UMM dan Birokrasi Amburadul (Kisah Seorang Mahasiswa pada Proses Registrasi Semester / KRS On-Line)

in , 6

Oleh : Hadji Abbas

Seperti biasanya sebelum memasuki masa perkulaihan aktif di kampus. Mahasiswa-mahasiswi melakukan pembayaran akademik yang meliputi Her-registrasi dan Pembayaran SPP. Pada hari yang telah ditentukan aku dan Sahabatku, sebut saja Mr. G berangkat ke kampus untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang Mahasiswa (Registrasi Semester -Red). Setelah sampai dikampus, aku dan Mr.G langsung menuju ke Bank untuk melakukan proses pembayaran.

Perlu saya informasikan juga bahwa di kampus kami terdapat 2 Bank untuk melayani proses pembayaran akademik,yaitu Bank BNI dan Bank JATIM. Alangkah terkejutnya kami, ketika melihat antrean yang sangat panjang didepan Bank BNI (seperti antrean Masyarakat Miskin yang sedang mengantri sembako yang terjadi dinegeri antah-berantah). “ayow.. bayar di Bank JATIM ajaa.., daripada bayar disini (Bank BNI) antreannya panjang”, ucap Mr. G.

“Let’s Go”. Jawabku.


Maklum di Bank JATIM yang mengantri cukup sedikit. Dalam benak saya tersirat sebuah pertanyaan brilian, ‘Mengapa mereka (Mahasiswa) mau membuang-buang waktu dengan sia-sia hanya untuk mengantri di Bank BNI, padahal diBank JATIM cuma sedikit Mahasiswa-mahasiswi yang mengantri’. ‘mungkin mereka (Mahasiswa) sudah dimanifestasi (terhipnotis) bahwa diBank BNI proses pembayarannya lebih cepat daripada Bank JATIM, jawabku dalam hati’.

Setelah selesai melakukan proses pembayaran di Bank JATIM, bergegaslah aku dan Mr.G menuju ke GKB 2 (Gedung Kuliah Bersama 2) untuk mengambil sajian mata kuliah, sebelum melakukan proses KRS-Online. Dalam proses pengambilan sajian mata kuliah terdapat setitik kejanggalan. Ternyata saya mempunyai tanggungan sebesar Rp.2000, “Mas.. sampean masih mempunyai tanggungan Rp.2000, kekurangan pembayaran DPP”, imbuh Petugas yang melayani pengambilan sajian mata kuliah.

“Sahabat-sahabat bikin malu ajaa kamu ney.Kekurangan kok cuma Rp.2000”, ucap Mr.G diiringi dengan tertawanya yang terbahak-bahak.. Aku cuma tersenyum manis menanggapi tanggapan Sahabatku tersebut.

“Masa?? Pak!!” Aku bertanya kepada Petugasnya dengan begitu herannya. “Apakah ini benar, Pak..? Soalnya, saya sudah ditagih yang ketiga kali ini Pak.. Pada waktu krsan semester 3 dan pada saat UTS semester 3, saya juga ditagih Rp.2000, katanya juga sama kekurangan pembayaran DPP. Apakah ini bukan kesalahan dari pihak kampus, Pak?”.

“Ini sudah benar, mas”. jawab petugasnya dengan tegas.

Setelah terjadi percakapan yang cukup alot antara aku dan Petugasnya, diambil sebuah keputusan yang merugikan diriku, yaitu aku harus tetap membayar kekurangan DPP tersebut. ‘’asem-asem udh.. capek-capek ngomong.. Tapi, akhir-akhirnya bayar juga nggak apa-apa deh.. ngitung-ngitung shodakoh buat kampus, mungkin campus lagi kekurangan duit”, kataku dalam hati, sambil diiringi tawa kecil.

Setelah kupikir-pikir. Apakah ini hanya kesalahan pendataan atau kesalahan yang dibuat-buat oleh segelintir orang Birokrat kampus untuk meraup keuntungan dari mahasiswa. Akhirnya setelah selesai pengambilan sajian mata kuliah. Aku dan Mr.G bergegas menemui Dosen wali kami masing-masing untuk meminta tanda tangan dan pengambilan KHS (Kartu Hasil Studi). Di bagian ini saya tidak bisa ceritakan secara pnjang-lebar. Karena, ini adalah sebuah privasiantara aku dan Mr.G yang tidak harus dipublikasikan secara umum ke khalayak umum.

Setelah selesai menemui Dosen wali masing-masing. Saya dan Mr.G langsung bergegas menuju ke Lab. komputer untuk melakukan proses KRS ON-LINE. Akhirnya setelah sampai ditempat KRS dan mau melakukan proses KRS (biasanya sebelum melakukan proses KRS-ONLINE, ada pemeriksaan sajian mata kuliah yang telah ditandatangani oleh Dosen wali dan pemeriksaan-pemeriksaan yang lainnya). Dalam pemeriksaan tersebut terdapat sebuah keganjilan lagi, ternyata saya masih mempunyai tanggungan dan tidak bisa untuk melakukan proses KRS ON-LINE.

