BEM UMM Harus Berani Perjuangkan Suara Mahasiswa

in 1


Penjaringan aspirasi mahasiswa oleh BEM UMM
Konsolidasi hari ini (3/05) di Hollypad depan kampus UMM mempertemukan seluruh perwakilan organisasi mahasiswa intra dan ekstra kampus dalam menjaring aspirasi mahasiswa. Pertemuan yang difasilitasi BEM itu berlangsung sengit dan ganyeng, seiring sinar mentari yang mulai meredup, tenggelam diufuk senja bukit pegunungan kota Batu.



 Ini adalah pertemuan ketiga konsolidasi penjaringan aspirasi mahasiswa terkait keluhan-keluhan mahasiswa yang akan disampaikan kepada rektorat UMM. Meski begitu banyak kekecewaan yang dialami mahasiswa yang hadir, karena pada pertemuan kedua telah memutuskan bahwa hari ini harusnya ada aksi selebaran yang dilakukan BEM UMM dalam rangka sosialisasi penjaringan aspirasi.

“Kami mempertanyakan keseriusan BEM UMM sebagai fasilitator. Kami mempertanyakan kesepakatan kemarin yang harusnya sudah dieksekusi BEM untuk melakukan aksi kemarin. Ada apa?” Tanya Sahabat Rudi selaku ketua Komisariat PMII UMM di awal pertemuan.

Permasalahan ini ditanggapi serius hampir keseluruhan delegasi organ yang hadir. “BEM sebagai fasilitator jangan hanya bilang bermain cantik dalam retorika. Tentukn aksinya konkrit dan kapan?” ungkap Sahabat Ari.

Seperti diketahui bersama, pada pertemuan kedua sebelumnya telah disepakati untuk melakukan aksi selebaran dalam rangka menjemput pertemuan dialog terbuka dengan rektor. Harapannya, aksi selebaran ini memperkuat peran dan posisi mahasiswa mengingat pada tahun sebelumnya dialog dengan pihak rektorat tidak menghasilkan perubahan apapun.

Akan tetapi kesepakan forum itu tidak dilaksanakan oleh BEM. Alasannya, rektorat telah memberikan lampu hijau untuk mengadakan dialog terbuka, meski tidak ada keterangan waktu yang dijanjikan oleh rektorat, mengingat rektor sedang berada di Eropa.

Beberapa aspirasi mahasiswa yang dikeluhkan adalah terkait mahalnya SPP, transparasi pendanaan organisasi intra, pengelolaan parkir satu pintu masuk yang menyebabkan antrean panjang dan keterlambatan mahasiswa masuk kampus, permasalahan organ intra yang belum punya sekret, menggugat jadwal kuliah hari Sabtu yang harusnya free, representasi gedung perkuliahan yang semakin sesak oleh mahasiswa, belum adanya pers mahasiswa, mempertanyakan pondasi depan kampus yang menjulang tanpa kejelasan, persoalan kualitas dosen, dan lain sebagainya.

“Yang ingin kami tanyakan, BEM berani tidak?” lanjut sahabat Rudi di akhir pertemuan yang kemudian disepakati selambat-lambatnya Kamis (5/05) BEM sudah harus melakukan sosialisasi penjaringan mahasiswa kepada seluruh organ intra kampus dan mahasiswa UMM. Kita tunggu kiprah BEM diakhir periode ini.


One Response to “BEM UMM Harus Berani Perjuangkan Suara Mahasiswa”

  1. Pilihan Stratak Perjuangan menjadi penentu efektifitas gerakan kita,,akan right on target atw tdk...!

    Sahabat2 BEM UMM lebih memilih mendahulukan gerakan KOMPROMISTIS melalui dialog dgn pihak birokrasi kampus..sebuah pilihan yg AHISTORIS!!!
    Dengan argumen2 yg terlalu 'cengeng' menurut sy pribadi...!

    PMII UMM menegaskan :
    Lakukan Konfrontasi Aktif terhadap Birokrasi Kampus...Transformasikan Issu secara luas ke seluruh masyarakat Kampus...Ciptakan Gejolak..dan lihat hasilnya ; tanpa 'mengemis' utk bertemu birokrasi kampus,mereka akan menemui kita....!!!!!!

    PMII UMM menegaskan :
    Selama kekuatan kita adalah kekuatan besar dan solid,,maka tdk ada 1 pun alasan utk takut melakukan PRESSURE ke pihak birokrasi..
    Maka tentu tugas kita adalah menggalang kekuatan massif krn kuantitas menentukan kualitas...

    INI KALO KITA SERIUS BERJUANG..
    BUKAN PERJUANGAN YANG 'MEMBLE'..'CENGENG'..'PENAKUT'
    ____________
    Hormat Saya :
    BUNG ROEDHY
    (Ketua Komisariat PMII UMM)

    BalasHapus