ARAB, INDONESIA DAN KAMPUS PUTIH

in 1

Sebuah cerita realis dari negeri sebrang yang memiliki bangunan dengan nilai sejarah tinggi, dan memiliki nilai keindahan, kemegahan serta kesucian bagi pemeluk agama islam yang pada tiap tahunnya datang ke bangunan ini dengan tujuan mendekatkan diri pada illahi rabbi. Saudi arabia lah nama negeri ini, dengan bangunan Ka’bah yang menjadi iconnya. Sebuah negeri yang sangat indah, yang di anggap oleh masyarakat muslim memiliki keberkahan tersendiri. Tapi sayangnya ke indahan dan kesucian negeri ini harus di nodai dengan sebuah pertumpahan darah yang di lakukan oleh gerakan – gerakan islam transnasional atau fundamental, yang bertujuan membentuk formalisasi islam dalam sebuah masyarakat pada umumnya dan negara pada khususnya. Berbagai noda ia siramkan di negeri yang di anggap memiliki kesucian oleh umat muslim. Seperti pembunuhan yang ia lakukan terhadap para jama’ah haji dari syria,iran, irak dan lain – lainnya yang di anggap salah atau bid’ah.


Tak sampai di situ gerakan yang dilakukan oleh islam transnasional, pengusuran terhadap bangunan – bangunan yang di anggap memiliki nilai sejarah tinggi oleh umat muslim pun harus di porak – porandakan. Karena ini di anggap oleh gerakan islam transnasional atau fundamental sebagai hal paling mendasar dalam pembentukan individu – individu yang syirik dan bid’ah. Semisal pengusuran para makam sahabat – sahabat nabi, tabi’in – tabi’in dan para ulama – ulama yang memiliki pemikiran berbeda dengannya. Sehingga Gerakan – gerakan ini pun berakhir pada penaklukan negeri para Nabi dengan icon bangunan Ka’bahnya. Tak sampai di sini gerakan yang di lakukan oleh islam transnasional atau fundamental. Setelah ia menguasai negeri para Nabi dengan icon bangunan Ka’bah, Islam transnasional pun juga mulai melakukan sebuah ekspansi ke negara – negara lain, dengan tujuan menyiarkan formalisasi Islam yang berefek pada pembentukan sebuah negara islam. Seperti Malaysia, Brunnai, Mesir, Indonesia, dan lain – lainnya.

Dalam konteks Indonesia, Gerakan islam fundamental atau transnasional ini mulai bermetamorfosis ketika rezim orde baru runtuh. Hal ini di tandai dengan makin maraknya pemikiran – pemikiran timur tengah atau pemikiran fundamental yang masuk di negara Indonesia, yang berefek pada terbentuknya sebuah organisasi – organisasi yang mengadopsi pemikiran para tokoh – tokoh dari Gerakan islam transnasional seperti pemikiran Imam ibnu abdul wahab, pemikiran Hasan albana atau lain - lainnya. Berbagai cara ia lakukan dalam menyiarkan syariat islam yang bertujuan membentuk formalisasi islam di indonesia dengan ending pembentukan negara islam. Semisal memberi bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu, membangun masjid, mengajar tanpa harus di bayar dan menguasai masjid dengan alasan untuk membersihkan masjid. Dan hal ini lah yang terjadi pada kampus putih yang memiliki bangunan perkuliahan yang cukup megah dan ke eksotikan yang sangat indah yang menjadi tempat nostalgia saya kurang lebih selama 4,5 tahun.

Kampus putih adalah sebuah tempat perkuliahan yang lebih condong mengedepankan ajaran muhammadiyah, dengan mediasi pendakwahan melalui perkuliahan dan lembaga – lembaga intra kampus yang bergerak di bidang ke islaman. Semisal Jama’ah Fachruddin, Al furqon, dan lain – lain. Tapi lembaga – lembaga intra kampus yang bergerak di bidang ke islaman yang di gunakan sebagai media untuk mendakwahkan ajaran muhammadiyah, kini mengalami sebuah perubahan dalam fungsinya, yang dulunya sebagai lembaga dakwah bagi muhammadiyah kini menjadi sebuah lembaga yang sangat menakutkan dan meresahkan terhadap muhammadiyah pada khususnya dan masyarakat, mahasiswa pada umumnya.

Sebuah pengandaian dari saya, lembaga intra yang bergerak di bidang ke agamaan ini ibaratkan sebuah kotak kosong. Ketika kotak kosong ini di huni atau didominasi oleh kelompok kiri, maka corak kotak itu akan kekiri – kirian dan begitu juga sebaliknya. Tapi corak kotak kosong itu pun sudah bisa di lihat oleh berbagai kalangan, baik kalangan birokrasi, akedemisi atau organisatoris. Dominasi yang di lakukan oleh islam transnasional atau fundamental di lembaga intra kampus, memberikan sebuah ruang yang sangat luas terhadap komunitas islam – islam fundamental atau transnasional untuk berkreasi dan ber imajinasi dengan bebas di lembaga ini. Alangkah lucunya realita ini, sebuah gerakan islam transnasional harus hidup sehat dikampus putih berajaran muhammadiyah yang memiliki paradigma yang bertolak belakang dengan paradigma islam transnasional atau fundamental.

Mungkin apabila kita mencermati lebih detail tentang aktivitas – aktivitas yang mereka lakukan di lembaga intra kampus khususnya di JF, maka kita akan melihat sebuah perkumpulan yang membahas konsep negara islam dalam merubah ideologi negara Indonesia (Pancasila). Sebuah gerakan yang tersistematis dengan awal mula menguasai lembaga – lembaga yang berlevel rendah. Hahahaha.... Berbagai cara ia lakukan dalam menjaga dominasi meraka di lembaga – lembaga intra kampus. Seperti ke otoriteran dalam merekrut kader – kader baru, membentuk pencitraan yang indah kepada masyarakat atau mahasiswa melalui pembagian selembar artikel ke islaman pada tiap hari jum’at atau pencitraan melalui gaya atau mode berpakaian yang agak keislam – islaman. Sehingga ini akan berefek pada sebuah pengkonstrukan pola fikir masyarakat atau mahasiswa dalam memandang gerakan – gerakan islam transnasional atau fundamental.

Mengutip teori Peter L. Berger tentang konstruksi sosial. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan di alami bersama secara subyektif. Sama halnya dengan pembentukan realitas – realitas baru yang di lakukan oleh islam – islam transnasional di kampus putih. Di era ini dominasi islam transnasional atau fundamental sudah mulai memperlihatkan diri di kampus putih. Dan ini besar kemungkinan akan berefek pada pembentukan – pembentukan realitas baru pada masyarakat atau penghuni kampus putih pada khususnya. Lalu pertanyaan yang masih belum bisa untuk saya jawab ialah “ Seberapa jauh gerakan yang di lakukan oleh birokrasi kampus dalam menanggulangi pencemaran yang di lakukan oleh gerakan – gerakan islam transnasional atau fundamental di kampus putih? “

One Response to “ARAB, INDONESIA DAN KAMPUS PUTIH”

  1. kelompok Islam yg mengandung ayahab. iki Islam Indonesia rek yo ancene kyk ngene iki, ngapain kita hrs susah2 utk mnjadi orang Timur Tengah. Islam tk menyulitkan umatnya kata pak ustad. cobalah pelajari sejarah walisongo dlm menyebarkan agama Islam di Indonesia.

    BalasHapus