INGIN JADI GURU
*Lugas Wicaksono
Setelah melewati Ujian Nasional, Fawas berbekal nilai rata – rata yang sangat baik yakni 9, berencana ingin melanjutkan studi di Perguruan Tinggi. Termotivasi dengan kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru, ia memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dan ia pun diterima di salah satu PTN ternama di kotanya.
Dari
sejak kecil ia sudah terbiasa hidup di lingkungan pendidikan. Kedua orang
tuanya guru, kakeknya pensiunan kepala sekolah, dua tante adik dari ibunya juga
berprofesi sebagai guru. Ia mengenal betul pentingnya pendidikan dan mulianya
seorang guru. Betapapun guru yang dulu dianggap profesi rendahan karena gajinya
yang kecil sehingga tak ada yang berminat, kecuali jika kepepet karena tak ada
pilihan pekerjaan lagi. Tapi dalam ketulusannya membagi ilmu mereka mampu mendidik
anak-anak manusia yang awalnya tidak bisa apa-apa menjadi bisa. Setidaknya bisa
baca tulislah!
Ia
teringat nasehat kekeknya sewaktu masih SD ia pernah nglamak kepada gurunya dengan menyebut guru itu babi karena mukanya mirip babi, padahal nama
sebenarnya Pak Boby. Akibatnya ia dijewer hingga telinganya berdarah
“Guru
itu digugu lan ditiru. seseorang yang dihormati karena ilmunya, perbuatannya dipuji,
diperhatikan, dijadikan teladan dan dijadikan panutan. Mereka itu gajinya
sedikit, mana ada guru yang punya mobil kinyis
– kinyis, rumah gede? Paling – paling kalo mereka kaya bukan karena dia
jadi guru, tapi karena dapat warisan dari keluarganya. Makanya kamu jangan
nakal-nakal sama gurumu”
“tapi kenapa Pak Boby menjewer telingaku sampai
sakit Kek? Kan katanya guru itu orangnya baik-baik.”
“karena beliau sayang sama Fawas. Kalau digituin kan
kamu jadi kapok, ngerti kalau kamu salah. Coba kalau dibiarin? Pasti kamu gak
ngerti kalau kamu salah, dan pasti kamu ulangi lagi ke orang-orang lain. Itulah
tujuannya guru, biar kamu tahu mana yang benar dan salah”
“apa harus dengan cara di jewer Kek?”
“ya gak lah sebenarnya. Itu karena Pak Boby aja yang
lebay.
Guru itu ada yang baik ada yang jahat juga. Jadi
kamu contoh gurumu yang baik-baik saja”
“terus kalo Pak Boby itu baik apa jahat Kek?”
“jahat. Karena udah jewer cucu kakek yang ganteng.
Besok saya tak kesekolahmu biar tak jewer juga Pak
Boby” sambil tersenyum dan memeluk hangat cucunya yang paling ganteng.
*****
Sekarang tampaknya pemerintah mulai kasihan dengan
guru. Gajinya sedikit dinaikkan. Bukan lagi profesi murahan. Tapi sudah menjadi
profesi yang paling banyak diburu. Di beberapa PT Fakultas IKIP paling banyak
mahasiswanya, kelas – kelas full semua. Termasuk Fawas di dalamnya yang mengisi
salah satu bangku kuliah.
Di siang yang terik selesai kuliah. Ia memutuskan
ngopi di warung kecil depan kampus bersama Jinjing teman sekelasnya yang sudah
akrab sejak mereka ospek. Ngobrol-ngobrol santai sambil minum kopi dan
menghisap rokok, melepas penat sejenak.
“ kenapa kamu ngambil kuliah di FKIP njing?”
bertanya Fawas sambil menghisap rokok kreteknya.
“pengen aja aku jadi guru. Gajinya lumayan sekarang,
gak kayak dulu. Kalau kamu sendiri Was?”
“ya sama Njing
pengen jadi guru juga. kata orang sich
guru itu baik. Setidaknya aku bisa menjadi orang baik-baik dan menjaga diriku
dari perbuatan tidak baik. Karena guru itu digugu
lan ditiru. Tak hanya soal gaji berapa.”
“tak yakin aku kalau kamu bisa jadi orang baik.
