenarnya adalah
persatuan. Pram pernah menulis karyanya
yang berjudul <i>Sekali Peristiwa di Banten Selatan.</i> Yang
dilatarbelakangi kunjungan Pram ke Banten untuk menggerakkan masyarakat dalam
persatuan untuk melawan pemberontakan DI/TII. Soekarno pernah berkata bahwa
Pancasila itu bisa diperas menjadi trisila kemudian bisa diperas lagi menjadi
satu, yaitu gotong royong. Pram menceritakan dalam karyanya tersebut tentang
nasib masyarakat yang selalu ditindas terus, mulai dari penjajahan Belanda,
penjajahan Jepang, Agresi Militer Beanda I dan II, kemudian ditambah lagi
pemberontakan DI/TII. Penindasan yang sempurna untuk masyarakat Indonesia.
Makin menderita saja masyarakat Indonesia, kemudian sudah menderita masih
ditambah lagi tercerai berainya tatanan masyarakat. Jika masyarakat tidak mau
bersatu dan gotong royong tunggu saja datangnya pahlawan bertopeng yang akan
melepaskan masyarakat dari penderitaan akibat penindasan. Penderitaan ini
sangat kronis karena berlangsung sangat lama dan terus menerus sampai
keturunan-keturunan berikutnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Ah
pak, itu-itu juga yang kau katakana. Kau terlalu sabar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">Tapi
kapan keadaan akan jadi lebih baik?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">Kapan?
Itu tergantung pada kapan kita sendiri mulai mengusahakan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Ya
kapan? Dari dahulu kita dauber-uber lurah, tuan besar, rodi, wajib desa. Kita
tak sempat cari penghidupan layak. Zaman Jepang? Romusha. Zaman Nica? Kerja
Rodi, ditembak. Sekarang? Diuber-uber DI.”….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Nasib
kita akan lebih buruk kalau mereka membalas.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Tidak
kalau kita membalas.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Biar
bersatu, mereka punya senjata.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Tidak,
kita bersatu dan juga melawan, bahkan menyerang. Kalau ada persatuan, semua
bisa kita kerjakan, jangankan rumah, gunung dan laut kita pndahkan.”….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Abdi
dengar. Pak Lurah. Tapi abdi lebih percaya pada kebenaran.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;">“Kau
belum banyak makan garam, Djali. Dengar. Aku sudah pernah lihat Palembang.
Surabaya, Jakarta, Bandung. Di mana-mana sama saja. Di mana-mana aku selalu
dengar. Yang benar juga akhirnya yang menang. Itu benar Benar sekali. Tapi
kapan? Kebenaran tidak datang dari langit, dia mesti diperjuangkan untuk menadi
benar”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pram juga melihat jika
perkembangan nasionalisme dari tiap zaman perlu dilakukan perubahan. Zaman
kolonialime tentu berbeda situasi dan kondisinya dengan orde lama maupun orde
baru. Nasionalisme 45 adalah semangat. Musuh kita pada tahun 45 adalah penjajah
yang bisa dilawan dengan perang yang menggunakan kekuatan fisik. Seperti halnya
Perang dunia I, Perang Dunia II, atau Perang Salib. Namun, saat ini perang yang
kita alami berganti menjadi perang ekonomi, pertarungan menanamkam modal di
Negara lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: 150%; margin: 0in 2.75in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8049232399526527610#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>
Pramoedya Ananta Toer, Sekali Peristiwa Di Banten Selatan, (Jakarta: Lentera
Dipantara, 2004), hlm. 28, 76-77.</div>
</div>
</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8049232399526527610.post-89123581655305199952011-12-25T15:19:00.003+07:002012-01-25T02:29:42.360+07:00BERJALAN DI ATAS REL BUNTU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Oleh: Anhar Vika</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPB_lYEIvoDX8a3aGRFi7mkBjOyHyRjPURSAvbiTLKgfMKQr8nGW-Pi4JJ9zxIBcZC1Ul87sJp9xrxBbfaS9WM9MpfwkwcsewotX83qnDG-0f_nwglyythDoIQUpLyqPUOpk0S9Dlgdgx/s1600/vika.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPB_lYEIvoDX8a3aGRFi7mkBjOyHyRjPURSAvbiTLKgfMKQr8nGW-Pi4JJ9zxIBcZC1Ul87sJp9xrxBbfaS9WM9MpfwkwcsewotX83qnDG-0f_nwglyythDoIQUpLyqPUOpk0S9Dlgdgx/s200/vika.jpg" width="98" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Awalnya arewhi
ingin menulis dengan judul “logika hidup” lalu berubah menjadi “perinsip hidup”
namun, dalam hipotesis arewhi ada hal yang bertentangan atau tak searah dengan “logika
hidup”, arewhi juga belum percaya penuh tulisan ini adalah “perinsip hidup”
yang kaku sepeti tembok beton kamar mandi arewhi. Atau mungkin ini bisa disebut
<i>life is<i> choice.</i></i><i><span style="font-style: normal;">
