Variasi Teori Neo-Marxis

in 3


1. Determinisme Ekonomi
Dalam pemikiran – pemikirannya Marx menganggap bahwa sistem ekonomilah yang sangat penting dan menegaskan sitem ekonomi menentukan semua sector masyarakat.  Sector politik, agama dan sebagainya tak bisa terlepas dari sistem ekonomi, semuanya dipengaruhi oleh sector ekonomi.

Para pemikir Marxis yang meyakini determinisme ekonomi, kapitalisme akan mengalami kehancuran pada saatnya nanti. Penyebab kehancuran kapitalisme adalah sistem kapitalisme itu sendiri. Maka dari itu determinisme ekonomi diharapkan mampu menemukan proses kerja itu.
“tak terelakkan dalam arti bahwa pencipta yang meningkatkan teknik produksi dan dengan hasrat mencari keuntungan kapitalis telah merevolusionerkan seluruh kehidupan ekonomi, dan juga tak terelakkan pula bahwa buruh akan menuntut perpendekan jam kerja dan kenaikan upah, bahwa mereka mengorganisir diri untuk bertarung melwan kelas kapitalis dalam rangka memperjuangkan nasib mereka, dan tak terelakkan pula bahwa mereka bertujuan merebut kekuasaan politik dan menggulingkan kekuaasaan kapitalis. Sosialisme adalah sesuatu yang tak terelakkan, karena perjuangan kelas dan kemenangan proletariat pun tak terelakkan” (Kautsky, dikutip dalam Agger, 1978:94).
Struktur ekonomi kapitalisme yang menentukan cara berpikir dan bertindak individu menjadi elemen penting dalam teori mereka. Namun penafsiran ini banyak menimbulkan pertanyaan karena tidak konsisten dengan pemikiran Marx. Mengapa individu harus bertindak jika sistem kapitalis akan remuk karena kontradiksi structural di dalam dirinya sendiri?

2. Marxisme Hegelian
Banyak menuai kecaman, determinisme ekonomi mulai memudar perannya dan sejumlah teoritisi beralih untuk mengembangkan teori Marxian yang lainnya. Sebagian dari mereka memilih kembali ke akar Hegelian dari teori Marx  dalam meneliti orientasi subyektif untuk melengkapi kekuatan analisis Marxis yang lebih menekankan pada pada tingkat obyektif material. Sejumlah pemikir seperti Georg Lukacs dan Antonio Gramsci menjadi penganut aliran ini.

a. Georg Lukacs
Gagasan – gagasannya yakni tentang Reifikasi dan Kesadaran Kelas dan Kesadaran Palsu.

- Reifikasi
Ia memperluas dan mengembangkan teori ekonomi Marxis tentang reifikasi dengan menyatakan bahwa komoditi yang berbentuk barang dan berkembang menjadi obyek menjadi basis hubungan antar individu. Dalam masyarakat kapitalis, interaksi manusia dengan alam yang menghasilkan komoditi (Fried chicken, mobil, gas elpigi,dll.) Tetapi tanpa disadari manusia tak mampu melihat fakta bahwa sebenarnya merekalah yang menghasilkan komoditi dan memberikan nilai. Nilai justru mereka pahami sebagai produk pasar, terlepas dari aktor.
Perbedaan antara Marx dengan Lukacs terkait komoditi, jika Marx terbatas penerapannya pada lembaga ekonomi saja. Sedangkan konsep Lukacs tentang reifikasi diterapkan terhadap seluruh masyarakat, Negara, hukum dan sector ekonomi. Konsep ini dapat diterapkan secara dinamis dalam semua sector masyarakat kapitalis.

- Kesadaran Kelas dan Kesadaran Palsu
Kesadaran kelas adalah sifat sekelompok orang yang secara bersama menempati posisi yang sama dalam sistem produksi, antara kelompok borjuis dengan kelompok proletariat.

Sedangkan kesadaran palsu adalah kepentingan kelas – kelas mereka yang sebenarnya tanpa mereka disadari. Contoh, hingga tahap revolusioner, anggota kelas proletariat belum menyadari sepenuhnya penindasan yang mereka alami akibat dari sistem kapitalis. 

Ia menyimpulkan “dalam masyarakat yang seluruh hubungan sosialnya berdasarkan basis ekonomi tak mungkin tercipta kesadaran kelas.” Ia berharap setidaknya mereka menyadari ketidaksadaran mereka. Akibatnya “Kesadaran kelas tercapai pada titik di mana ia dapat menjadi sadar.” Pada tahap ini terjadi pertarungan ideology antara pihak yang berupaya menyembunyikan ciri masyarakat yang berkelas dan pihak yang berusaha memperlihatkannya.

b. Antonio Gramsci
Ia hadir dengan konsep hegemoni, sebagai kepemimpinan cultural yang dilaksanakan oleh kelas penguasa. Ia membedakan hegemoni dari penggunaan paksaan yang digunakan oleh kekuasaan legislatif atau eksekutif yang diwujudkan melalui intervensi kebijakan. Ia menekankan pada hegemoni dan kepemimpinan cultural. Menurutnya revolusi masih belum cukup untuk mengendalikan sistem ekonomi dan pemerintahan, masih perlu mendapatkan kepemimpinan cultural.