Jaman sekarang orang baik itu orang yang jahat dan orang jahat itu orang yang
baik.”
“sok bijak kamu njing. makanya aku ingin jadi guru
biar bisa jadi orang baik dan mendidik anak manusia menjadi orang baik”
“terus bagaimana caranya kamu bisa jadi guru?”
“Ya ikut tes CPNS lah. Insyaallah aku bisa lolos
meskipun bersaing dengan ribuan manusia. Asal belajar dengan sungguh-sungguh
saja.”
“udah siap duit belum orang tuamu buat bantu kamu
jadi guru?”
“hahaha. Kalau daftar tes CPNS paling butuh duit
berapa Njing untuk biaya administrasinya. Gak usah terlalu dipikirin.” Tertawa
Fawas tak habis pikir ternyata Jinjing lucu juga.
“Berlagak
bodoh kamu. Sekarang kalau kamu ingin jadi guru gak cukup modal pintar. Kamu
juga perlu siap duit puluhan juta biar kamu gak sakit hati karena gak lolos tes
CPNS. Sekarang yang bermain di Negara ini mafia semua Was. Kita hanya rakyat
kecil yang bisanya pasrah menerima nasib.
Terheran Fawas tak percaya mendengar komentar
Jinjing. Karena setahunya kalau ingin ikut tes CPNS tak sebejat itu.
“omong kosong kamu Njing. Sekarang buat apa Negara
capek – capek menyelenggarakan tes CPNS tiap tahun kalau ternyata bisa
dipesan?”
“tak tahulah aku. Orang tuaku di kampung juga sudah
siap-siap jual sawah warisan kalau aku sudah lulus kuliah kelak buat bayar
itu.”
“terus yang gak punya cukup duit gimana?”
“ya gak lolos. Negara ini Negara mafia Was. Makanya
kamu jadi mafia aja daripada jadi guru. Biar bisa ngatur semuanya.”
“berarti orang bodoh dan jahat pun kalau punya cukup
duit bisa jadi guru juga Njing?”
“tak tahu lah.” Jawab Jinjing enteng sambil
mengangkat bahunya.
“ah. Tetap tak percaya omonganmu aku Njing sebelum
aku tahu sendiri. Yang penting aku sekarang belajar sungguh-sungguh biar
benar-benar layak jadi guru kelak.”
*****
Liburan kuliah semester ganjil Fawas pulang ke
kampung halamannya. Bertemu ibunya yang sedang menjdmur pakaian di halaman
rumahnya. Dicium tangan ibunya karena ia anak baik-baik. Bangga ibunya
mempunyai anak baik seperti Fawas ini.
“Kapan kamu lulus kuliah nak?” Tanya ibunya sambil tersenyum
melihat anaknya yang tambah ganteng
“ya masih lama lah bu, kan Fawas baru semester dua.”
“Jadi kamu ingin jadi guru?”
“ya jadilah. Fawas ingin jadi guru yang baik. Kenapa
emang bu?”
“gak apa-apa. Ini ibu juga sudah menabung, ibu
sisihkan sebagian gaji bulanan ibu untuk biaya kau jadi guru. Semoga waktu kamu
lulus kuliah, uang ibu sudah cukup.”
“biaya apalagi bu?” pura-pura ia tidak tahu, padahal
ia sudah dengar dari Jinjing.
“biaya kamu biar bisa jadi guru PNS. Butuh puluhan
juta lho. Kebetulan Pak Amir kenalan ibu yang punya posisi penting di pemda
siap bantu. Yang penting kamu kuliah aja yang rajin biar cepat bisa lulus.”
Terhenyak Fawas dengar pernyataan ibunya. Ternyata
jika ingin jadi guru yang mulia itu harus punya banyak uang. Tak cukup modal
otak cerdas saja!
berantas mafia PNS! reformasi birokrasi hanya akan menjadi ilusi jika para mafia masih menguasai sistem!
BalasHapusKondisi yang miris untuk kita dengar karena saat ini segala sesuatu diukur dengan duit, cari kerja pakai duit, jadi pegawai negeri pakai duit, mau menikmati bangku sekolah pakai duit,...
BalasHapusPerlu kita sadari bersama bahwa duit itu bukanlah segalanya akan tetapi tanpa duit segalanya bisa tertunda...