Ahai… keren betul eeeee… Setelah arewhi menulis ternyata pantasnya judul ini
adalah “kereta api dan kodok” lalu arewhi membaca berulang-ulang sebaiknya temanya
filsafat,,eh filsafat,,hahahaha firasat kale’,,,,, entahlah,,,apapun itu yang
jelas mirip cemoohan hidupku..</span></i><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Perinsip hidup ibarat
sebuah rel kereta api semestinya berjalan lurus sesuai dengan rel-rel yang ada,
dan pastikan berhenti di stasion tujuan, tidak ada alasan bagi kereta kesasar,
seperti pengendara sepeda motor, mobil atau orang yang berjalan di tengah
hutan. Namun, harus kita ingat perbedaan antara kereta api dengan manusia adalah
kereta api hanya berjalan sesuai rel-rel yang sudah disediakan dan tidak ada
naluri sedikitpun ingin keluar dari jalur rel itu atau berfikif mencari
pengalaman di luar rel, nanti di suatu saat kereta tersebut akan kembali ke-rel
itu lagi. Kalaupun itu benar adanya, bisa di pastikan kereta itu tidak selamat,
tidak originil lagi, pastikan banyak orang tidak akan percaya pada kereta
tersebut, walau pun sebenarnya kereta itu sudah bertaubat dan berjanji pada
Allah tidak akan mengulangi perbuatannya lagi (kereta yang mengong).</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Kalau manusia
selalu berpikir ingin keluar dari rel, manusia selalu beranggapan rel-rel itu
adalah kekangan atau sebuah tekanan hidup, bertentanga dengan hakekat
kemerdekaan sifat mahluk hidup, ibarat
seekor kodok dalam tempurung yang ingin tau apa kehidupan di luar sana? (hahaha..apa ada ya,,, kodok yang cerdas? Ada
atau tidak yang jelas ini kodok bukan sebarangan kodok, ini kodok yang pandai,
cerdik, dan licik. hahahahaha…) Sebelum ia bertindak mencari jalan keluar dari
tempurung, di otaknya sudah ter-isi sekumpulan ide-ide “di luar sana ada
sesuatu yang wah…” karena ini hanya seeokor kodok dia tidak berpikir akan ada
mara-bahaya yang mengancam sel spermanya, tetapi kita pastikan saja dan
berdoalah agar tidak ada yang terjadi padanya karena dia adalah kodok yang
cerdas,,, hemmm.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Setelah kodok
keluar dari tempurung dan dia tinggal bersama kita di atas bumi tempat kita
berpijak,,, pertama dia bertemu dengan kodok B gaul, memberi pengantar hidup di
bumi “hai men, lo kalau tinggal di bumi,,, kudu tau hidup di bumi itu
bagaimana? gak ada cewek yang mau lo ajak berbagi dalam duka, tak ada temen
yang bisa lo ajak dalam sengsara,
lo…lo…gua…gua…!” lalu kodok C tua, juga menjawab dengan kata bijak “di dunia
tuhan hanya menciptakan suka, duka itu ada ketika suka tiada.” Lansung
disambung oleh kodok B gaul,, “benar men… tapi sebenarnya orang susah mencari
suka karena manusia itu selalu hidup dalam duka, senang itu ada karena
diciptakan akal mereka sendiri karena adanya kelas bangsawan atau pemodal”
mereka menciptakan sebuah pola pikir hidup kesengsaraan itu tidak enak, mungkin
karena mereka sudah terbiasa dengan kehidupan mereka yang serba ada, kemudian
mereka kehilangan sebagian dari itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Contohnya;
ketika hp mereka rusak atau tidak ada jaringan, atau sepeda motornya rusak,
hidup mereka hampa men.. Yang lebih anehnya ada keinginan-keinginan manusia
yang melebihi dari kebutuhan mereka namun mereka tetap mengategorikan itu
adalah sebagian dari kebutuhan baik primer maupun skunder. Lalu canda kodok C “gak
iso internetan..ndeso” kodok mengong (B gaul) ini salah, dia hanya iri dengan
keadaan mereka yang serba ada, dia juga sering mengatakan kepada yang lain,
dengan alasan norma-norma hidup, aturan hidup, bahkan agama, padahal dia
sebenarnya juga mengimpikian hidup seperti itu. Dia juga tidak bisa manjawab
kalau tuhannya juga di ciptakan oleh pikirannya sendiri. Tuhan dan takdir
adalah jawaban-jawaban tatkala dia berada dalam ketidakkuasaanya, atau
lontarkan ketika ada ruang kosong yang tak dapat didefinisikan oleh pikirannya
(baca simbolistik) sehingga dia menyimpulkan “ada sesuatu kekuatan besar di
luar pikiran kita yang mampu menciptakan semua sedemikian rupa dan menginginkan
hal ini terjadi” terus jangan juga katakan hal ini adalah pemikiran sekuler,
karena, otakmulah yang membuat aku berpikir sekluler.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Kodok B gaul
menjawab “ah, tidak...” cobalihat ketika orang kaya mencari ketenangan batin
ketempat sunyi, perumahan, pergi kesuatu tempat yang di mana tidak ada teknologi,
serba alami, hidup terbang tanpa ada beban kantor usaha melilit hingga kerongga
nafasnya. Lalu Mengapa mereka mengatakan hidup alami seperti itu indah..?
