Formulasi Respektif Pergerakan dalam Menjawab Kebutuhan Praksis Akademis Sosial
Oleh: M. Nurwahid Abdulloh
Organisasi mahasiswa ekstra kampus merupakan pencerminan aliran politik yang dapat membangun sesuatu yang tidak dapat dipenuhi oleh komunitas yang lain. kondisi obyektif kampus-kampus besar mulai dari ciri umum hingga ciri khusus secara detail perlu kiranya kemudian untuk di teliti secara benar dengan melakukan penelitian untuk mengetahui apakah masih ada ruang yang dapat di isi dan di kawal. Saat ini bisa dibilang pergerakan di UM mengalami yang namanya kehilangan comparative advantage bahkan compotitive advantage.
Pergerkan tidak bisa selamanya terlena bahkan terkungkung oleh teks bahkan konteks. Hal yang harus menjadi kesadaran adalah bahwa zaman sudah berubah. Perubahan zaman menuntut prioritas pada kualitas, bukan lagi kuantitas. Dulu mudah mendefinisikan siapa rifal dan siapa patner karena adanya politik aliran-ideologi. Sekarang siapa semuanya serba tidak jelas. Karena belum tentu musuh adalah organisasi, bisa jadi value atau sistem.
Sebagai organisasi pergerakan, harus mampu mendefinisikan secara jelas. Belum lagi Kecenderungan mahasiswa untuk memilih perguruan tinggi yang lebih memberikan kepastian dalam pekerjaan, bisa jadi merupakan pertanda bagi kita untuk mendefinisikan kembali tentang apa itu kampus besar. Selain hal tersebut, secara global dunia mengarah kepada fundamentalis/ radikalisme, sehingga gerakan moderat menjadi tidak populer. Ini berarti pergerakan di UM harus mampu menyusun dan mengembangkan ideologinya, mulai dari postulasi pemikiran yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat akademis hingga tafsir dan detail pengembangan dan penggunaannya. Jika tidak demikian maka pergerkan akan menjadi pendukung dan mufassir ideologi tertentu sebagai pembenar dalam setiap sikap dan tindakannya.
Dalam intensitas dan spektrum yang berbeda, pergerakan di UM pernah mengoperasikan beberapa peran yang berbeda pula, selama lima dasa warsa lebih. Tatkala kampus terkotak-kotak dalam politik aliran yang menempatkan politik sebagai panglima, pergerakan di UM memainkan peran pendukung sekaligus ideologi politik kritis-tarnsformatif. Peran ini menjebak pergerakan di UM tercebur dalam kerja-kerja politik praktis yang menghilangkan watak radikal dan independensinya sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan ditataran ekstra kampus.
Akhirnya pada paruh ketiga dasa warsa 2006-an, berbagai rumusan ideologi dan paradigma pergerakan di UM terbengkalai. Ideologi pergerakan di UM bukanlah bangunan ideologi berbasis agama, melainkan ideologi sekuler. Sebab, ideologi yang dibangun oleh kader-kader pergerakan di UM menggambarkan susunan kehidupan bermasyarakat akademis yang dicita-citakan, dalam keterkaitan di antara hubungan kekuasaan sesama manusia didalam masyarakat kampus dengan tridharma perguruan tinggi kepada masyarakat sebagai penguasa tertinggi berasal tradisi pemahaman ke-budayaan bersumber dari nilai-nilai sosial (yang dipandang sebagai agen of control social).
Harus disadari bahwa masih banyak kelemahan dan kesimpangsiuran konsep maupun aplikasi praktis dari bangunan ideologi dan paradigma kader-kader pergerakan di UM. Kritik atas ideologi dan paradigma pergerakan menjadi sangat penting diungkapkan di sini, sebab ada beberapa hal yang mesti dituntaskan berkaitan dengan persoalan tersebut.
Dengan melakukan hal termaksud di muka bisa tahu mau berbuat dan bergerak ke arah yang lebih progres dan benafit. Dalam melakukan hal demikian minimal dalam jangka waktu satu bulan harus sudah terkumpul dan dapat dipresentasikan di rayon dan komisariat atau cabang dan hal ini tentunya di lakukan oleh pengurus yang bersangkutan. Pergerkan dalam abad ini idealnya tidak berorientasi pada kuantitas seperti halnya pula yang telah diungkapkan di awal. Akan tetapi pada kualitas dengan melihat untuk mempertimbangkan karakter personal mahasiswa melalui instrumen kampus. Penanaman disiplin baru menjadi hal yang sangat urgen. Karena akan melahirkan kader-kader pergerakan yang berwibawa secara terpandang dan efektif dalam mengemban tugas suci pergerakan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pergerakan di UM dalam menjawab kebutuhan praxisrespective, yaitu; 1) mengembangkan leadership dan entrepreneurship, 2) integritas, dan 3) Kompetensi. Kompetensi ada tiga hal 1) personal mastering, 2) knowledge mastering, dan 3) business mastering. akademis-sosial yang
Misal, mengaktifkan yang mampu menjawab kebutuhan mahasiswa saat ini dengan ujung tombaknya rayon, hampir setiap minggu melakukan tentir. Adakan juga bimbingan test masuk PT. sehingga mampu catch the future. Membangun jejaring berdasarkan organisasi profesi untuk pengembangan karier. Coba jalin kerjasama dengan tenaga pengajar di kampus.
M.Nurwahid Abdulloh adalah Mahasiswa Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, dan sekarang menjabat sebagai Wakil Sekretaris II PMII Sunan Kalijaga.
sip hid...
BalasHapuscuman mungkin pembahasannya tidak terfokus pada PMII UM saja, biar sebagai bahan referensi PMII global...
ditunggu lagi pikiran2 segarmu sahabat...
Itu hanya salah satu lokus yg kemudian bisa dijadikan muhasabah sahabat, tapi terimakasih sarannya, itu pasti dan semoga saja tidak mengalami fase yg tidak di inginkan hingga menghilangkan interdisiplener.
BalasHapus