Blokir Bandara
Oleh: Cheng Prudjung
Sore dengan gerimis mengundang, tiga remaja berdiskusi ringan menanggapi aksi demonstrasi yang berlangsung di kota-kota besar Indonesia. Seseorang kemudian mengeluarkan statemen menarik, “Bagusnya mahasiswa ini berdemonstrasi di bandara-bandara internasional, Soekarn-Hatta, Adi Sucipto, Juanda, Hasanuddin, dan lain-lain”.
Diskusi sore itu kemudian menghangat, “Efek dari demonstrasi di depan gedung dewan atau istana presiden tidak seberapa jika dibandingkan dengan domonstrasi di bandara-bandara itu”. Ungkap salah seorang remaja.
“Bayangkan saja efeknya jika mahasiswa memblokir bandara selama 1 jam atau 30 menit saja, dampaknya akan jelas terasa, nasional maupun internasional”. Lanjutnya.
Ungkapan itu membuat remaja yang lain tersenyum, ungkapan ini terkesan lucu sejenak. Namun, mereka mengerti kalau ide ini menarik. Efek spekulatifnya adalah perekonomian akan memburuk, harga pangan akan naik dan rakyat akan mengeluh karena harga pangan atau kebutuhan lainnya (jasa transportasi) akan naik.
Remaja tersebut mengembangkan opini mereka dengan logika probabilitas, yaitu menganalisa segala kemunkinan yang akan terjadi dengan aksi memblokir bandara tersebut. Seorang diantara mereka kemudian menilai kalau aksi ini memang “agak” radikal.
Ketiga remaja tersebut mengakhiri diskusi dengan senyum biasa, mereka bukan aktifis organisasi yang bersikukuh dengan pemerintahan yang bermasalah. Diskusi sore itu hanya dipancing oleh kenyataan bahwa aksi mahasiswa cenderung tumpul karena pengulangan strategi gerakan yang mereka nilai telah usang.
Sore dengan gerimis mengundang, tiga remaja berdiskusi ringan menanggapi aksi demonstrasi yang berlangsung di kota-kota besar Indonesia. Seseorang kemudian mengeluarkan statemen menarik, “Bagusnya mahasiswa ini berdemonstrasi di bandara-bandara internasional, Soekarn-Hatta, Adi Sucipto, Juanda, Hasanuddin, dan lain-lain”.
Diskusi sore itu kemudian menghangat, “Efek dari demonstrasi di depan gedung dewan atau istana presiden tidak seberapa jika dibandingkan dengan domonstrasi di bandara-bandara itu”. Ungkap salah seorang remaja.
“Bayangkan saja efeknya jika mahasiswa memblokir bandara selama 1 jam atau 30 menit saja, dampaknya akan jelas terasa, nasional maupun internasional”. Lanjutnya.
Ungkapan itu membuat remaja yang lain tersenyum, ungkapan ini terkesan lucu sejenak. Namun, mereka mengerti kalau ide ini menarik. Efek spekulatifnya adalah perekonomian akan memburuk, harga pangan akan naik dan rakyat akan mengeluh karena harga pangan atau kebutuhan lainnya (jasa transportasi) akan naik.
Remaja tersebut mengembangkan opini mereka dengan logika probabilitas, yaitu menganalisa segala kemunkinan yang akan terjadi dengan aksi memblokir bandara tersebut. Seorang diantara mereka kemudian menilai kalau aksi ini memang “agak” radikal.
Ketiga remaja tersebut mengakhiri diskusi dengan senyum biasa, mereka bukan aktifis organisasi yang bersikukuh dengan pemerintahan yang bermasalah. Diskusi sore itu hanya dipancing oleh kenyataan bahwa aksi mahasiswa cenderung tumpul karena pengulangan strategi gerakan yang mereka nilai telah usang.
kalu begitu mari kita asah kembali,,... tangan terkepal dan maju kemuka,,!!!
BalasHapus