3. Teori Kritis
Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian, terutama tentang determinisme ekomnomi.

Kritik Utama terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual
a. Kritik terhadap Teori Marxian
Mereka mengkritik determinisme yang merupakan pemikiran asli Marx, mereka juga mengkritik neo-Marxis karena telah menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis. Mereka tidak menganggap determinisme itu salah, tetapi alangkah lebih baik jika memusatkan perhatian pada aspek kehidupan yang lain, terutama aspek cultural.

b. KritikTerhadap Positivisme
Kritik terhadap positivisme berkaitan dengan determinisme ekonomi, karena beberapa pemikir determinisme ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme tentang pengetahuan. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah tunggal dapat diterapkan pada seluruh bidang studi.

c. Kritik Terhadap Sosiologi
Sosiologi dikritisi karena “keilmihannya” yang menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri. Sosiologi juga dituduh telah menerima status quo. Mereka berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial dan melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang tertindas.

d. Kritik terhadap Masyarakat Modern
Jika kebanyakan teori Marxian secara tegas mengkritisi sistem ekonomi pada masyarakat modern. Aliran kritis menggeser kritiknya ke tingkat cultural, karena kultur dianggap sebagai realitas masyarakat japitalis modern. Dalam masyarakat modern dominasi ekonomi telah bergeser ke bidang cultural. Mereka lebih memusatkan perhatian pada penindasan cultural atas individu dalam masyarakat.

e. Kritik terhadap Kultural
Mereka mengkritik apa yang disebut dengan “industry cultural”, yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratiskan (misalnya, jaringan televisi) yang mengendalikan kultur modern. Industri kultur menghasilkan apa yang disebut “kultur massa” yang didefinisikan sebagai kultur yang diatur, tidak spontan, dimaterialkan dan palsu. Bukan merupakan sesuatu yang nyata.

4. Sosiologi Ekonomi Neo-Marxian
Teori ini merupakan upaya untuk menyesuaikan teori Marxian dengan realitas masyarakat kapitalis modern. Dalam teori ini akan dibahas Modal Ten`ga Kerja dan Fordisme ke post-Fordisme.

a. Modal dan Tenaga Kerja
Sistem ekonomi tidak terlepas dari persaingan kampitalisme yang kompetitif. Industri kapitalis relative tergolong kecil. Akibatnya tak ada industry yang mengendalikan pasar sepenuhnya dan tanpa persaingan. Tetapi Marx juga pernah meramalkan tentang kemungkinan munculnya sitem monopoli di masa mendatang.

- Monopoli Modal
Paul Baran dan Sweezy menuduh bahwa teori Marxian telah mengalami stagnasi karena terus berstandar pada asumsi kompetitif. Teori Marxian seharusnya menyadari bahwa kapitalisme persaingan sebagian besar telah digantikan oleh kapitalisme monopoliyang berarti pengendalian satu atau sedikit kapitalis terhadap sector ekonomi tertentu. Dalam kapitalisme monopoli, kompetisi lebih sedikit dari pada kapitalisme kompetitif.

- Tenaga Kerja dan Monopoli Modal
Harry Braverman (1974) menyatakan bahwa konsep “kelas buruh” tidak mendeskripsikan  sekelompok orang atau kelompok pekerjaan tertentu, tetapi lebih merupakan sebuah pernyataan tentang proses pembelian dan penjualan tenaga kerja.

- Pengendalian Manajerial
Braverman mengakui adanya eksploitasi ekonomi yang menjadi sasaran perhatian Marx, tetapi ia lebih menekankan pada masalah pengendalian. “Bagaimana cara kapitalis menegndalikan tenaga kerja yang mereka pekerjakan?” Jawabannya adalah bahwa mereka melaksanakan pengendalian tenaga kerja melalui manajer yang bertujuan mengendalikan di dalam perusahaan” (1974:267).

(bersambung)

Sumber:
George Ritzer-Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern cetakan ke 5, 2008, Kencana: Jakarta

3 Responses to “Variasi Teori Neo-Marxis”

  1. Pmikiran Marx tntang ide sosialis,perjuangan masyarakat kls bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yg berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Marx melihat kls sosial yg tercipta berdasarkan hubungan kerja yg terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.

    BalasHapus
  2. Kemampuan gagasan Marx untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya, kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan.

    BalasHapus
  3. PMII dari dulu yang saya kenal selalu mengedepankan pemikiran ke-kiri-an,bisakah kita merubah paradigma yang demikian?saya sebagai alumni pmii yang jujur semasa aktif di pmii juga selalu tak pernah lepas dari buku-buku marx,che guevara,soe hok gie namun setelah lulus dari bangku kuliah dan melepaskan atribut pmii serta kembali hidup membaur dengan masyarakat,saya mulai sadar bahwa teori kiri yang pernah saya dapatkan di organisasi tidak berarti apa-apa,tidak mampu menyelamatkan rakyat yang kelaparan,kenaikan harga bbm selangit,biaya pendidikan mencekik,pemikiran kiri memang terasa ideal dan mengasyikan bagi kita yang masih mencari identitas diri tapi yakinlah bahwa yang lebih penting dari itu semua adalah pemikiran2 dari tokoh2 bangsa kita sendiri yang selalu mengedepankan nilai2 kebangsaan,keagamaan (pmii berwajah kebangsaan dan keagamaan) yang mungkin ber arti dalam kehidupan bermasyarakat.


    sl4met_s@yahoo.co.id

    BalasHapus