“xxx (kata kotor khas Malang) tanggungan apalagi ini”. ungkapku dalam hati. “Saya sudah lunas semuanya, Pak.. tanggungan apa lagi ney.. tanya Q kepada Petugas yang mengurusi hal-hal mengenai KRS ON LINE”.

“Tapi, di komputer ini tertera bahwa, Anda masih mempunyai tanggungan. Kalau anda ingin cepat-cepat untuk segera online, segeralah anda ke Biro Keuangan untuk mengklarifikasi tentang semua ini”. Kata bapak itu.

“SIAP!!” Jawabku tegas dengan wajah yang agak sedikit cemberut.

Setelah menunggu Mr.G yang telah selesai online, Kami langsung bergegas menuju ke Biro Keuangan untuk mengatasi masalah ini. Dalam perjalanan menuju ke tempat itu. “Birokrasi kampus xxx (kata kotor khas malang) yang hanya bisa menaikkan Biaya Administrasi. Tapi, pelayanannya hanya bisa membuat mahasiswa susah”, gumamku lirih.

“Sabar, Sahabat. Orang sabar disayang sama pacar”. Ucap Mr.G. aku hanya tertawa mendengar tanggapan Mr.G.

Akhirnya kami sampai juga ketempat tujuan. Tapi, apa yang kami lihat banyak sekali mahasiswa yang sedang mengantri didepan Biro keuangan (seperti masyarakat yang mengantri BBM di negeri impian). “Sahabat. kamu nggak sendirian,, mungkin mereka (mahasiswa) juga mempunyai masalah kayak kamu”, ungkap Mr.G.

“Mungkin iyaa. Mau tidak mau, aku harus ikut mengantri juga”. ”. Jawabku.

“Mas, masalah sampean apa? kok bisa ikut mengantri juga disini?”, Tanyaku kepada seorang pengantri.

“Saya nggak bias online, mas”. Jawabnya.

“Mungkin sampean mempunyai tanggungan?”, Tanyaku lagi.

“Nggak, mas!”..

“Kalau sampean tanya, masalahku mirip problem sampean, nggak bisa online juga”. Kataku.

Setelah mengantri begitu lama. Akhirnya datang juga giliranku. Ternyata setelah dicek, aku masih mempunyai tanggungan, yaitu sebesar Rp.2000.

“Mirip dejavu ajaa ney”. Lirihku dalam hati.

“Bu! Apakah ini benar? soalnya, masalah ini sudah hadapi yang keempat kalinya’, Tanyaku kepada salah seorang Petugas di Biro Keuangan.

“Iyaa, ini benar, mas”. Jawab Ibunya. Tapi, pada saat aku membayarnya ibu itu langsung mencegah, “Sabaar mas, sampean nggak usah membayar, ini cuma terjadi sedikit kekeliruan”. Kata Ibu itu.

Akhirnya setelah itu saya bias KRS-ONLINE juga.

Sebuah kampus putih yang sangat megah. Setiap Tahun Ajaran Baru selalu mengiklankan kampusnya di berbagai media elektronik di Indonesia, selalu mempromosikan bahwa kampus ini dilengkapi dengan Teknologi yang sangat maju dan canggih untuk mempermudah aktivitas Perkuliahan serta Administrasi semuanya hanya kebohongan publik. Contohnya: seperti curahan hati saya diatas

___________________________
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2008 juga Pengurus PMII Rayon Ekonomi UMM.

6 Responses to “UMM dan Birokrasi Amburadul (Kisah Seorang Mahasiswa pada Proses Registrasi Semester / KRS On-Line)”

  1. ayo bongkar semua ketidakjelasan di kampus UMM, mulai dari penggunaan fasilitas, sampai pada tenaga pengajarnya yang perlu dipertanyakan kredibiltasnya...

    Iboy

    BalasHapus
  2. Mulai jaman jadul unmuh kalau urusan uang teliti banget deh... Se-sen pun ndak terlewat.

    BalasHapus
  3. ayo telanjangi birokrasi kampus dari segala kecurangan..

    orie

    BalasHapus
  4. Pangeran Banyuwangi19 Maret 2010 pukul 08.43

    kapok

    BalasHapus
  5. kecanggihan sistem informasi tak akan mendukung apapun jika pemakainya gak mengerti cara kerjanya, begitu pula pihak pemakai kecanggihan sistem akan merasa dipersulit karena ketidak tahuan mereka...

    BalasHapus