Anak-anak mereka ingin bermain lupur di sawah, dan menghirup udara tanpa asap
pabrik milik tetangga mereka, anak-anak mereka ingin bermain dengan kupu-kupu,
capung katanya indah, anak-anak mereka juga ingin memberi pakan kambing dan
sapi yang katanya itu momen langka dalam hidupnya. Yang mengatakan itu
jorok,kotor, bauk adalah orang tua mereka yang sebenarnya lahir di kampung namun
ada pikiran sombong setelah mereka hijrah ke- kota.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Pokok e aku gak
mau tau, ujar kodok C tua. Yang jelas
hidup berada dengan mereka miliki dan kita tidak miliki hal itu, apapun
bentuknya itu tidak enak... sekarang saya tanya mana yang enak antara hidup
pas-pasan “pas butuh mobil ada mobil, pas butuh rumah ada rumah, pas butuh uang
ada uang” atau “pas-adanya aja. Ya kalau pas ada mobil, kita pakai mobil. Ya kalau
pas ada rumah, kita tinggal di rumah. Ya kalau pas ada uang, kita beli makan”
yang jelas sangat pedih kalau pas kita butuh mobil, gak ada mobil. Pas butuh
duit, gak ada duit. Begitu panjang lebar perdebatan antara kodok B gaul dan
kotok C tua, lalu kodok tempurung meninggalkan mereka begitu saja…. Dia
berkesimpulan, kodok di bumi adalah kodok yang gila karena mereka sadar dan
berpikir…….</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Manusia akan
berpikir, apa cerita yang saya buat hingga mereka mengenang saya nanti, masa
hidup itu bisa-biasa saja, lahir, bayi, sekolah SD, SMP, SMA, KULIAH, punya
pekerjaan, menikah, punya anak, tua, lalu mati dimakan cacing. Padahal hidup
itu enak, kecil bahagia, muda foya-foya (senang tok), tua kaya raya, mati masuk
surga. Apa ada ya, orang yang sudah di alam kubur sana dia suka dipuji sama
manusia di bumi…? Sepertinya gak penting beudz,,,,,!!!!!!!!!! Mau dikenang-atau
tidak dia sudah mati jendral….. Yiah,,,Ah,,,Entah kenapa aku ingat mukanya <b>Budi Handuk. </b>Bego’-bego’… Romeo dan
Juliet. Dikenang,, cih,,dikenang,,tapi jangan Cuma dapat apesnya doank… harus
dipastikan dulu sebelum berperang sudah menang duluan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Ada dua hal
tidak terlepas dalam prinsip-prinsip hidup yaitu baik dan buruk, penilaian
seseorang hampir tidak ditemukan ada perinsip lain di antara keduanya, meskipun
benar ada perinsip hidup masarakat simeulue (baca perinsip hidup masyarakat samaratan)
di kecualikan ketika mereka melakukan keburukan demi menolong orang lain,
karena tanpa mereka tidak ada hal lain yang dapat menjadikan baik, mereka sadar
apa yang mereka lakukan adalah salah menurut aturan Negara namun mereka percaya
ini baik meskipun salah. tetapi, tetap saja tidak mengubah apapun, jika “baik”
kita gambarkan ibarat secarik kertas putih terdapat setitik noda hitam, akan
disimpulkan kertas yang kotor. Sebaliknya “buruk” kita ibaratkan secarik kertas
hitam ada setitik suci putih, tidak bisa disimpulkan kertas hitam yang suci.
Jadi kesimpulannya putih bisa jadi hitam dan hitam tidak bisa jadi putih, tentu
pernyataan ini banyak orang yang menyangkal, karena beralasan pada kata “taubat”. Najis kata roma irama ada orang
yang katanya bertaubat……………</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Taubat adalah jalan
terakhir orang berdosa agar kembali kejalan benar dan mendapat pahala. Namun
mengapa kata taubat itu ada? ketika prisip-prinsip hidup itu baik=pahala dan
buruk=dosa, taubat=………..apa? mari kita berpikir sejenak. Kalau putih=suci kalau
hitam=noda, jadi putih+hitam=abu-abu. Kalau suci=pahala dan noda=dosa, jadi dosa+pahala=taubat.
Kesimpulannya adalah taubat=abu-abu. Sekarang kita sudah mendapat kata taubat,
mekipun makna kata itu belum sempurna. Nah… kata ini, juga sering kita dengar
dalam ceramah “jangan engkau meletakkan posisimu di antara keduanya yaitu
abu-abu” namun kata ini, sering diterjemahkan dalam bahasa lain. Misalnya;
politik itu abu-abu, politik itu tidak ada lawan dan tidak ada kawan yang ada adalah
kepentingan. Benar, tetapi masalah dosa dan pahala tidak dapat dipolitisir.
Jadi kata taubat jauh berbeda makna dari kata “kepentingan”. Penting gak
ccccccccceeeeeeeeeeeeee…………</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Sakno rekkkkkk…</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Malang 18 Des
2011</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com1