Menulis Itu Bikin Gila
Oleh : Cheng Prudjung
Aktifitas menulis bagi kebanyakan orang adalah proses yang kelihatan mudah dan sederhana jika dilihat dengan kasat mata, namun rumit setelah dijalani. Kesulitan memulai proses menulis bukan karena bahan untuk membuat tulisan yang mahal, akan tetapi kata atau pertama yang berhasil kita tulis. Kgiatan menulis memang susah, bahwa sangat susah untuk dijalanai, karena dia bukan aktifitas menumpahkan susunan huruf menjadi kata yang diatur hingga membentuk kalimat.
Namun di belakang tantangan menulis itu, ada berbagai keuntungan spiritual (juga material) yang seimbang dengan kesulitan yang di hadapi di awal proses menulis. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari proses menulis seperti kemampuan merangkai kata, sikap sabar, dan kekuatan mental yang menebal. Selain itu terdapat kebahagiaan tersendiri yang dirasakan oleh penulis ketika dia menulis, apalagi para penulis pemula yang berhasil membuat sebuah tulisan.
Kemudian, tantangan memulai proses menulis itu seperti apa?
Beberapa orang merasa kesulitan menulis karena rasa kepercayaan diri yang kurang, beberapa orang kesulitan menulis karena tidak mendapatkan ide tentang apa yang ingin dia tulis, sebagian yang lain menemukan kesulitan secara psikologi, contohnya, dia merasa takut jika orang-orang di sekitarnya tidak sepakat dan mengkritik habis-habisan tulisannya, atau dia mendapatkan hinaan (ejekan) dari tulisannya itu.
Tantangan terbesar dari mulai menuliskan ide adalah sugesti yang tumbuh dalam diri kita, dia selalu menekan dengan asumsi-asumsi seperti kamu gak cocok jadi penulis, IQ - mu standar. Pilihan kata kurang menarik. Gak ada orang yang butuh dan membaca tulisanmu. Beberapa contoh kata-kata ini selalu membayangi pada proses memulai.
Sementara itu, jika dipikirkan baik-baik. Menulis hanyalah proses menumpahkan ide yang terlintas di kepala menjadi susunan kata yang nampak oleh mata. Itu saja, prosesnya adalah menyiapkan alat tulis kemudian menuliskan ide apa yang sedang berada di kepala kita, ide apa saja, termasuk jika kita merasa tidak memiliki ide untuk ditulis, berarti kita telah mendapatkan ide tentang menulis. Buatlah tulisan bahwa kita tidak memiliki ide untuk menulis, dan selanjutnya terserah anda!
Contoh, kita membuat tulisan bahwa kita tidak memiliki ide untuk menulis. Selanjutnya tuliskan kenapa kita tidak memiliki ide tulisan, kemudian berikan sedikit penjelasan kenapa mendapatkan ide tulisan itu rumit. Jangan berhenti sampai disini, hadirkan pertanyaan lain, kenapa saya tidak menulis saja tentang apa yang saya sedang lihat, atau saya sedang berada di sebuah warung kopi dan memikirkan apa ide tulisan saya. Jika kita melihat seorang mahasiswa berjalan di hadapan kita, maka tulislah peristiwa tersebut.
Bahwa saya melihat seorang mahasiswa mengenakan baju kemeja dan menggendong tas punggung yang mungkin isinya laptop atau siapa yang bisa mengira bahwa isi tas itu adalah bom. Benarkah dia mahasiswa? Atau penampilannya saja mahasiswa padahal dia Cuma pencopet yang berlagak mahasiswa agar bisa mencopet seorang mahasiswa yang mengira orang ini mahasiswa.
Jika dia betul-betul pencopet, kenapa dia harus berpakaian mahasiswa? Dan kenapa tidak berpakaian dan berlagak orang kantoran? Mungkin dia memang seorang mahasiswa yang juga seorang pencopet atau penipu. Lalu apa masalahnya jika ia mencopet? Mungkin saja dia butuh uang dan orang tuanya belum bisa mengirimi dia uang, sehingga dia nekat mencopet, soalnya mencopet itu dimotifasi oleh keadaan yang dialami seseorang, jika sedang dalam tekanan material dan ada kesempatan, boleh saja seorang mahasiswa yang baik, cerdas dan jujur melakukan kejahatan itu.
Dan teruslah menulis.
Lihat kan?, bagaimana sebuah tulisan tentang mahasiswa atau pencopet hadir di hadapan kita? Tulisan yang lahir dari proses mengamati sekeliling saja, dari sebuah tulisan seperti di atas, telah terdapat materi yang di bahas dalam tulisan tersebut tanpa direncanakan atau dipikirkan sebelumnya, seperti mahasiswa yang menjadi pencopet, tentang identitas mahasiswa dan identitas pencopet, tentang strategi mencopet yaitu menentukan sasaran (mahasiswa) megenali sasaran (penampilannya, penampilan ini menjelaskan apakah di punya banyak uang untuk dicopet sekaligus menjelaskan letak dompetnya), menulislah dan biarkan dia mengalir. Sekarang apa yang kurang bagi kita untuk memulai menulis?
Belum PD dan merasa konyol ketika menulis (wajah kita brwok tapi tulisan kita romantis), berarti kita sedang menghina diri kita. Tulisan itu menjelaskan karakter penulisnya secara jujur, sehingga kita harus berani menampilkan diri kita di tengah-tengan sahabat kita. Jika kita merasa konyol karena bermuka preman tapi tulisannya romantis apa salahnya?
Keberhasilan kita mengatasi tantangan kepercayaan diri ini akan berbuah menjadi mental yang kuat, karena kita telah berhasil melawan pasukan dependeni dalam diri kita yang terus menghalangi kita melakukan apa yang kita inginkan. Maka dari itulah seorang penulis memiliki mental yang bagus dalam dirinya dan untuk pribadinya.
Selanjutnya, apakah proses kita memulai tulisan dipengaruhi suasana? Di beberapa refensi tentang kiat-kiat menjadi penulis, kita disarankan untuk merubah suasana yang menghalangi kita untuk menulis, menjadi suasana yang mendukung dan membangkitkan kita menulis.
Menurut saya, hal ini menyusahkan untuk penulis pemula. Saran saya adalah, tulis saja perasaan tidak bisa menulis karena suasana yang tidak mendukung itu, sama ketika kita manulis tentang tidak ada ide yang dapat kita tuliskan.
Sekali lagi saya menakuti sahabat-sahabat bahwa menulis itu rumit, kompleks, ngeri,, membuat stess atau gila dan mengancam nyawa kita. Lalu apakah kita takut untuk memulai?